Aku terbangun dari tidur ku, lalu segera aku mematikan alarm ku dan melihat jarum jam. Jam menunjukan pukul 06:00. Aku berdiri sambil merenggangkan badan, membuka jendela dan menghirup udara segar pagi hari. Aku langsung keluar dari kamar ku untuk berjalan menuju ruang makan untuk sarapan, karena hari ini adalah hari pertama ku sekolah di SMP 7. Di dapur terlihat ibu sedang memasak, Ternyata makanannya masih dimasak. Aku segera jalan ke dapur, mengambil segelas air lalu meminumnya. Lalu aku berbicara kepada ibuku.
"Bu... ayah mana?"tanyaku
"Sudah berangkat sebelum kamu bangun"
"Ibu perlu bantuan?"
"Iya nak, tolong bantu ibu sebentar"
*Aku langsung membantu ibuku memasak sarapan untuk kami sarapan*
Setelah selesai memasak, jam menunjukan pukul 06:48. Aku bergegas untuk menghabiskan sarapan ku lalu memakai seragam dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Tas, dasi, sepatu, kaus kaki, dan topi. Semua lengkap dan sudah rapi. Siap untuk berangkat, tiba-tiba..
"Iann" teriak ibuku.
"Iya bu.. ada apa?"
"Kamu gak apa-apa berangkat sendirian? Ibu antar ya."
"Gak usah bu.. Iann bisa berangkat sendiri."
"Tapi.. ya sudah, hati-hati ya Iann"
"Iya bu.."
Aku berangkat ke sekolah memakai bis umum. Semua baik-baik saja sampai ketika aku sadar kalau ada seseorang yang melihat ku dengan pandangan yang aneh, pandangan itu seperti tatapan seseorang yang jahat, tapi aku ragu. Aku mencoba untuk fokus dan tidak teralihkan oleh orang aneh itu, tapi dia selalu memandangi ku dengan tatapan yang jahat itu. Tak lama kemudian dia berdiri dari tempat duduknya, dan tiba-tiba dia berjalan ke arah ku lalu duduk di samping ku. Tanganku sudah siap untuk memukul mata jahat orang aneh itu, tetapi aku masih ragu dia musuh atau bukan. Tiba-tiba dia..
"Eh, lu sekolah di SMP 7 juga?" Tanya orang aneh itu.
"Juga?"
"Iyalah, soalnya baju gua baju SMP 7, sama persis kayak punya lu."
"Hmm."
"Tenang bro.. gua juga anak baru di sana."
"Kok lu bisa tau?"
"Mana mungkin anak kelas 8 dan 9 pake pakaian serapi lu."
"Bener juga."
"BTW, nama gua Akiong."
"Gua iann"
*kami berjabat tangan. Setelah berjabat tangan, aku bertanya sesuatu ke akiong.*
"Mata lu kenapa?" Tanyaku.
"Oh mata gua? Haha, kemarin hari yang sial bro. Gua kemarin main kasti, bola nya kena mata gua. Untung bola nya pelan."
"Kasihan."
Ku kira dia (Akiong) itu musuh, ternyata hanya orang yang sedang sial saja. Aku merasa lega bisa mengetahui hal itu. Beruntung dia adalah teman, bagaimana jika dia musuh? Masa hari pertama ku ke sekolah aku langsung berkelahi. Lupakan, itu hanya imajinasi ku saja.
Sebentar lagi aku dan Akiong akan sampai ke sekolah. Dia berdiri dan memberi tau ku dengan menunjuk sekolah itu. Agak aneh, mungkin itu adalah sifatnya. Setelah turun dari kendaraan umum kami berjalan kedepan sekolah. Sesampainya kami depan sekolah, Akiong bilang..
"Ini dia sekolah impian gua!" Teriak Akiong
"Dih, norak banget."
"Iya dong, soalnnya sekolah ini adalah sekolah yang paling susah untuk lulus tes daftar masuknya. Hanya orang pintar dan beruntung yang bisa masuk kesini."
"Jadi lu termasuk orang yang mana? Pintar atau beruntung?"
"Beruntung hehe, karena dari semua murid yang lulus tes termasuk gua. Gua adalah peringkat paling bawah. Betapa beruntungnya gua dapet nilai 78 untuk semua tes. Itupun gua ngerjainnya ngasal."
"Tidak ada yang namanya beruntung. Semua itu hanyalah setingan."
"Loh.. buktinya gua masuk ke SMP terfavorit."
"Gua tau kali kalo orang tua lu "nyogok" kepala sekolah agar lu bisa lulus."
"Loh, kok lu sok tau sih?"
"Pertama lu ngerjain tesnya ngasal dan dapet nilai yang sama, menurut gua itu janggal. Kedua, gua liat jam tangan lu, itu adalah jam tangan yang harganya hampir seharga rumah. Itu semua sudah membuktikan kalau orang tua lu itu adalah orang super kaya."
"Ah, cuma asumsi lu doang kali."
"Bodo."
"Iyain aja deh."
Setelah kita ngobrol, kita berjalan masuk ke dalam sekolah dengan perlahan sambil melihat-lihat sekitar. Tiba-tiba ada senior yang berjalan ke arah kami dan bilang..
"Anak baru ya?" tanya si senior.
"Iya." jawab Akiong.
"Ikutin kakak, kakak bakal anterin kalian ke tempat berkumpul anak baru."
"Siap kak." Ucap Akiong dengan girang.
*kami berdua mengikuti si senior.*
"Ini dia tempatnya." Ucap si senior
"Makasih kakak." Jawab Akiong.
"Sama-sama. Oh iya, nama kakak Andiroy tapi panggil aja Andi."
"Nama gua Akiong." Jawab Akiong dengan lembut.
"Akiong dan..?" Tanya andi
"Iann."
Setelah berkenalan, aku dan Akiong disuruh untuk berbaris di lapangan untuk upacara pembukaan masa orientasi. Aku berusaha untuk baris di barisan paling belakang karena aku malas untuk berdiri didepan, dikarenakan aku merasakan tidak nyaman jika aku berada di paling depan.
"Yang tinggi di depan dan yang pendek di belakang." Kata petugas upacara.
Karena tinggi badanku paling tinggi diantara yang lain, aku terpaksa berdiri di barisan depan. Benar yang dibilang Akiong, hampir semua murid kelas 8 dan 9 tidak berpakaian lengkap. Apakah guru-guru di sini tidak sadar akan hal itu? Atau itu sudah biasa bagi mereka. Iyasih, pakaian lengkap belum tentu pintar, itu semua tergantung niatnya.
Setelah upacara selesai, kita semua diberi waktu 10 menit untuk istirahat. Setelah itu semua anak kelas 7 diberi tau kalau setelah istirahat kita akan ada kegiatan perkenalan sekolah. Katanya perkenalan sekolah akan diatur oleh kakak kelas 8. Aku mengiyakan semua itu.
*10 menit kemudian.*
"Oke semuanya dengerin kakak, kita akan mengadakan kegiatan perkenalan lingkungan sekolah. Perkenalan lingkungan sekolah akan dilaksanakan oleh saya dan dua kawan saya. Semua harap dengarkan dengan baik-baik. Paham!" Teriak senior
"Paham kak." Jawab kita semua
Kakak-kakak kelas ini terlihat baik dan ramah, mungkin karena sedang dilihat oleh guru-guru, makanya mereka bersikap baik. Kayaknya sih, aku gak terlalu yakin soalnya. Aku bilang ke Akiong.
"Akiong, menurut lu mereka baik atau enggak." Tanyaku.
"Ya pasti baiklah. Liat kakak yang satu itu tuh, logatnya aja logat orang baik kok. Lu ngapa sih kok khawatir amat?"
"Gak, bukan apa-apa."
Kami dituntun oleh satu guru dan tiga senior untuk melihat-lihat sekeliling, seperti melihat fasilitas sekolah. Tidak ada yang aneh, mungkin hanya pikiran ku saja yang terlalu memikirkan mereka baik atau tidak. Aku harus selalu positive thinking terhadap orang yang baru aku kenal. Akhirnya kami sampai di lapangan olahraga dan di depan kami terdapat ruangan yang agak berantakan. Lalu...
"OK adik-adik, ini adalah ruangan peralatan olahraga, memang agak berantakan tapi ruangan ini lengkap. Ada bola basket, bola futsal, bola voli, dan lain-lain. Mumpung kita ada di lapangan nih, kita bakalan main games nih. Kalian ada 40 orang kan, berarti... Coba bikin 4 barisan, satu barisnya 10 orang, ayok cepet, yang tinggi di depan."
*semua terlihat senang dan mulai bergegas membuat barisan.*
Setelah berbaris dan seperti biasa aku berada paling depan, aku melihat guru yang ikut rombongan itu sedang berbisik dengan kakak-kakak senior. Setelah menunggu sekitar dua menit, guru itu pergi meninggalkan rombongan. Aku mulai merasa ada yang tidak enak. Kakak senior itu tersenyum licik dan bilang...
"Hey hey, kalian yang tidak memakai pakaian lengkap, BERDIRI DI DEPAN. SEKARANG!!" Teriak lantang salah satu senior itu.
*semua terlihat panik sekaligus kaget.*
"Dalam hitungan ketiga. SATU, DUA..."
Semua murid yang berpakaian tidak lengkap langsung berlari kedepan
"Sepertinya sudah semua." Masih salah satu senior yang berteriak lantang.
Sesuai dengan pikiran ku, mereka (senior-senior) itu hanya berperilaku baik jika ada guru, dan jika tidak dilihat oleh guru mereka bersikap seenak mereka. Memang dasar senior norak. Ada 4 orang termasuk Akiong yang berdiri di depan. 4 orang itu tidak berpakaian lengkap, ada yang tidak memakai dasi, kaus kaki, dan topi. Akiong memberi isyarat dengan melirik ku dengan tatapan takut dan cemas. Aku tidak terlalu mempedulikan Akiong. Kan memang salah dia, kalau salah tetaplah salah.
"KALIAN TAU KESALAHAN KALIAN KAN! DASAR JUNIOR-JUNIOR TIDAK TAU ATURAN, BARU HARI PERTAMA SEKOLAH SAJA SUDAH BIKIN MASALAH!" Kata kakak senior sambil menunjuk-nunjuk.
*Salah satu senior itu mulai berbicara dengan nada teriakan yang sangat kencang sampai membuat salah satu murid perempuan yang memiliki paras yang lumayan cantik menangis ketakutan.*
"Loh kenapa, kok nangis? Kakak Terlalu kasar ya? Tenang Sehabis ini kita jalan-jalan yok, berduaan saja. Kamu lumayan cantik juga ya, sudah ada pacar belum." Kata si senior sambil merangkul dan mencubit-cubit pipi si murid perempuan.
"Maaf kak..." Ucap perempuan itu sambil menangis.
Aku sedikit kaget ketika dia langsung merangkul perempuan itu. Tidak cuma keterlaluan ketika tidak ada guru, dia juga tidak memperlakukan perempuan dengan sepantasnya, itu lebih ke pelecehan. Memang keterlaluan. Kesabaranku hampir habis, tanganku sudah mengepal dengan keras karena kesal. Aku melirik sedikit ke belakang, sebagian dari mereka mempunyai perasaan yang sama seperti ku yaitu perasaan kesal dan marah menjadi satu.
Aku memiliki rencana, yaitu dikarenakan mereka sedang sibuk memarahi salah satu murid, aku diam-diam melepas dasi ku, berharap mereka sadar dan menegur ku. Mereka pasti akan marah besar.
*aku melepas dasi ku secara diam-diam dan perlahan.*
*Tidak lama kemudian orang yang merangkul perempuan tadi bilang..*
"Hey lu. MAJU SINI!" Teriak senior.
*aku berjalan ke arah si senior*
"Gua bilang apa tadi, YANG TIDAK BERPAKAIAN LENGKAP MAJU KE DEPAN! DENGER GAK!?" Teriak si senior.
"Denger" jawabku dengan nada suara santai.
"Terus ini apa?"
*Sambil menggenggam erat kerah bajuku*
Aku menggenggam kembali kedua tangannya dengan erat sampai tangannya lemas dan melepas genggamannya. Wajahnya sedikit panik karena aku melawan balik. Lalu aku mendorongnya dengan kuat sampai dia terjatuh. Karena merasa dipermalukan di depan murid-murid yang lain, dia langsung berdiri dan lanjut menyerang ke arah wajah ku. dikarenakan gerakannya yang lambat aku jadi memiliki kesempatan sebelum pukulannya mengenai wajah ku, tanpa berpikir panjang aku langsung melontarkan pukulan yang cepat dan kuat ke wajahnya. Dia langsung terbaring lemas di tanah dengan posisi tengkurap.
"Ini untuk orang yang melecehkan perempuan." Kataku dengan tegas.
Kedua temannya hanya bisa kaget dan terdiam setelah melihat kejadian barusan. Aku berjalan perlahan ke salah satu senior yang lain. Dia berjalan mundur berusaha untuk menjauh dari ku karena takut. Aku berencana untuk melakukan hal yang sama kepada dia yaitu membuatnya terbaring di tanah seperti temannya. Tapi tiba-tiba..
"Hey, stop!"
Suara itu berasal dari seberang lapangan. Itu adalah...
To be continue.