Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

She is Alyra

Salma_Noviana
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.4k
Views
Synopsis
Alysha Putri Canthika, gadis cantik itu mampu memikat semua kaum Adam dimana pun dan kapanpun ia berada. Tetapi sifatnya jauh dari kata baik, ia suka membully seorang gadis yang menurutnya sudah 'merebut' sesuatu yang sangat berharga baginya. Ayra Denata, dia gadis manis yang ceria, dibalik semua itu, ia menyimpan luka yang sangat dalam. Ia ditinggal oleh kedua orang tuanya di sebuah panti asuhan saat masih bayi. Ia tumbuh menjadi gadis yang dikenal dengan keramahannya. Tidak ada yang tau kalau dibalik senyum gadis itu, punya masa lalu yang menyakitkan. Bagaimana jadinya jika kedua gadis itu bertukar jiwa? Gadis bar-bar yang suka membully dengan gadis ceria yang menyimpan luka? Bagaimana cara mereka berdua menjalani kehidupan yang tertukar ini? Bisakah mereka kembali pada kehidupan masing-masing? Atau malah, terjebak dalam kisah rumit ini?
VIEW MORE

Chapter 1 - Alysha Putri Canthika

1. Alysha Putri Canthika

"Lo ngapain bully Adel?"

Gadis itu, Alysha, tetap diam sambil menunduk. Kedua tangannya terkepal kuat menandakan bahwa ia sedang emosi. Dia tetap diam, meskipun hatinya teriris mendengar penuturan dingin dari pria dihadapannya.

"Gue tanya sama lo Alysha! NGAPAIN BULLY ADEL?!! Seenggaknya kalau lo nggak suka sama dia, lo jangan sakiti dia!"

Alysha tersentak, perlahan cairan bening mengalir dari pelupuk matanya. Sepenting itukah gadis bernama Adel? Bahkan lebih penting darinya? Padahal, Alysha adik pria itu, tapi kenapa pria itu tak mempercayainya?

Alysha memberanikan diri untuk mendongak, menatap mata tajam pria itu dengan matanya yang berkaca-kaca. "A-abang bentak aku?" tanya Alysha dengan nada lirih. Pria itu diam, tak menjawab, justru ia malah memalingkan mukanya dari sang adik. "Sepenting itukah Adel? Sampai-sampai abang nggak percaya sama aku?"

Menarik nafas sejenak, Alysha kembali menatap pria itu dengan sorot dingin. "Apa salah aku, bang? Apa?! Kenapa abang lebih mentingin dia daripada aku? Padahal adik abang itu aku bukan dia! Dia itu cuma--"

"CUKUP!! Gue nggak peduli lo mau ngomong apa. Yang gue tau, lo tadi dorong Adel sampai dia jatuh." Pria itu memotong ucapan Alysha dengan kata-kata pedasnya. "Minta maaf sama Adel, atau gue nggak bakal nganggep lo adik lagi!"

Alysha tertawa miris. "Adik? Bahkan abang nggak pernah nganggep aku adik selama ini. Kalau emang abang nganggep aku adik, apa abang percaya kalau aku bilang aku nggak dorong dia tadi? Nggak 'kan? Abang itu udah buta karena cinta tau nggak? Gara-gara cewek murahan kaya dia, abang jadi--"

Plak...

Hening. Suasana itu mewakili taman belakang sekolah ini. Yang terdengar hanyalah hembusan angin dan nafas pria itu yang memburu. "Adel nggak murahan! Bahkan dia jauh lebih baik di banding sama lo. Dia selalu bersikap baik, tapi lo selalu bully dia tanpa alasan. Dan gue kecewa sama sikap lo itu."

Setelah mengatakan itu, pria itu meninggalkan Alysha yang terdiam dengan tatapan kosong. Air mata Alysha mengalir dengan deras, tapi isak tangisnya tidak keluar.

Apakah, kakaknya tadi menamparnya? Tentu saja, bahkan dengan tidak ada rasa bersalahnya, pria itu pergi tanpa minta maaf. Tangan Alysha terangkat, memegang pipinya yang baru saja di tampar. Sakit? Tentu saja, tapi tak sesakit hatinya.

Alysha Putri Canthika, itu namanya. Namanya cantik, sama seperti wajahnya. Namun, hidupnya tak secantik itu. Ia harus menghadapi sebuah kenyataan pahit, yaitu kakak pertamanya sangat membencinya. Itu pun, hanya karena seorang gadis yang baru saja muncul di kehidupan sang kakak. Miris bukan nasibnya?

Ketiga sahabat Alysha memandang gadis itu dengan iba. Mereka tahu, tahu semua kronologi kejadian. Bahkan mereka juga tahu bahwa Alysha tak bersalah. Bahkan Alysha tak bertemu dengan Adel sejak tadi. Tetapi ia langsung di tuduh tanpa bukti yang jelas.

Mereka ikut menintikkan air mata. Jika mereka yang melihat saja sudah merasa sesak, lalu bagaimana nasib Alysha selama ini? Mereka tak bisa membayangkan itu.

Tanpa sadar kedua kaki Alyha membawa gadis itu berlari menjauh. Tak peduli tatapan semua orang mengarah padanya, yang terpenting ia ingin pergi. Sejauh-jauhnya. Sampai semua orang tak bisa menemukannya.

Dan ia tak menyadari satu hal, tepat pada pertikungan koridor....

brakk...

"ALYSHA!!!"

Bau darah langsung memasuki indra penciuman Alysha. Dia berharap, penderitaannya berakhir sekarang juga. Kedua kelopak matanya semakin berat. Hanya suara para sahabatnya yang meneriaki nama 'Alysha' adalah hal terakhir kali yang ia dengar.

*****