"Apa yang kau lakukan di sini? Setahuku, ruang kelas berbeda arah dan cukup jauh."
Raiden hanya tercengir lebar menanggapinya. Tak lupa pria itu juga menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.
"Menunggumu," cicitnya pelan.
Leona membulatkan matanya lebar-lebar. "Aku? Tapi, kenapa?"
"Nanti akan kuberi tahu, lebih baik sekarang kau ikut aku saja!" ucap Raiden seraya menarik pergelangan tangan Leona untuk ikut bersamanya.
Sejujurnya, Leona tidak tahu Raiden akan membawanya kemana. Gadis itu hanya diam menurut saja, membiarkan pria bermantel abu itu menarik tangannya ke suatu tempat.
Sampai akhirnya, mereka berdua berhenti tepat di depan sebuah pintu bercat cokelat muda yang tingginya mencapai lebih dari tiga meter.
Raiden masih memegang pergelangan tangan Leona erat. Seolah-olah, jika tautan mereka sampai terlepas. Leona akan menghilang begitu saja.
Kriett ...
Tanpa perlu Raiden dorong, pintu cokelat itu sudah lebih dulu terbuka. Yang ternyata, adalah ruang aula.