Chereads / Dia...Siapa? / Chapter 6 - Tanda Bukti Kasih Sayang

Chapter 6 - Tanda Bukti Kasih Sayang

Ranita masih tertunduk lesu mendengar ceramahan dari Ayahnya,ia sangat terkejut.Ternyata Ayahnya mengetahui kejadian yang menimpanya.Dan yang lebih membuatnya tak habis pikir,ayahnya sampai memerintahkan anak buahnya untuk mengawal dan mengawasinya.Ranita rasa..Itu terlalu berlebihan, "Ayah..Aku sudah besar,dan aku bisa beladiri.Ayah kan tahu,aku sudah ikut beladiri sejak SD kelas 5.Aku yakin bisa jaga diri aku sendiri" keluhnya tak terima.Ayah hanya diam,dan berkata dengan tenang."Ayah sudah tahu kamu akan bicara seperti itu,demi keamanan kamu.Kamu putri kesayangan ayah.Dan kesayangan bunda" terang Ayah menjelaskan."Benar apa kata ayahmu,nak.Bunda mendengarnya pun merasa khawatir tadi.Bunda tahu,anak bunda ini jagoan dan tidak takut apapun" ujar bunda "Tapi...Biar bagaimana pun,kamu tetap seorang perempuan.Yang mesti dijaga,kamu..Mutiara yang paling indah dikeluarga ini"sambung bunda dengan lembut.Ayah mendekat dan memeluk Ranita dengan hangat,Bunda pun demikian.Ranita merasakan hangatnya pelukan Ayah dan Bundanya.Tetes airmata mengalir dari mata indahnya,ia harap..Pelukan ini bisa dia rasakan terus.Dia berpikir orangtuanya seperti itu karena besarnya rasa cinta dan sayang pada anaknya.Dia bisa mengerti,hanya saja..Tetap dia tidak merasa nyaman apabila setiap hari harus diikuti.

Ayah menjelaskan bahwa memang dia akan dikawal,hanya saja para pengawalnya itu hanya mengawasi dari jauh.Ranita mengumandangkan hak privasinya tidak bisa diganggu!Ayah dan Bunda hanya mengiyakan keinginan putri semata wayangnya ini.

Dia mempunyai seorang adik laki-laki berumur 5 tahun,tingkah lucu dan polos adiknya menjadi pengobat lelah Ayah dan Bunda.Dan bocah itu tengah tertidur pulas diatas sofa.Setelah 'Rapat' selesai.Ranita meminta ijin untuk segera kekamarnya ingin istirahat.

Jam didinding menunjukkan pukul 23:30 WIB.Tanpa berganti pakaian ia langsung terjun kekasur kesayangannya "Ohh kasurrr..Maaf ya lamaa,kamu kangen ya hmm?Muuachh muuach" memang kaum rebahan mau gimana lagi?Ketemu kasur langsung pelor dah:v

Baru sebentar bicara tadi suaranya tak terdengar,yang ada hanya ada dengkuran halus yang keluar.Ranita sudah terlelap dalam mimpinya..

Rumah Chintiya

Malam semakin larut,mama memutuskan untuk tidur menemani Chintiya dikamarnya.Wanita berumur 40 tahunan itu tengah membelai lembut rambut putri semata wayangnya.Nafasnya..Dan juga kehidupannya,dia begitu menyayangi anaknya ini.Dia sebagai Ibu merasa tidak berguna,putrinya tumbuh tanpa kasih sayang penuh darinya.Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai anaknya pun terlantarkan.Akan tetapi,bila ada waktu luang dia selalu sempatkan untuk menemui dan mengobrol dengan anaknya.Matanya berkaca-kaca mengingat barusan.Dia tidak mau anaknya menjadi pribadi yang kasar.Tindakan Chintiya tadi..Sebenarnya tamparan keras pula untuknya,dia menyesal.Akibat mereka sering berantem dihadapan anaknya,mempengaruhi mental Chintiya.Berkali dia mencium lembut kepala putrinya ini" Maafkan mama sayang.Belum bisa jadi mama yang baik..Hiks!Belum bisa jadi orangtua yang baik..Hiks!" keluh Mama yang menangis dalam sepi..Bu Lidya(Mama Chintiya) memutuskan untuk mengajak Chintiya jalan-jalan ke Puncak.Dia ingin menghabiskan waktu berdua bersama putrinya ini,beliau harap.Semoga anaknya bisa tersenyum terus,dia akan sangat terluka.Bila melihat Putrinya menangis..

Keesokan harinya..

"Selamat pagi sayang!!" sapa mama pada Chintiya "Juga maaa..Eghhh!" balasnya sambil membuka mata dan meregangkan tubuhnya.Chintiya masih duduk diam mengumpulkan nyawanya diatas kasur "Ternyat anak mama jelek banget sih kalo habis bangun tidur" ledek mama.Chintiya melirik cermin dan..

"Ihh mama ngeledek nie!Masih cantik koq weee!!" bela Chintiya sambil menjulur lidahnya.Mama hanya tertawa melihatnya,Chintiya hanya senyum.Dia begitu bahagia pagi ini,mendapatkan ucapan selamat pagi,dan melihat senyum dan tawa mamanya."Sayang..Mama ada kabar gembira buat kamu!" seru mama."Kabar gembira apa?" tanyanya kepo."Hari ini mama mau ajak kamu ke villa dipuncak!"seru mama lagi..Mendengar itu Chintiya langsung loncat kegirangan seperti anak kecil.Dia bertanya berkali-kali untuk memastikan,dan berkali-kali pula mama meyakinkan sampai merasa gemas pada putrinya ini..

Mereka tertawa riang penuh kebahagiaan.Rencananya ingin berangkat nanti jam 10 pagi,sekarang mereka turun kebawah untuk pergi sarapan.Hari ini Papa libur dan tidak pergi bekerja karena sedang weekend.

"Paa..Hari ini kita mau kepuncak,papa mau ikut?" tanya mama.Chintiya hanya cuek saja tak peduli,dia sudah tahu pasti papanya akan menolak."Ga bisa..Jam 10 aku ada meeting sama klien ku dari Malaysia yang mau investasi" sahut Papa tanpa melirik kearah Mama."Ma..Buat apa sih ngajak dia?Mana mau dia pergi sama kita?Coba kalo sama si Wulan Wulan itu.Pasti mau" sahut Chintiya ketus.Mendengar itu Papa langsung menurunkan majalah ditangannya "Anak kurangajar kamu!Tidak sopan!" kesal papa dengan suara tinggi."CUKUP!!!"Kalau papa ga mau yaudah!!Mama ga akan maksa!Dan jangan bentak Chintiya lagi!!" seru mama.Dia tak mau semakin panjang"Nak..Cepat selesaikan makananmu kita siap-siap ya" ujar mama lembut "Iyah ma" jawab Chintiya patuh..

Mama dan Chintiya berangkat lebih cepat dari rencana sebelumnya,mama ingin meredakan tensi dirumah yang sedang meninggi.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang,lalu lintas terlihat padat namun lancar.Mobil yang dikemudikan Chintiya melambat dan ternyata ada kemacetan didepan.Nampaknya sedang ada Razia Operasi Patuh Jaya.Semua mobil dicek kelengkapan kendaraannya.Mama agak kelabakan,pasalnya.STNKnya sudah lama mati pajaknya."Aduhh ada razia lagi" gumam Mama."Yaudah gak apa-apa ma..Kalau kita kabur lebih berat lagi nanti lagian banyak juga yang kena" ujar Chintiya.

Akhirnya giliran mereka diberhentikan "Selamat Pagi Bu!Bisa tunjukkan SIM dan STNK nya?"sapa seorang Polwan."Selamat pagi..Ohh ada sebentar"balasnya.Mama memberikan SIM dan STNK nya pada polwan itu dan tak lama "Ibu maaf bisa keluar sebentar,STNK ada pajaknya mati.Jadi ibu mungkin bisa ikut kami ke Pos" ujar Polwan itu.Mama pun mengangguk pasrah,Chintiya ikut turun.

"Ibu dari mana mau kemana?" tanya Polwan tadi ramah "Saya dari Tebet mau ke Puncak sama anak saya.Saya sibuk kerja terus mau ajak anak saya pergi wisata" jawab mama."Ohhh..Ngeliat anak ibu jadi inget anak saya,seumuran anak saya kayaknya." sahut Polwan tadi."Ibu untuk SIM ga ada masalah ya,hanya saja STNK nya pajaknya sudah mati.Dengan ini,ibu kita kenakan tilang ya." ujarnya.Mama diberi penjelasan dan harus mengikuti sidang dan membayar denda.Mama hanya pasrah saja,setelah selesai..Perjalanan pun dilanjutkan..