Chereads / Dia...Siapa? / Chapter 7 - Waktu yang berharga

Chapter 7 - Waktu yang berharga

Perjalanan menuju puncak sangat melelahkan.Kemacetan yang menjalar panjang,pergerakan mobil pun padat merayap.Cuaca mendung dan hujan gerimis membuat badan semakin lelah.Hanya bisa memandang kumpulan kendaraan roda dua,ataupun roda empat.Rasa bosan tak terelakkan.Puncak sekarang sedang ramai karena masuk hari libur.Jadi tak heran,bila macet sampai separah ini.

"Hoaamm..Maa..macetnya lama amat sih,lebih parah dari Jakarta" keluh Chintiya.

"Iyah ni..Mama juga kesal kalo begini terus" imbuh Mama.

Selama 2 jam mereka terjebak macet.Dan pada akhirnya mereka bisa melaju dengan nyaman untuk melanjutkan perjalanan,jam menunjukkan pukul 13:25 WIB.Sudah hampir lewat makan siang.Perjalanan menuju Villa yang dituju sekitar 30 menit lagi.Karena merasa sangat lapar,cuaca pun menjadi pendukung utama.Mereka memutuskan untuk singgah sebentar disebuah rumah makan dipinggir jalan,yang ditepiannya menyajikan pemandangan hutan dibawahnya.

Setelah memakirkan mobilnya.Dua orang ibu dan anak itu langsung mengambil langkah seribu menuju rumah makan.Hujan yang semakin deras membuat mereka agak mengigil,Mama berinisiatif untuk memesan 2 gelas minuman susu jahe sebagai penghangat tubuh.Mata indah Chintiya masih memandang lekat wanita dihadapannya kini.Wanita yang sudah melahirkannya kedunia ini,membesarkannya dengan penuh kasih.Walau hanya sedikit waktu yang bisa dia beri.Tapi,setidaknya...Dia bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari orangtuanya,Mama Chintiya pun tersenyum melihat wajah ceria anaknya.Ada sedikit penyesalan dilubuk hatinya,sebuah penyesalan..Yang tak mungkin dapat terulang kembali.Dia mengutuk dirinya sendiri,mengapa dulu dia begitu egois.Apa pengaruh masa muda?Dulu mama orang yang bebas,menikah pun diumur yang masih cukup dibilang muda.Dia menikah diusia 20 tahun,saat umurnya 21 tahun dia baru mengandung Chintiya selama 9 bulan.Persalinan normal,tanpa cacat!!Dia memandang haru buah hati kecilnya.Begitu cantik dan manis.Ketika itu dia melahirkan tanpa didampingi oleh suaminya..Yaa,papa nya Chintiya.Tidak ada yang mengumandangkan adzan untuk putri kecilnya.Papanya sedang sibuk dengan pekerjaannya,ada rasa kecewa dihatinya.

Tapi apa mau dikata?Hari demi hari,minggu demi minggu..Bulan demi bulan,tanpa terasa Chintiya sudah hidup didunia selama 3 bulan.Selama 3 bulan itu pun,perempuan muda itu berjuang mengurus putri kecilnya.Yang terkadang menangis ditengah malam meminta menyusu,mengompol,atau mungkin..Merindukan seseorang..

Rasa marah karena tak ada kabar dari suaminya,membuat dia merasa bosan haus akan kebebasan.Dia ingin bisa bebas seperti dulu.

Sebuah kabar mengejutkan datang saat mengetahui suami tercintanya.Tengah ada dirumah seorang wanita lain.Api amarah yang memuncak,bagai sebuah gunung berapi yang meletus dan emosi yang meledak-ledak.Dia berniat melabrak kedua manusia bajingan itu.Amarah dan kesedihan dia luapkan,hingga sebuah tamparan melayang kewajah suaminya.

Setelah kejadian itu,rumahtangga mereka berubah drastis menjadi dingin.Bahkan papa Chintiya sama sekali tak mempedulikan putrinya sendiri.Sungguh menyakitkan bukan?

Tetes airmata pun jatuh,begitu perihnya dia mengingat masa lalu yang berat dialami Chintiya.Tak heran,Chintiya menjadi sosok yang keras."Mama..kenapa?Mama sakit?Kita pulang aja ya?Atau kita kerumah sakit?" rentetan pertanyaan dari Chintiya,dia khawatir bila sampai Mamanya sakit.

Mama hanya tersenyum sembari mengelus lembut rambut putrinya "Mama ga apa-apa kok" ujar Mama,Chintiya agak ragu dengan jawaban Mamanya.Obrolan mereka terhenti saat pelayan datang membawa pesanannya,Chintiya makan penuh semangat.Suara cacing diperut yang meronta kini usai sudah.Mama hanya menggeleng melihat tingkah anaknya ini "Pelan-pelan sayang..Nanti sampai keselek berabe urusannya" canda mama.Chintiya hanya cengar cengir..

Minggu pagi yang mendung,untuk kembali tidur sangat mendukung.Ranita masih bersembunyi dibalik selimut Doraemonnya,masih menikmati hawa dingin.Namun,waktu 'berduaan' dengan kasurnya terganggu saat Bunda datang menarik selimut "Bangunnn..Heii anak perawan bangun siang" seru Bunda meneriaki di minggu pagi."Ngghh..Ahh nanti bunda 5 menittt lagi yaaa,masih ngantuk banget" ujar Ranita masih menutup wajahnya dengan selimut.."Hmmm..Apa perlu bunda panggil ayah" kata Bunda dengan santai sambil mengelap kaca kamar Ranita,mendengar itu Ranita yang dibalik selimut langsung membuka matanya.

Deg!!

Dia menarik salivanya kasar,sedetik kemudian dia langsung bangun."Ehh Hehehe..Ga usah bunda,liat noh aku dah bangun kan" ujarnya cengengesan..Bunda menatapnya sambil menyilangkan tangan,kode matanya melirik ke kasur Ranita.Seakan paham dia langsung membereskan tempat tidurnya dengan cepat.Bunda hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Sekarang Bunda mendapatkan tugas piket pagi dikantor.Bunda seorang POLWAN..Pagi hari ini sama seperti Ibu-ibu pada umumnya,membereskan rumah,menyiapkan sarapan,lalu siap-siap berangkat menuju markasnya.

Ranita sudah dibiasakan disiplin sejak kecil.Dia terbiasa melakukan sesuatu dengan mandiri,tidak mau terlalu mengharap bantuan orang lain..Kecuali benar-benar mendesak.

Setelah selesai membereskan kamarnya,dia bergegas mandi dan turun untuk ikut sarapan.Ayah sudah menunggu dibawah dengan wajah masamnya "Morning Ayahhh..Muuahh" sapa hangat Ranita mencium kening ayah.."Lama banget mandi,kamu mandi apa konser?" tanya Ayah sebal "Ayah mau makan duluan ga dibolehin tuh sama bunda" sambung Ayah lagi.Ranita dan Bunda tertawa "Maaf ayah..tadi dikamar mandinya lagi macet ada lampu merahh hahahha" candanya "Udah udah...Ayo kita makan" ajak Bunda.."Ehh bentar" tahan Ranita "Ada apa?" tanya Ayah dan Bunda serempak dengan wajah bingung.."Dimas mana?Masih tidur ya?" Ranita mencari Dimas adiknya "Biarin aja..Kasihan liatnya,pules banget tidurnya.Bentar lagi juga dia bangun" ujar Bunda.Ranita hanya ber ooo riaa,mereka pun makan dengan tenang.Sebelum makan,Ayah memimpin doa sebelum makan.

Selesai makan..

Ranita menuju dapur membantu Bunda mencuci piring,Bunda nampaknya sedang terburu-buru.Ranita berinisiatif untuk mengambil alih semua,Bunda tentu saja menyambut dengan senang hati.Untuk masalah mencuci pakaian,si bibi sudah datang dan langsung mengerjakan pekerjaannya.Hari ini pun,Ranita ingin ikut ayahnya untuk mengikuti latihan fisik di Markas KOPASSUS di BatuJajar.Dia ingin melatih dirinya,karena dia ingin seperti ayah.Seorang Abdi Negara..Sebenarnya ada 1 rahasia yang tidak diketahui ayahnya,Ranita sudah ada yang mengajak dalam sebuah organisasi rahasia.Dan hari ini,dia memberi jawabannya.Ranita ingin mengeksplorasi kemampuan yang ada dalam dirinya,potensi dan bakatnya.Pekerjaan itu penuh bahaya,tapi justru membuat Ranita semakin bersemangat karena darah mudanya..

Sosok Ayah dan Bunda adalah panutannya,dan dia ingin seperti mereka berdua.Begitulah pikiran Ranita kira-kira.

Bunda sudah berangkat piket,kini giliran Ranita yang tengah bersiap-siap ikut dengan Ayah ke markas.Dia begitu semangat hari ini..

"Wahhh..Anak ayah semangat banget kayaknya" ujar Ayah,"Iyah donggg..Harus itu Yah,ya kali anak muda diem-diem bae!" serunya."Hmmm..Iyah iyah" sahut ayah sembari mengacak-acak rambut Ranita.Dan Ranita protes rambutnya diacak-acak sambil memanyunkan bibirnya.Melihat seperti itu membuat ayah jadi gemas dan mencubit pipinya "Auww sakit Yah!" protesnya..

"Huu payah.Kata mau jadi prajurit,baru cubit dikit udah aduh-aduhan" ledek Ayah langsung berlalu menuju mobil "Ihh Ayah nyebelin!" serunya lagi."Dimas Ayoo!!" teriak Ranita,kaki kecil itu berlari menghampiri "Kakak mah kenapa ninggalin aku tadi?" protes Dimas cemberut."Kamu sih lelet huu" sahut Ranita sambil mencubit pelan pipi adiknya.

Pertengkaran kecil antara kakak dan adik selesai,saat ayah menyuruh mereka bergegas masuk mobil.Selama diperjalanan..Ayah dan Ranita sibuk mendengarkan cerita adik kecil ini,terkadang gantian Ranita bercerita.Dan saat bagian ayah bercerita,Ranita dan Dimas begitu bersemangat..

Oke segitu dulu ya😊 bsok langsung up 2 chapter..Arigatouu,beri author semangat donk biar lbih semangat nulisnya😴😢😂