Terkadang, semua yang dilihat oleh mata belum tentu benar.
Dan sekarang, dia sudah tidak berniat melakukan apapun.
Di bawah pohon bunga persik, bayangan keduanya yang berpelukan akan selalu muncul di benaknya.
Tanpa mendapatkan penjelasan pribadinya, tidak akan ada kenyamanan diri yang muncul.
Fira hanya berhenti dan duduk dengan linglung di halaman.
"Fira … "
Aroma yang dikenalnya melayang ke hidungnya. Dia tidak berbalik untuk menatapnya seperti yang selalu dia inginkan. Dia masih mempertahankan postur aslinya dan duduk tak bergerak.
"Fira, ada apa?"
Arbani melihatnya beberapa saat, dan menemukan ada sesuatu yang tidak beres dengannya, mengerutkan kening, mata phoenix-nya penuh dengan perhatian, "Mengapa kamu tidak mengatakan sepatah kata pun?"
Fira mengangkat matanya sedikit. Sudut bibirnya bergerak, tapi tidak ada suara.
