Seolah-olah dengan sengaja merendahkan suaranya, suara magnetis Arbani penuh dengan godaan, "Aku merindukanmu."
"Uhukk … uhukk … uhukk … "
Fira tersedak air liurnya sendiri dan membuka lebar matanya. Melihatnya, ekspresi wajahnya bahkan seperti melihat neraka.
Arbani mengira penampilannya ini sangat lucu. Dia hanya menggodanya dengan santai, dan Fira sudah langsung tercengang seperti ini. Mungkinkah kata-katanya memang begitu menakutkan?
Arbani berdiri, berjalan perlahan ke arahnya, dan berhenti ketika dia sudah berjarak kurang dari satu meter.
Fira tepat di depannya, matanya bulat dan lebar, pipi merah mudanya seperti bunga persik yang mekar di musim semi, halus dan indah.
Arbani ingin mengulurkan tangan dan meremas wajahnya, ujung jarinya hendak bergerak, dan rasa sakit di hatinya yang belum pudar membuatnya harus menahan dorongan itu.