Cahaya keemasan pucat mengelilinginya, dia sepertinya telah jatuh dari langit, dan dia seperti pria tampan yang berjalan keluar dari sebuah lukisan.
Ketampanannnya memang tidak seperti Arbani, tapi tidak ada yang bisa menghilangkan aura menawan itu darinya.
Detak jantungnya. . Tiba-tiba berdebar dengan kencang.
Ada perasaan gugup yang tak bisa dijelaskan.
"Kenapa kamu di sini."
Fira masuk ke ruangan itu dan melontarkan sebuah pertanyaan dengan santai.
"Yah, aku sangat suka Dunia Fana ini. Jadi aku hanya akan berjalan-jalan saat aku tidak sibuk."
"Oh."
Fira mengangguk.
Melihat ada beberapa hidangan di atas meja, dia tidak bergerak, tapi aroma makanan itu mengalir ke hidungnya, dan perutnya menjerit karena lapar.
Tiba-tiba, dia merasa sangat malu.
Kedua orang di ruangan itu menatapnya. Byakta terkejut sesaat, lalu mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum ringan, "Apakah kamu lapar?"
Fira tersipu, wajahnya panas dan malu. Tapi dia mengangguk.
Ini sangat memalukan.