-POV Nayla-
"Tapi, saya nggak bakal diapa-apain 'kan, Pak?"
Entah kenapa, bayangan horor, si bos sekongkol sama si aki-aki, mau mutilasi gue. Aduh, serem. Nggak. Takut.
Tapi, bukannya ngejawab, do'i malah ketawa ngakak.
"Kenapa ketawa, Pak?"
Padahal gue udah merinding disko ini.
"Karena kamu berpikir yang tidak-tidak. Sebab itu saya tertawa."
"Lucunya di mana?"
Bagi dia lucu, bagi gue nggak.
"Kenapa kamu mengira saya akan melakukan sesuatu hal padamu?"
Gimana ya, kepikiran aja sama si aki-aki. Aduh, gue masih trauma aja rasanya.
"Nggak ada, Pak. Tadi cuma sekilas aja kepikiran sesuatu hal yang horor."
Duh, bilang apa sih? Ngomongin horor, kok mah jadi takut sendiri. Gue ke bawah kolong meja aja. Takut juga kalo sendirian di sini. Mana paling belakang lagi. Meski suasana di sini ceria, cat-cat yang cerah, tapi, atas nama takut, meski semeriah apa pun, kalo udah takut, ya, takut.
"Jangan biasakan memikirkan sesuatu yang buruk, nanti kejadian lho."
