-POV Reza-
Saya tidak punya pilihan termasuk tetap diam mengikuti apa yang diinginkan Papa. Hari itu, ketika Nayla mengatakan hendak menuju ruang redaksi, saya masih terasa gamang. Takut sekali dengan sosoknya yang telah mengancam akan membunuh papa. Dia bukan Nayla yang saya kenal.
Tak beberapa lama. Beberapa orang pengawal Papa datang, membawa saya agar kembali ke DA. Setyo ikut serta. Ruangan pun dikunci rapat. Chika terlihat tertawa puas menatap saya yang seolah jadi pesakitan di bopong oleh beberapa orang ke luar kantor.
Saat itu pikiran saya sangat terganggu, tidak ada rencana apa pun yang terpikir oleh saya. Diam dan menunduk, hanya itu yang bisa saya lakukan.
Sesampainya di DA, Papa sudah menunggu dengan wajah tegang.
"Lihat ini, Reza. Semua kelakuanmu. Sampai menyeret kasus lampau. Apa jadinya kita sekarang? Hah! Ini baru share media sosial. Bagaimana jadinya, jika nanti sudah ditayangkan tv nasional seperti yang terjadi kepada kamu?"