-POV Nayla-
Gue nggak tahu lagi apa yang akan dilakukan. Saat ini, gue masih sama Aira. Sampe sore begini, ponsel Reza nggak juga aktif. Aira juga terus nelpon Setyo, kali aja dia ngangkat. Cuma, nggak juga.
Kita udah berada di depan istana mereka yang megah. Pagarnya yang tinggi itu tertutup rapat. Gue nggak tahu gimana caranya buat bisa masuk ke sana. Biasanya selalu sama Reza, dan pagar otomatis terbuka, saat mendeteksi wajah dia. Lha gue, gimana? Mau gedor-gedor juga gimana. Pusing banget gue.
Aira terus mencoba menghubungi.
"Hallo."
Saat Aira bilang hallo, hati gue juga jadi ikutan bahagia dengernya.
"Iya, Mas Setyo, ini aku Aira. Aku lagi di depan rumah Pak Dendra. Aku sama Nayla, mau ketemu Pak Reza. Dia pergi nggak bilang-bilang. Ngasih kabar juga nggak. Mas Setyo nggak di sini. Trus Pak Rezanya di mana? Apa? Dibawa pergi! Sama siapa? Aduh, ya udah, aku susul deh ke tempat, Mas ya. Oke, oke, makasih Mas."
Aira udah mutusin sambungan telepon.
