-POV Reza-
Sesampainya di kantor, kami pun disongsong oleh rekan-rekan yang peduli terhadap kami. Kemudian, Aira juga segera menyusul saya ke ruangan. Katanya skandal saya terbongkar ke media.
Saya memejamkan mata. Arka, dasar manusia celaka. Ia akhirnya mengibarkan bender perang kepada saya.
"Bagaimana ini, Pak Reza? Kita masih dalam tahap penilaian untuk bulan periode ini." Aira terlihat panik. Ia merasa cukup peduli pada Nabastala ternyata. Ah, kenapa saya jadi begini? Kacau sekali pikiran ini.
"Tolong, tenanglah dulu, Aira. Tolong bantu saya untuk memback up ini semua."
Kepala saya sangat sakit. Ingin rasanya merebahkannya seketika, tapi saat melihat wajah Nayla yang memucat, saya jadi tak boleh begini. Jangan lemah, karena ada Nayla yang harus saya lindungi.
"Tolong tinggalkan saya sejenak untuk berpikir." Saya meminta kepada mereka untuk beranjak sebentat, sekedar memberikan kesempatan kepada saya untuk menenangkan diri.
