-POV Reza-
"Nayla, saya salah apa? Kenapa kamu malah marah-marah begini sih? Ini bukan masalah di antara kita, kenapa jadi kita yang heboh begini?" Saya benar-benar tidak habis pikir dengan Nayla, entah setan apa yang merasukinya, tiba-tiba saja menjadi seperti ini.
"Ya, kamu mikirlah, gimana perasaan ibunya, itu anak capek-capek dikandung, sembilan bulan, kamu kira nggak berat, seenaknya aja kamu mau pisahin begitu. Mikir dong, Za. Coba kalau kamu diposisi dia, apa kamu sanggup dipisahin sama anak sendiri pas lagi sayang-sayangnya?" Nayla bertambah menyolot bicara dengan saya. Ya Allah, kenapa kepala batunya kambuh begini?
"Justru karena saya memikirkan dia, makanya meminta anak itu tetap di yayasan, karena di sana, Lia jadi lebih terarah dan terpantau tumbuh kembangnya, dari pada sama Ibunya, nanti Lia ikut-ikutan kacau seperti dia gedenya. Apa kamu mau? Nggak 'kan, biar gimana pun, kita juga bertanggung jawab akan anak itu." Saya jadi terpancing emosi gara-gara Nayla.