-POV Reza-
"Apa lagi, Ra?"
"Za, aku mau kita bicara. Aku nggak pengen kamu salah paham, soal ucapan wanita gila tadi itu."
"Tidak ada yang salah saya pahami, kamu dengan hidupmu, bukan urusan saya, Aira. Kita hanya teman," ucap saya sedikit menekankan. Saya tidak ingin membuat orang lain, beranggapan lebih terhadap diri ini.
Jikapun saya mendekatinya suatu saat nanti, ini hanya agar ia bisa menyadari sesuatu hal, tentang persahabatannya dengan Nayla. Tak perlu memikirkan saya dalam hal ini. Hubungannya dan Nayla, terlebih erat dibandingkan dengan saya.
Bagi saya, Aira bukan sosok sahabat, meski kami kami terbilang cukup dekat, tetapi itu semua karena andil Nayla. Jika tak ada Nayla, belum tentu saya akan bisa dekat dengan gadis pengganggu seperti dia. Sejak kecil saja sudah kelihatan bagaimana watak buruknya.
"Za, tunggu. Aku cinta sama kamu. Aku udah nggak tahan dengan semua rasa ini. Tolong, Za. Kasih aku kesempatan. Aku bisa gila kalo kamu nggak mau nerima cinta aku."
