Nadine sama sekali tidak bisa menangkan pikirannya. Ia merasa gelisah kerap kali Mia merancanakan sesuatu padaku. Maka dari itu, ia memutuskan untuk mengunjungi makam Devan.
Perlahan-lahan kakinya melangkah memandang nama Devan terukir dengan cantik di sana.
"Devan Mahaprana Faresta ... andaikan kamu masih ada, aku pasti tidak akan seperti ini," ucap Nadine.
"Hei Devan, nama kamu persis sepertimu ya ... optimis. Apa aku bisa optimis sepertimu jika arti namaku bukan itu? Kenapa kamu meninggalkanku secepat ini? Kamu tau seberapa berat aku menghadapi itu semua?" lanjut Nadine.
"Yang merasa berat bukan cuma kamu saja," sahut Arwan yang baru datang dengan setangkai bunga mawar putih.
Nadine membeku begitu mengetahui jika Arwan mengunjungi makam Devan.
"Kalau tau bakal ketemu sih ngga akan ke sini sekarang," gerutu Nadine dalam hati.
"Nadine ..." panggil Arwan pelan sembari menatap batu nisan Devan.
"Apa?" ketus Nadine.