Rona surya mentari kian elok dengan warna keemasannya yang menghangatkan. Mayang membuka tirai jendela kamarnya, di lantai 10 Apartemen yang minimalis ini lah dia mengistirahatkan diri setelah seharian bekerja di kantor barunya.
Letak apartemen yang hanya bersebelahan dengan apartemen bos sialannya itu adalah apartemen mewah dikota J, bukan karena banyak uang Mayang menempati apartemen itu, tapi karena kebaikan hati sahabatnya SMU nya yang bernama Maura.
Maura adalah satu-satunya sahabat yang dimiliki oleh Mayang ketika duduk di bangku SMU, dan hanya dia yang tahu keberadaan Mayang selama ini, dan karena campur tangannyalah Mayang kini berubah menjadi wanita cantik bak super model.
Mayang duduk dibalkon apartemen sambil memegang cangkir capucino ditangannya, dengan santai dia menyeruput minuman penyemangat pagi denamai gan penuh hikmat, mengingat hari ini dia akan bebas dari bos sialannya itu, yah sang bos akan pergi keluar kota selama tiga hari dan itu sungguh merupakan hari yang membahagiakan untuknya. Namun sayangnya kebahagiaannya itu hanya sesaat, karena tiba-tiba saja ponsel pintarnya berbunyi.
"Hallo, selamat pagi pak bos."
"Selamat pagi, sekarang juga kamu bersiap, hari ini kamu ikut saya meeting di luar kota."
"Apa?"
"Apa kamu tuli, aku tunggu 30 menit lagi kamu harus sudah sampai apartemen saya, mengerti!!"
"Ba..Ba..Baik PAk Bos." Si Bos tampan nan sialannya itu langsung menutup telponnya.
Mayang berjalan terburu-buru ke kamar mandi, sambil tak henti-hentinya mengumpati kelakuan bos barunya.
"Ya Allah, sabar..sabar..ingat duit.. May.. Ingat duit." kembali kata-kata penyemangat terlontar dari bibir seksinya. Setelah selesai mandi, Mayang buru-buru memasukkan beberapa baju dan keperluannya kedalam travel bag kecil berwarna merah, mengambil sepatu hak tingginya kemudian ditenteng keluar dari apartemen sambil menarik travelbag kecil miliknya.
"Selamat pagi mbak Mayang." Sapa security apartemen yang bernama Adi, dan kebetulan sedang menunggu pintu lift terbuka untuk kembali ke pos dilantai bawah.
"Selamat pagi pak adi."
"Mbak kog sepatunya ga dipake? malah pake sendal kamar.?"
"Saya buru-buru pak, udah ditunggu bos saya."
"Perasaan ini masih pagi untuk ke kantor mbak."
"Ya emang bos saya emang rese, mau keluar kota aja bilangnya barusan, ga dari semalam gitu, ngeselin emang."
"Sabar Mbak, namanya juga bos."
"Iya pak, ginilah nasib bawahan."
Tak terasa lift sudah sampai lantai dasar, Mayang buru-buru keluar dari lift dan berjalan menuju ke gedung apartemen disebelahnya, setelah berpamitan dengan pak security.
Buru-buru Mayang menekan tombol lantai yang dia tuju, lift segera meluncur naik, beberapa menit kemudian dia sampai di depan pintu apartemen Firman.
TING NONG!!!
Pintu apartemen terbuka, Mayang masuk ke dalam apartemen bos tampannya.
"Kamu terlambat 10 menit 52 detik."
"Maaf Pak Bos, ayo berangkat, bawa tas saya."
"Hah!!"
Demi cicak-cicak di dinding yang lagi pada pacaran, capek-capek dan terburu-buru dia kesini hanya untuk membawakan travel bag kepunyaan sang bos??? Ya salam... Mayang benar-benar tak habis pikir bagaimana dia dulu bisa jatuh cinta sampai sejatuh-jatuhnya sama bosnya itu. Mayang menepuk jidatnya perlahan sambil berjalan gontai menarik travel bag di samping sofa yang di duduki bosnya.
"Ayo berangkat."
Mayang tak menjawab ajakan bosnya, dia hanya menurut, dan berjalan dengan menarik dua travel bag ditangan kanan dan kirinya, dia meninggalkan sandal kamarnya begitu saja di dalam apartemen Firman dan menggantinya dengan sepatu hak tinggi yang tadi dia bawa.
Sampai diparkiran mobil, Mayang menaruh kedua travel bag itu kedalam bagasi, dan dia duduk disamping bosnya yang telah terlebih dulu duduk dibelakang kemudi. Tanpa menunggu lama mobil itu sudah melaju membelah suasana pagi kota J.
Mayang diam tak mengucapkan sepatah katapun, dia memilih untuk melihat sisi jalan di luar jendela mobil. Firman menatap sekilas pada sekertaris di sebelahnya, dalam hati dia berfikir apa benar Mayang gadis cupu dan gendut itu bisa berubah drastis menjadi perempuan seksi ini?
'Apa bener kalau dia itu Mayang, gw harus menyelidikinya.' Bisiknya dalam hati.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya mereka sampai di bandara internasional kota J dan memasuki terminal khusus untuk pesawat pribadi. Mayang segera keluar dari mobil dan mengambil dua travel bag dibagasi, sedang Firman memberikan kunci mobilnya pada petugas bandara untuk memarkirkan mobilnya. Kemudian mereka memasuki pesawat pribadi yang sudah menunggu mereka.
'Pantesan dia ga pusing beliin tiket dadakan gw, punya pesawat pribadi rupanya, pantesan kelakuannya seenak jidat aja.' Gumam Mayang.
"Duduk disini." Perintah sang bos sambil menunjuk kursi di sebelahnya.
"Tolong kamu cek dokumen ini." Kata Firman sambil menyodorkan dokumen pada Mayang.
"Sepertinya, ada sedikit perbedaan dari proposal yang mereka ajukan dengan laporan pengembangan yang mereka buat pak."
"Kamu baru saja membuka file itu, bagaimana kamu langsung bisa menyimpulkan seperti itu?"
"Lihat saja ini, dari material yang mereka gunakan saja sudah berbeda dengan kesepakatan pak, tapi coba nanti kita cek langsung ke lapangan pak."
"Ya, kita memang harus segera mengecek ke lapangan, supaya tahu apa yang terjadi sebenarnya."
Diam-diam Firman kagum dengan kinerja Mayang, cantik dan profesional. lagi-lagi hatinya di buat tergelitik terhadap siapa sebenarnya Mayang. Firman membuka biodata Mayang yang baru saja dia terima dari kepala HRDnya. Firman menautkan kedua alisnya membaca biodata Mayang. Dari tanggal lahir dan nama lengkapnya sama persis dengan sosok Mayang yang dia cari selama ini. Dan sebuah ide muncul ketika dia membaca alamat yang tertera di dalam kartu identitas Mayang, segera saja dia menyuruh orang kepercayaannya untuk menyelidiki alamat itu.
Firman merutuki kebodohannya, kenapa dia tak pernah terfikirkan mencari Mayang kesana, dan jika dia tahu sebelumnya kalau Mayang anak seorang tentara maka dengan mudah dia akan melacaknya. tapi memang Firman tak tahu siapa nama kedua orang tua Mayang dan berprofesi sebagai apa, Firman hanya dapat bertemu Mayang ketika di sekolah, karena setelah pulang sekolah firman sudah beralih profesi menjadi seorang CEO muda menggantikan ayahnya.
"Ini sarapannya Tuan." Kata seorang pramugari yang baru saja datang dengan membawa sarapan untuknya dan juga Mayang.
"Hm, Trimakasih, tinggalkan saja disitu, kamu boleh pergi."
"Baik tuan."
"Mayang, kita sarapan dulu,"
"Baik Pak Bos."
Mereka berdua sarapan dengan hening, Mayang memilih makan nasi goreng dan telur mata sapi, serta segelas susu, sedangkan Firman memilih roti bakar dan segelas capucino hangat.
"Mayang, disini kamu tinggal sama siapa?"
Mayang melirik sekilas pada bos nya.
"Sendiri Pak."
"Sendiri? dimana orang tuamu?"
"Mereka tinggal di kampung pak."
"Oh."
Firman mencoba mengulik informasi dari Mayang namun Mayang hanya menjawabnya dengan singkat. Firman berharap dia segera mendapat informasi tentang jati diri Mayang, walau entah apa yang akan dia lakukan jika Mayang sekertarisnya adalah Mayang si cupu yang dia cari selama ini.