Marven duduk menatap adiknya yang terbaring tanpa daya, dengan leher terpasang alat untuk menjaga lehernya dari pergerakan, lalu hidungnya yang masih terpasang selang pernapasan, serta kaki yang terbungkus gips, membuat hati Marven menjadi semakin terluka.
"Tio, ini sudah beberapa jam berlalu mengapa Maura belum juga sadarkan diri?" Kata Marven dengan wajah murung, Tio yang berdiri di samping jendela ruangan itu menoleh pada Marven menatap sahabat bosnya yang sedang dilanda kesedihan.
Belum sempat Tio menjawab ucapan Marven, pintu ruang rawat itu terbuka dari luar. Lalu muncullah gadis manis berambut panjang yang diikat tinggi diatas kepala, dengan raut wajah cemas.
"Den Tio, bagai mana kondisi Maura?" Tanya Lina dengan wajah cemas dan peluh yang membanjiri wajahnya terlihat jika baru saja Ia berlari untuk sampai di ruangan tersebut.
"Dia belum sadar, dokter belum bisa menyimpulkan apapun sebelum Maura sadarkan diri." Jawab Tio.
