Chereads / secret admirer boss / Chapter 27 - Kelegaan Firman

Chapter 27 - Kelegaan Firman

Seperti biasa Mayang akan mengantarkan Zee ke sekolah sebelum Ia berangkat menuju ke restoran miliknya. Dan seperti biasa pula Firman akan mengamati Mayang di sebrang jalan pintu gerbang sekolah Zee.

"Dadah Zee…" Ucap Mayang seraya melambaikan tangannya pada sang anak yang berjalan menjauh memasuki sekolahnya.

"Dadah Mama…" Jawab zee dengan senyum simpul di wajah imutnya.

Firman menatap interaksi antara istri dan anaknya dengan tersenyum bahagia, seperti ini saja sudah cukup untuk Firman merasakan kebahagiaan. Menatap wajah dua orang yang teramat sangat ia sayangi walau tanpa menyentuh mereka. Itu cukup. Asal mereka berdua bahagia dan hidup dalam keadaan baik itu sudah cukup untuk Firman.

"Kau sudah tahu siapa laki-laki yang bersama Mayang kemarin?" Tanya Firman berubah dingin kala berbicara dengan asistennya.

"Sudah Tuan, Tuan Riko adalah seorang model dan sekaligus pemilik agensi model, dia adalah sepupu dari Nyonya Mayang."

"Benarkah?"

"Itu benar Tuan, bahkan modal yang didapat oleh nyonya Mayang untuk membangun usaha restorannya itu berkat Tuan Riko."

Firman tak menjawab, hanya helaan nafas panjang yang terlihat dari kaca spion asistennya. Ada kelegaan di hati Firman kala mengetahui jika laki-laki itu adalah saudara sepupu Mayang.

Sungguh Ia tak akan sanggup bertahan jika ternyata Riko adalah laki-laki lain yang Mayang cintai untuk menggantikannya.

Sementara Mayang melajukan motornya kearah restorannya, sesekali Ia berhenti di lampu merah tanpa menyadari jika sedari tadi di belakang motornya ada mobil yang sedang mengikuti laju motor yang sedang ia kendarai.

"Mayang, aku merindukanmu." Gumam Firman dalam hati. Sambil pandangannya tak lepas dari wajah cantik Mayang yang sedang berhenti dilampu merah tepat disampingnya.

Mayang menoleh ke samping tepat ke mobil yang di tumpangi oleh Firman, namun Ia tak dapat melihat siapa yang ada di dalam mobil itu karena kaca mobil yang gelap.

"Perasaan pernah lihat mobil ini, tapi dimana ya?" Pikir Mayang. Lalu Ia segera melajukan mobilnya setelah lampu lalu lintas berubah berwarna hijau.

"Ikuti terus dia." Perintah Firman pada asistennya.

"Baik Bos."

"Sepertinya nyonya Mayang akan pergi ke restorannya, Boss."

"Kalau begitu kita ke restorannya."

"Baik."

Mayang melajukan motornya masuk ke dalam area parkir khusus karyawan. Dan langsung masuk melewati pintu belakang. Sudah menjadi kebiasaan Mayang setiap pagi dia akan menyapa seluruh karyawannya dan mengecek bahan apa saja yang masih tersedia dan perlu di tambah, karena sekarang pesanan semakin bertambah banyak dari kantor Firman, mau tidak mau Mayang harus selalu mengecek persediaan bahan makanan mereka sehingga tidak mengecewakan pelanggan yang ingin memesan masakan tertentu.

"Sapto, kamu pergi ke pasar sepertinya ada bahan makanan yang perlu ditambah, kalau harus menunggu supplier datang sepertinya tidak akan cukup waktu, aku tidak mau ada pelanggan yang kecewa." Ucap Mayang pada Sapto, karyawannya.

"Siap Buk. Saya akan pergi ke pasar, mana catatannya Buk?" Tanya Sapto, lalu mayang menyodorkan secarik kertas berisi bahan makanan yang harus Sapto beli dan juga beberapa lembar uang.

"Pakai motor saya saja, Sapto." Titah Mayang.

"Motor restoran kita ka nada, Buk." Balas Sapto.

"Oya, ya udah kamu pergi sana pakai motor restoran, jam segini kan belum ada yang delivery." Cakap Mayang.

"Siap Buk, saya permisi dulu bu."

"Hm."

Sapto segera berlalu dari hadapan Mayang, tak berselang lama Sari datang berlari dari arah dapur.

"Maaf buk, ada Sapto?" Tanya Sari.

"Saya suruh ke pasar. Ada apa Sar?"

"Begini buk, ada pesanan sarapan dan harus diantar sekarang, sedangkan karyawan yang lain sedang sibuk, jadi bagaimana ya buk?" Sari menggaruk pelipisnya dengan raut wajah cemas.

"Mana alamatnya, biar saya yang antar." Ucap Mayang memberi solusi.

"Tapi Buk?"

"Sudah ga apa-apa, mana alamatnya, dan bawa kesini sekalian pesanannya, biar saya yang antar sekarang.

"Ehm… baiklah buk kalau begitu sebentar saya ambilkan." Ucap Sari yang langsung pergi dengan segera untuk mengambil kan pesanan dari pelanggan mereka beserta secarik kertas berisi alamat si pemesan.

Tak berapa lama, Sari kembali ke ruangan Mayang dengan membawa apa yang Mayang perintahkan.

"Ini Buk alamat dan juga makanan pesanan mereka." Ucap Sari sambil memberikan kertas bertuliskan alamat pada Mayang dan menaruh pesanan makanan itu di atas meja kerja Mayang.

"Oke, terimakasih sari, kalau gitu aku pergi dulu." Kata Mayang yang langsung pergi dari hadapan sari setelah mengenakan jaket dan menyambar tas jinjing serta kunci motornya.

"Hati-hati buk." Ucap sari.

"Oke. Jaga Restoran dengan baik."

"Siap Buk." Jawab Sari, Mayang hanya tersenyum lalu benar-benar pergi meninggalkan Sari di ruangan nya.

Mayang kembali melajukan motornya ke alamat yang di tertulis di kertas yang di berikan oleh Sari tadi. Walau agak jauh tapi karena pelanggan rela membayar ongkir yang cukup, jadi Mayang tetap dengan sabar menuju ke alamat tersebut.

Setelah sekitar setengah jam berkendara, Mayang tiba di sebuah Villa di dekat danau. Mayang segera memarkirkan motornya tak jauh dari Villa itu. Mayang berdiri menghadap Villa sesekali Ia mengecek alamat yang tertera di kertas itu dan menyamakan dengan Villa di depannya.

"Villa Rose Merah." Nama yang cukup unik. Gumam Mayang membaca tulisan di atas gerbang Villa tersebut.

Di daerah tersebut hanya ada beberapa rumah yang berada tepat dipinggir danau, Mayang sangat paham dengan tempat itu, Villa ini hanya dimiliki oleh orang-orang kelas atas, karena harganya yang begitu fantastis yang tidak memungkinkan bagi seseorang seperti dirinya untuk memiliki Villa mahal tersebut.

TING NONG TING NONG

Mayang menekan bel di dekat gerbang, lalu tak lama seseorang membukakan pintu untuknya, lalu orang tersebut menyuruh Mayang untuk masuk.

"Nona, tunggu saja di gazebo itu, saya akan sampikan pada bos saya dulu perihal kedatangan Nona."

"Baiklah terimakasih, tapi saya hanya mau mengantarkan pesanan ini saja."

"Ya, saya akan sampaikan pada bos saya dulu." Ucap sang penjaga villa yang langsung membalikkan tubunya dan berjalan menuju ke dalam ruamh.

Lagi-lagi Mayang tak menyadari jika sedari tadi sang pemilik Villa telah mengamati kedatangannya. Ia sengaja menyuruh penjaga Villa untuk menyuruh Mayang masuk karena Ia ingin lebih lama menatap wajah yang selama ini Ia rindukan.

"Mayang, rindukah kau padaku? Aku sangat merindukanmu, sayang." Ucap Firman lirih.

"Tuan, apa yang harus saya lakukan selanjutnya?"

"Tanyakan padanya, apakah makanan itu pemiliknya sendiri yang masak atau bukan?jika bukan maka mintalah pemiliknya untuk memasakkannya untuk ku."

"Baik Tuan."

Lalu sang penjaga Villa kembali menemui Mayang, dan mengatakan apa yang dikatakan oleh Bos nya. Mayang mengerutkan dahi, merasa bingung atas permintaan dari pelanggannya ini.

"Aku harus memasak? Disini?"

"Ya, dan Tuan kami akan membayarnya tiga kali lipat atau berapapun yang anda inginkan, asalkan anda sebagai pemilik restoran mau memasakkan makanan kesukaan beliau langsung disini." Ucap Sang penjaga Villa.

Mayang terdiam sejenak, otaknya berfikir keras, bagaimanapun dia tak ingin mengecewakan pelanggannya, lalu dia mengangguk tanda setuju. Firman tersenyum dari lantai kamarnya menatap persetujuan Mayang untuk memasak kesukaannya.