Tio menatap wajah yang sedang tersenyum di dalam ponsel. Entah sejak kapan Emira selalu menjadi tempatnya untuk berbagi. Gadis itu benar-benar bisa menjadi sosok yang bisa menjadi pelipur lara di hatinya. Menjadi tempatnya untuk mengatakan semua yang sedang bergelayut di dalam hatinya.
"lalu, setelah tahu jika yang datang adalah penjual cemilan bagai mana?" tanya Tio sambil tersenyum mendengarkan cerita dari Emira tentang kejadian kemarin sore.
"Ya sudah akhirnya aku dan Umma menjadi lega, aku kira dia itu anak buah Nyonay Andrea untuk kembali menghardikku lagi." Ucap Emira
"Besok lagi kalian jangan lupa mengunci pintu pagar, aku tak mau kalian dalam bahaya apa lagi itu semua karena kecerobohan kalian." Tegur Tio yang membuat Emira lalu mengangguk pelan.
"Iya kak, maaf membuat kakak khawatir."