Tio menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang IGD, ingatannya kembali pada sosok wanita yang bernama Rosa, Ibunya. Mana ada seorang ibu yang tega menembak anaknya sendiri.
"Ayah, Ibu memang tidak mengharapkanku, Ibu hanya menganggapku sebagai sebuah kesalahan." Gumam Tio. Alvin yang baru saja masuk ke ruang IGD melihat Tio yang sedang termenung.
"Tio." Panggil Alvin.
"Ayah."
Tio lalu memeluk pingang Alvin. "Apa pun yang Rosa katakan, ayah harap itu tidak mempengaruhi pikiranmu, percayalah Tio ayah menyayangimu sama halnya ayah menyayangi Firman dan Sarah, begitu juga dengan bunda. Dia juga sangat menyayangimu, apa lagi kau adalah keponakannya, darah yang mengalir dalam darahmu adalah sama dengan darah yang mengalir di tubuhnya." Ujar Alvin panjang lebar.
"Aku bingung ayah, apakah aku harus membenci ibuku atau aku harus menunggu hingga ia sadar." Ucap Tio dan kini tubuhnya mulai bergetar, tak mampu lagi Ia menahan segala kesedihan di hatinya.