Malam semakin larut menyisakan dua insan manusia yang sedang duduk di balkon sebuah apartemen mewah, keduanya menatap bintang yang berjajar rapi diatas gedung-gedung yang menjulang tinggi berhiaskan lampu yang menawan.
Mayang menghela napas panjang, disampingnya Firman memeluk bahunya kekasihnya itu dengan posesif.
"Bagaimana jika benar aku hamil?"
"Ya bagus dong, kita akan segera punya anak, dan kita akan menikah secepatnya, oke?"
"Kamu bahagia?"
"Ya bahagialah, aku dah dapetin kamu, dan sebentar lagi aku punya baby dari kamu, gimana aku ga bahagia coba?" Jawab Firman sambil mencium pungung tangan Mayang yang berada di gengamannya.
"Jadi besok kita ke dokter?"
"Iya lah, seperti yang di katakan sarah tadi siang."
"Kalo ternyata aku ga hamil gimana?"
"Ya kita bikin lagi sampai kamu hamil, hahahha....auch, sakit yang." Mayang mencubit paha Firman disertai dengan tatapan tajam darinya.
"Lagian kamu mesum amat jadi orang."
"Cuma sama kamu kog mesumnya."
"Aku ga nyangka, reaksi Sarah sampe begitu?"
"Ya dia kan juga bahagia, lihat kakaknya bahagia, apa lagi dia bentar lagi jadi tante."
"Apa kamu ga bahagia?"
"Bukan gitu, aku hanya takut."
"Takut kenapa sayang?"
"Aku juga ga tahu, tapi hati aku tuh kayak ga tenang gitu."
"Itu mungkin karena kamu lagi galau aja, bingung antara hamil dan ga."
"Mungkin juga."
-------
"Sar..."
"Eh, kamu kak."
"Sendirian aja Sar?"
"Terus suruh sama siapa?"
"Biasanya sama temen-temen kamu yang rempong itu."
"Ow mereka lagi pada sibuk, kak... Kak Rangga tumben jam segini masih di kafe."
"Karena aku tahu akan ada bidadari yang datang kesini, makanya aku belum pulang."
"Lebay, mana ada bidadari disini."
"Tuh ada.." Rangga menunjuk kedepan. Sedangkan Sarah hanya bingung tengok kanan kiri mencari sosok bidadari yang dikatakan oleh Rangga.
"Ga ada, bohong aja ih.."
"Siapa yang bohong, kamu nyarinya kejauhan."
Rangga mengambil sendok kecil di samping gelas capucino Sarah, kemudian mengarahkan tepat didepan wajah Sarah.
"Tuh bidadarinya."
Seketika rona merah muncul dikedua pipi Sarah, dan menambah gemas rangga yang ingin sekali mencubit pipi yang merona itu.
"Pantes banyak cewek yang langsung klepek-klepek sama Kakak, ternyata bener memang kakak jago gombal."
"Tapi ga sama kamu, Sar... bisa-bisa dihajar habis aku sama Firman."
Mereka berdua tertawa bersama, namun tiba-tiba Rangga mengengam kedua tangan Sarah yang dari tadi tergeletak di meja. Sontak hal ini membuat jantung Sarah bertalu begitu kencang, tak dapat Sarah pungkiri dia memendam rasa pada sahabat abangnya ini sejak pertama kali abangnya mengenalkan dia pada Rangga.
"Sar, aku mau jujur sama kamu."
"Jujur? memangnya kak Rangga pernah bohongin aku?"
"Bukan bohong sih, tapi menghindari." Kening Sarah mengernyit mendengar jawaban Rangga.
"Selama ini, aku... aku..."
"Selama ini aku suka sama kamu, Sar." Akhirnya kata-kata keramat yang dari dulu ia jaga terlontar sudah. Ada kelegaan yang Rangga rasakan namun ada ketakutan juga yang menghantuinya, bagaimana jika sarah menolaknya? mungkin itu akan membuat cangung hubungan mereka nanti.
"Kak Rangga ngomong apa sih, Kak Rangga lagi butuh temen? Sarah temenin, tapi ga usah lebay gitu juga."
"Aku serius, Sar, aku suka sama kamu sejak kita pertama kali ketemu ditaman belakang rumah kamu, itu pertama kali kita kenalan kan?"
"Mungkin kamu ga akan percaya dengan kata-kataku barusan, tapi itu yang aku rasakan selama ini, hanya saja aku tak berani mengatakannya takut hal ini akan menganggu persahabtanku dengan Firman."
"Namun sekarang kita udah sama-sama dewasa, aku yakin Firman pun akan memahami perasaanku."
"Jadi kak rangga serius?"
"Bukan hanya serius, dua rius tiga rius bahkan berjuta rius Sarah."
"Katakan itu di depan Kak Firman, baru aku akan percaya."
"Di depan Firman?"
"Oke, bahkan aku akan melamarmu langsung padany?"
"Bagus kalau gitu."
Dalam hati Sarah bersorak bahagia tak terkira, laki-laki yang selama ini dia cinta ternyata juga mencintainya, namun memang tidak semudah itu Rangga bisa mendapatkan dirinya, Sarah hanya ingin Rangga sedikit berjuang untuk mendapatkannnya.
"Besok kita ke tempat bang Firman."
"Kenapa harus besok? Kenapa ga sekarang aja, Sar..."
"Abang pasti sedang tidak diapartemennya sekarang?"
"Dia sedang keluar kota?"
"enggak."
"Terus?"
"Di rumah calon istrinya pasti, tadi aku udah kesana tapi abang ga diapartemen."
"Sebentar, tadi kamu bilang calon istri? sejak kapan dia punya calon istri? pacaran aja ga pernah."
"Jangan bilang kalau dia sudah berhasil ketemu sama cewek yang baut dia menjadi mister jomblo."
"He'eh.." sarah mengangguh.
"WHAATTTT"
"Iya, abang sudah ketemu sama perempuan itu."
"Dimana? Kapan? kog dia ga cerita sama aku?"
"Belum sempat cerita kali kak, ya.... ternyata sekertaris abang itu adalah Mayang gadis yang abang suka dari jaman SMU, itu berarti juga temen kak Rangga kan?"
Rangga melotot seakan tak percaya dengan apa yang dia dengar, ya memang dia mencurigai bahwa sekertaris Firman adalah Mayang teman sekelas mereka dulu, tapi dia bener-bener syok ternyata tebakannya adalah benar.
"Tapi, Mayang dulu badannya gendut, culun, kog bisa dia berubah jadi seseksi itu?"
"Waktu bisa merubah seseorang kan Kak?"
"Benar juga sih, aku jadi makin ingin ketemu Firman dan Mayang, aku harus mengatakan sesuatu pada Mayang."
"Mengatakan apa kak?"
"aku... harus minta maaf pada Mayang, karena kelakuan lah mereka berpisah dulu, walaupun aku bahagia mereka bisa bersama kembali, namun hatiku masih menganjal jika belum meminta maaf sendiri pada Mayang."
"Oh, gitu... ya udah sekalian aja besok."
"Kenapa besok? Sekarang aja, kamu telpon abang kamu sekarang, dan dia kita susul dia dimanapun dia berada sekarang."
"Ya Ampu, segitunya sih kak."
"Ayolah Sar..."
"Oke..Oke.." Sarah mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja dan menekan tombol angka 1 yang langsung akan terhubung ke nomor abangnya itu. Tak berapa lama Firman mengangkat telpon itu, dan mengatakan kalau dia di apartemen Mayang, dan memberikan alamatnya pada Sarah.
"Apa aku bilang, abang sedang di tempat Mayang sekarang."
"Apa rumahnya jauh?"
"Ga sih kak, cuma beda gedung aja sama apartemen bang Firman."
"Jadi mayang juga diapartemen yang sama dengan Firman, hanya beda gedung? ya udah ayok kita kesana sekarang." Jawab Rangga sambil menarik tangan Sarah.
Sarah mengikuti langkah Rangga yang berjalan di sampingnya, sesekali dia melirik ke arah jemari mereka yang saling bertaut dengan erat.
Begitupun dengan Rangga, hatinya berbunga-bunga kala tangannya dapat meraih gengaman tangan dari gadis manis disampingnya ini, Walaupun mereka belum resmi menjalin hubungan namun Rangga yakin suatu saat dia pasti akan mendapatkan Sarah untuk menjadi pendampingnya.