Chereads / Kamu Aku dan Dia / Chapter 3 - Dia yang membingungkan

Chapter 3 - Dia yang membingungkan

Tasya Ariani

Hari ini benar-benar aneh Adrian yang ku tahu tak mungkin menyapaku. Tiba-tiba menarikku ke ruangan nya, memintaku menemaninya makan siang.Aku hanya duduk tak mengerti, meski dia memesankan camilan untukku aku tetap merasa aneh dengannya hari ini.Kami bukan dua manusia yang memang dekat awalnya, aku bahkan tak pernah mau tahu mengenai dia.Alasannya jelas bukan, aku selalu menghindari pria yang diluar terlihat begitu sempurna.Aku yakin setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan tapi aku menghindari tipe pria seperti Adrian,alasannya jelas, biasanya mereka punya kelebihan yang akan menjadi kekurangan mereka kedepannya seperti terlalu sibuk, workholik dan aku tak suka seperti itu.

Awalnya aku berusaha untuk keluar dari ruangannya, ya jelas saja aku tak betah, untuk apa aku diam disini sedangkan aku ke kampus untuk mencari ketenangan bekerja.Aku mencoba memberikan alasan, namun dia lebih pintar ternyata. Adrian menelpon office boy tadi untuk mengambil laptopku. Pada akhirnya aku bekerja di ruangan Adrian, cukup canggung memang tapi aku tidak punya pilihan lain.

"Kamu sibuk apa?"

"ya dok?"

"oh hanya menyelesaikan beberapa pekerjaan."

"paper kamu?"

"hmm? tidak juga." jawabku singkat.

Aku memang tidak pernah mengatakan apapun pada orang-orang jika aku melakukan penelitian atau menulis paper. Biasanya yang tahu hanya satu timku saja, dan aku memilih orang-orang yang tak banyak bicara pada oranglain, aku tak mau pusing dengan omongan orang begini begitu. Lebih baik aku melakukannya dalam diam.

"Aku tahu itu, sudah tak perlu berbohong padaku, bukankah kamu tahu itu tak ada gunanya?"

Akhirnya aku mengalihkan pandanganku dan menatap dokter Adrian.

"Aku tahu aku tak bisa berbohong tapi bisakah dokter diam?"

"Kenapa harus diam?Kenapa kamu tutupi semua kemampuan kamu, kamu tidak lihat mereka itu merendahkanmu?"

"Maaf dok itu bukan urusan saya."

"Bukan urusan kamu tapi suka nangis-nangis sama Galang bertanya salah kamu apa."

"Wajar kan?karena saya tidak tahu akan hidup sampai kapan,kalau besok saya nggak ada, gimana?Tahunya saya masih ada kesalahan dengan mereka?"

Adrian menatapku tajam,aku mengerutkan kening tak paham dengan tatapan tajamnya itu.

"Sekali lagi kamu bilang kamu pergi seperti itu aku marah."

Aku semakin mengeratkan kening, "apa?meninggal maksud dokter?" tanyaku.

"Jangan pernah mengatakan itu.Keluar dari sini."

Aku terkejut saat mendengar itu tapi tanpa bertanya aku merapikan semua barang-barangku dan segera keluar ruangan Adrian tanpa bertanya lagi.

Adrian

Aku akhirnya bisa berduaan dengan Tasya, namun dia sibuk sekali.Saat aku bertanya dia malah menjawab sesuatu yang sangat aku benci.Aku kesal dan akhirnya sedikit menyentaknya. Aku lebih benci saat dia memilih mengikuti perkataanku tanpa mendebat.Akhirnya setelah dia keluar, segera ku telpon Galang.

"Apaa?" jawabnya terdengar kesal

Aku yang heran akhirnya memastikan aku menelpon orang yang tepat.

"Woy lo mau ngomong kaga sih?gue baru balik long shift."

"oh sorry!"

"Jadi ada apa bapak direktur yang sibuk ini menelpon pegawainya yang baru saja sampai rumah?"

"Terdengar tak ikhlas!" jawabku datar

"Sebenarnya lo mau apa sih?"

"Okay sorry. Soal Tasya...."

Belum aku cerita Galang sudah tertawa, aku makin mengerutkan kening tak paham.

"Dia mengatakan soal kematian?lo marah sama dia?Begitu bukan?"

"Kok?"

"Ya, Tasya dalam kamusnya hanya satu.Kalau dia diberi kesempatan berkeluarga dia akan jalani itu tapi kalau umurnya singkat dia akan pergi dengan tenang."

"Dia tidak ada target seperti menjadi salah satu direktur rumah sakit gitu?"

"Tidak, dia bukan seperti itu.Alasan dia bertahan sampai saat ini adalah ibunya, kalau lo tau, lo akan lebih takut lagi sampai dia benar-benar menyerah dalam hidup.Tasya itu, sudah siapkan tabungan masa depan ibunya, tabungan dia kalau dia ga ada, asuransi."

"Apa?!!"

"Kalau lo suka sama dia, buktikan dan buat dia merasa disayangi.Dia itu pura-pura bodoh hanya ingin tahu ketulusan orang padanya.Karena tak ada yang tulus sampai sekarang, dia ya akan seperti itu terus."

"Gue takut Galang, gue takut dia menyerah."

Galang tertawa mendengar keluhanku pertama kalinya mengenai Tasya.

"Dia nggak ada sakit kecuali maag,beruntunglah lo.Lo cuma perlu meyakinkan dia, jika dia dibutuhkan."

Aku termenung mendengar ucapan Galang,lalu terlikir banyak cara menunjukan padanya.Namun aku pun tahu dia tak bisa seperti itu.

to be continue