Satya tidak bergerak ataupun berkomentar. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku mantelnya, layarnya bersih dan tidak ada panggilan atau pesan teks dari Citra. Tidak ada laporan dari pengawal lain juga tentang Citra.
Satya berkata pada Ana, "Cari tempat duduk di dekat sini untuk menunggu."
"Baiklah, tuan. Kita bisa menunggu di kafe di seberang."
Satya mengangguk, dan berjalan menuju kafe dengan cepat. Ana mengikuti di belakangnya. Ketika mereka tiba di kafe, Ana berkata dengan gelisah, "Tuan, haruskan saya menelepon Nona Citra?"
Pria itu melontarkan satu kata dengan ringan, "Tidak."
Karena Satya berkata begitu, Ana tentu saja mematuhinya. Dia tidak mengatakan terlalu banyak hal lagi dan hanya diam. Kafe itu ada di lantai dua, di dekat jendela. Dari sudut ini, mereka bisa langsung melihat ke arah pintu keluar bandara.