Gadis yang bernama Agnes itu cemberut, "Ayah, kamu sangat menyebalkan. Aku bisa bertarung tapi itu tidak sebaik yang kamu ajarkan. Tapi sebentar lagi ibu yang akan mengajarimu."
"Sudah, diam saja."
Gadis itu berbalik dengan enggan. Satya dan Citra sudah datang ke depannya. Dia segera mengangkat wajahnya sambil tersenyum, "Kakak." Akhirnya dia menatap Citra, senyumnya menjadi sedikit malu, "Kakak ipar."
Citra sudah melepaskan tangannya dari tangan Satya. Pertama, dia tersenyum pada pria kekar yang tingginya hampir 1,9 meter itu. Dia berusaha bersikap manis dan bertingkah laku baik, "Paman, halo, saya Citra."
Pria bernama Erwin itu mengangguk padanya. Wajahnya kaku, tatapannya yang serius, "Aku tahu, aku sering melihatmu di iklan."
Citra tertegun dengan jawabannya. Dia menoleh untuk melihat Agnes. Dia hendak membuka mulutnya, tapi tiba-tiba teringat bahwa Satya tidak memberitahu nama saudara perempuannya ini.