Ponsel Satya terus berdering. Dia mengulurkan tangan dan mengambilnya. Citra yang masih ada dalam pelukannya tentu saja bisa dengan jelas melihat siapa yang menelepon.
Jessica.
Itu normal bagi manajer untuk menelepon presiden, tetapi ketika Citra melihat nama ini, hatinya masih sedikit tidak nyaman. Tapi, dia tidak menunjukkannya. Dia hanya mengangkat tangannya dan berhenti, sehingga Satya bisa menjawab panggilan itu.
Satya menatapnya, mengetukkan jarinya untuk menjawab. Suaranya rendah dan datar, "Ada apa?"
"Pak… Pak Satya."
Citra masih dipeluk oleh Satya. Meskipun dia tidak bisa mendengar setiap kata dengan jelas, tapi dia bisa mendengar nada bicara orang di ujung sana. Itu bukan suara Jessica, tetapi suara seorang pria muda. Suaranya terdengar sangat gemetar. "Bu Jessica… dia tidak ada… sepertinya mengalami kecelakaan."