2 hari berlalu setelah para siswa di panggil ke negeri Eastalia. Tanpa adanya cara untuk kembali, banyak sekali informasi yang harus digali lebih banyak mengenai dunia baru ini.
Dengan kejadian dua hari yang lalu, hubungan antara para siswa dengan kerajaan Eastalia cukup buruk. Tuan putri memang memerintahkan para bawahannya untuk melayani para siswa dengan sopan, namun rumor yang berkembang mengenai kejadian beberapa waktu lalu membuat orang-orang di dunia ini memandang jelek seluruh siswa. Tidak hanya di dalam istana, bahkan menurut informasi rumor tersebut pun berkembang di luar sana. Karena itulah tuan putri melarang para pahlawan untuk mencoba keluar, dia memerintahkan para penjaga agar semua siswa tetap berada di dalam bangunan dan tidak meninggalkan area istana.
Bagaikan tahanan, mungkin itulah yang para siswa rasakan saat ini.
Bahkan beberapa penjaga yang ada di sekitar bangunan tempat siswa berada saat ini beberapa kali sempat bersitegang dengan siswa yang mencoba keluar. Mereka bahkan tidak segan menggunakan senjata untuk menguruh siswa kembali ke dalam. Mereka hanya bisa menyalahkan pemimpin para penjaga Alexsandra atas tindakan kasar tersebut. Namun hanya bisa mengeluh tanpa bisa berbuat apa-apa, karena saat ini tidak ada kebebasan di dalam bangunan tersebut.
Yang memiliki akses untuk bertemu dengan tuan putri pun hanyalah ketua OSIS dan anggotanya serta bu Mira saja. Para siswa hanya bisa bergantung kepada mereka untuk melakukan komunikasi dengan tuan putri dan menyuruh para siswa untuk menunggu.
Hampir sebagian besar yang protes adalah siswa kelas 2 dan 3, sementara anak kelas satu hanya bisa diam dan mengikuti mereka.
Namun beberapa diantara para siswa yang hanya bisa protes, tentu ada beberapa dianataranya yang berseberangan. Dari pada hanya bisa mengeluh, mencari informasi adalah cara membantu paling kecil disini.
Di dalam bangunan ini terdapat banyak sekali tempat, namun salah satu yang paling banyak di datangi adalah perpustakaan.
Di dalam perpustakaan ini lah informasi-informasi penting mulai di kumpulkan. Sebuah kelompok di buat untuk mengumpulkan informasi tersebut, dan di dalam kelompok tersebut Haruto adalah salah satu anggotanya.
Dengan jumlah orang yang banyak, bangunan ini di buat layaknya sebuah asrama sekolah. Kehidupan selama 2 hari terakhir bisa di bilang layaknya di dalam asrama, semua belajar dan tinggal di dalam 1 bangunan yang sama. Pemimpin di bangunan ini tentu saja adalah ketua OSIS dan juga bu Mira yang merupakan satu-satunya orang dewasa di antara para siswa. Mereka mengatur semuanya termasuk pembagian tugas untuk para siswa.
Rapat antara perwakilan siswa, ketua OSIS, dan bu Mira dilakukan kemarin pagi. Dalam rapat tersebut salah satu poin penting yang di bahas adalah kerja sama. Semua orang harus menerima kenyataan bahwa saat ini adalah bekerja sama adalah satu-satunya cara bertahan hidup di dunia baru ini. Point penting lainnya yang di bahas adalah para siswa yang di panggil Pahlawan dan Runes. Tugas inilah yang kini sedang dicari oleh kelompok yang berada di perpustakaan.
Buku demi buku mereka cari, namun masalah besar yang kini sedang di hadapi adalah bahasa. Seluruh buku di dalam perpustakaan ini menggunakan tulisan yang tidak di mengerti oleh seluruh siswa. Dari ribuan buku di perpustakaan ini, tidak ada satupun tulisan yang dimengerti oleh para siswa.
Memang terlihat sangat aneh. Jika semua orang di dunia ini menggunakan bahasa yang tertulis di buku-buku, lalu kenapa mereka dapat mengerti perkataan dari orang-orang di dunia ini secara langsung?
Satu yang menjadi jawabannya mungkin adalah sihir.
Sebelum para siswa terbangun, mungkin sebuah sihir telah di rapalkan keseluruh siswa agar saat berkomunikasi semua orang dapat mengerti apa yang di ucapkan. Namun sihir itu tidak berlaku untuk mengerti jenis tulisannya.
Sihir adalah sebuah kenyataan di dunia ini. Saat seluruh siswa terpanggil kedunia ini, atau saat pemimpin kesatria Alexsandra diselimuti api saat marah, dan lambang pahlawan di tangan para siswa itu adalah sihir. Kemungkinan besar ada sebuah sihir juga yang dapat merubah kata-kata di dalam tulisan ini agar dapat di mengerti.
Namun tentu saja semua orang di dalam perpustakaan ini berharap sihir seperti itu karena jika bisa menggunakan sihir seperti itu informasi dapat segera didapatkan.
Meminta bantuan kepada para pelayan di gedung Ini pun agar dapat mau membacakan isi buku-buku mendapat penolakan. Para pelayan memang tidak seperti para pengawal kerajaan yang terlihat membenci para siswa, namun mereka juga mendapat tekanan dari mereka sehingga para pelayan lebih memilih untuk menghindar.
Dengan begini kelompok Perpusatakaan sedang buntu.
Tidak tau harus berbuat apa-apa, meskipun tetap mencari satu-persatu buku disana.
Yang hanya mereka dapat adalah membaca gambar peta saja.
Dunia ini cukup besar dan memiliki banyak sekali tempat. Ada sekitar 3 benua besar di dalam peta yang dia temukan di perpustakaan dan Eastalia ada di Benua terbesar di dunia ini. Mereka bisa mengetahuinya dari bentuk bangunan istana yang terdapat di peta tersebut. Sementara yang lainnya masih belum di mengerti karena memang tidak bisa mengeja nama-nama tersebut. Namun yang di ketahui bahwa selain Eastalia, ada banyak negeri besar lainnya di benua yang sama dengan Eastalia. Namun menurut perkataan putri Allicia bahwa kini Eastalia adalah satu dari beberapa negara yang tersisa sebagai benteng pertahanan para makhluk di dunia ini. Karena Kemunculan makhluk bernama Demi yang menghancurkan hampir seluruh kehidupan di dunia ini.
"Ah aku menyerah, aku tidak mengerti sama sekali!!" keluh salah seorang murid tang berada di satu meja bersama Haruto. Di dalam meja ini di lantai 2 perpustakaan ini di sudut sebelah kanan adalah bagian dari Haruto bersama dengan 5 siswa lainnya. Wanita yang mengeluh itu adalah Mirei. Sementara empat lainnya adalah Seiya, Ryunosuke, Arisu, dan Yukki.
Seiya dan Arisu adalah orang yang pertama kali berkenalan. Meskipun beda kelas, pada akhirnya di dunia ini pembagian itu tidak berarti lagi.
"Aku pikir kita perlu istirahat sejenak." Ucap Seiya.
"Kalau bukan karena para kakak kelas, mungkin kita akan dengan mudah mempelajari semua ini. Karena Ulah mereka membuat kita kesulitan disini." Kedua tangan Mirei menggebrak meja di depannya saking kesalnya.
"Aku dengar, bahwa beberapa Diantara kakak kelas akan mencoba keluar dari Eastalia." Ucap Ryunosuke.
"Benarkah itu?" Tanya Yukki."
"Mereka akan menyelinap keluar pada malam hari ini."
"Ah apa sih yang mereka pikirkan. Bukankah bu Mira sudah bilang untuk tetap menunggu dan tidak berbuat gegabah." Kekesalan Mirei kembali memuncak mendengar itu.
"Untuk sekarang, kita hanya perku melakukan apa kata ketua OSIS dan bu Mira. Tugas kita adalah mencari sedikit informasi saja sudah cukup, itu dapat membantu kita." Ucap Seiya. Diantara kami berenam memang Seiya lah yang memiliki aura kepemimpinan. Dia paling rajin dan dan tenang, karena itulah dia menjadi salah satu perwakilan untuk kelas 1. Bersama dengan kak Ruruka, Seiya menjadi wakil pemimpin di kelompok perpustakaan.
"Tapi Seiya kita sudah 2 hari tidak mendapatkan sedikitpun informasi disini." Keluh Arisu.
"... Lalu bagaimana denganmu Haruto, apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Seiya.
Dari keenam orang disini, Haruto lah orang yang cukup pendiam. Dia focus mencari sedikit clue dengan focus membaca satu persatu lembaran buku-buku secara perlahan.
"Ah maaf, aku tidak mendengarkan. Ada apa?" Ucap Haruto.
"Hahaha kau terlalu focus Haruto, lebih baik beristirahat sejenak." Ucap Seiya.
"Iya kau terlalu focus ke buku-buku, meskipun kau tidak bisa membacanya." Ehek Ryunosuke.
"Lalu apa kau menemukan sesuatu Haruto?" Tanya Seiya.
"... Tidak sama sekali." Jawab Haruto sambil menutup bukunya.
"Tentu saja, kita sama sama tidak mengerti." Cetus Mirei.
Meskipun Mirei terlihat sedikit pemalas dan tidak sabaran, dia adalah siswa yang cukup pintar. Yukki adalah teman Masa kecilnya dan selalu bersama. Dalam beberapa momen Yukki bilang bahwa Mirei pernah masuk 10 besar nasional dengan nilai kelulusan hampir sempurna. Itu artinya dia memang sangat pintar.
Meskipun cukup pintar, tanpa klu sedikit pun mempelajari tulisan-tulisan ini sangat lah sulit.
".... Istirahat-istirahat. Ah, Kalau saja di dunia ini ada jus apel, mungkin aku bisa sedikit focus." Ujar Mirei menempelkan salah satunya ke meja atas meja.
"Jika aku bisa membantu, bagaimana jika aku pergi ke kelompok yang ada di dapur untuk membuatkan minuman yang rasanya seperti jus aple di dunia ini." Ucap Seiya.
"Tidak terima kasih." Ungkap Mirei dan berdiri dari tempat duduknya. ".... Hei Haruto, aku ingin mencari udara segar. Mau imut denganku?" Ajak Mirei.
"Ehhh?!" Haruto terkejut.
".... Sudahlah cepat ikut aku sebentar." Mirei menarik tangan Haruto dan menariknya. Tanpa bisa melawan, Haruto terpaksa mengikuti Mirei.
"Tunggu Mirei, kita mau kemana?" Tanya Haruto sedikit kebingungan. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Mirei saat dia membawa Haruto keluar sari perpustakaan.
Setelah keluar, kedua kini berada di area taman di area gedung tersebut. Area itu cukup sepi dan tidak ada siapapun area tersebut. Angin yang berhembus serta banyak sekali wewangian bunga yang tertiup membuat area taman ini membuat cukup rileks.
Mirei menarik kedua tangannya ke atas untuk melemaskan otot-otot tubuhnya yang kaku. ".... Ah sangat melelahkan."
"Tunggu kenapa kau membawaku kemari?"
"Aku sudah bilang untuk mencari udara segar kan."
"Sungguh tidak masuk akal."
"Jika ada mereka berempat kau sangat sulit di dekati, karena itulah aku membawamu keluar."
"?"
"Kau tau Haruto, sebenarnya aku cukup tertarik padamu." Ucap Mirei yang membuat Haruto terkejut.
"Eh a-apa yang kau katakan?"
"Jangan salah paham dulu. Aku bilang tertarik bukan karena aku suka padamu."
"Kau membuatku kaget."
"Lalu?"
"Dari ratusan siswa kelas 1, ada 2 orang yang memiliki nilai ujian tertinggi. Aku adalah nomor ke-2. Dan kau adalah nomor pertama benarkan?"
"Apa maksudmu?"
"Iya aku hanya penasaran saja. Cara mu menumpuk buku-buku, dan cara mau mencari informasi, kau pasti sangatlah pintar. Aku selalu ingin menjadi nomor 1, tapi mendengar bahwa aku bukanlah orang yang mendapat nilai tertinggi membuatku kesal."
"Tapi sepertinya kau salah orang, nilaiku tidaklah sesempurna itu. Lagian apakah itu penting sekarang?"
"Memang tidak penting, tapi aku penasaran saja."
"Apakah hanya alasan itu saja kau membawaku kemari?" Tanya Haruto.
"Bukan hanya itu. Aku hanya ingin tau apa yang kau lakukan akhir-akhir ini. Beberapa kali aku melihatmu mendekati para pelayan istana. Aku penasaran, Kenapa kau melakukan itu?... Kamu itu cukup pendiam, tapi aku tidak tau kau se begitu menyukai para pelayan itu."
"Sepetinya kau salah paham. Aku sedang mencari informasi dari mereka mengenai pengawas."
"Pengawas?"
"Orang yang memanggil kita kesini."
"Ah aku juga sempat mencari informasi mengenai pengawas itu. Kalau tidak salah dia adalah wanita yang di borgol saat itu benarkan?"
"Ya, aku ingin tau mengenai dirinya. Katanya dia adalah penyihir terhebat di dunia ini. Lalu ada juga bahwa dia sangat berbahaya. Ada yang bilang juga bahwa dia abadi dan sudah hidup ribuan tahun. Tapi satu yang pasti bahwa dirinya cukup di takuti oleh semua orang."
"Ehhh aku tidak tau kau bisa dapat informasi yang cukup banyak. Kau pasti sangat dekat dengan para pelayan yang kau temui itu."
"... Apa yang kau katakan?... Kita memang ditugaskan untuk mencari informasi."
"Tapi kenapa kau hanya menyimpan untuk dirimu sendiri. Kau harus mengatakannya pada kami semua."
"... Ah Maaf. Aku kira informasi ini tidaklah penting."
"Bukti bahwa pengawas itu sangatlah hebat, lalu kenapa dia tidak membantu orang-orang di dunia ini dengan mengalahkan makhluk Demi itu?" Ucap Mirei.
Tentu saja Haruto mengerti dengan pertanyaan itu, namun satu-satunya orang yang tau adalah wanita yang di panggil pengawas itu.
Pikiran Haruto masih sedikit penasaran dengan wanita berambut putih yang disebut pengawas itu. Satelah kedua mata mereka sempat bertemu satu sama lain, dan artinya dari senyuman kecil saat itu.
Haruto ingin mengetahui tentang wanita pengawas tersebut.
".... Baiklah, kita harus segera kembali bekerja. Lalu Haruto jika kau punya kesempatan dan mengobrol dengan para pelayan itu. Kau seharusnya meminta mereka mengajarkan kita cara membaca buku-buku itu. Bukan mencari info lain, mengerti?"
"Baiklah, Aku mengerti." Setelah mendapat sedikit omelan, Mirei terlihat berjalan menjauh dari Haruto kembali menuju arah ke perpustakaan.
"Ayo kita kembali."
"..."
Mengikutinya dari belakang, Menuju perpustakaan. Tepat di depan pintu masuk perpustakaan, Haruto berhenti sejenak di depan pintu tersebut. Mirei masuk terlebih dahulu, dan pintu perpustakaan tiba-tiba secara otomatis tertutup.
Aneh?
Itulah yang dia rasakan beberapa saat yang lalu. Ada sebuah suara kecil yang seperti berhembus ke dalam telinganya yang membuat dia berhenti sejenak. Suara itu terdengar seperti sebuah perintah.
"Tunggu." Dengar Haruto.
Kata-kata itulah yang membuat dia berhenti sejenak. Bahkan beberapa saat kemudian dia merasakan bahwa di sekitar dirinya begitu kosong, sepi, dan begitu tenang.
Dengan perlahan tangan kanan Haruto mulai memegang gagang pintu perpustakaan tersebut, dan membukanya.
Di balik pintu tersebut, pemandangan berbeda kini tersaji di hadapan Haruto.
Dia memasuki yang seharusnya perpustakaan tersebut, namun kini ruangan tersebut bukanlah Perpustakaan. Dia seperti berada di sebuah kebun bunga di dalam sebuah kubah kaca raksasa. Banyak sekali tanaman dengan berbagai macam makhluk-makhluk kecil disana. Makhluk-makhluk berbentuk aneh tersebut berterbangan bagaikan seperti seekor kupu-kupu dan serangga lainnya.
Selain makhluk-makhluk kecil, ada juga makhluk-makhluk aneh lainnya di dalam sana. Meskipun bentuknya aneh dan menyeramkan dan berbahaya, mereka hanya mengawasi keberadaan Haruto saja tanpa berani mendekat.
Di taman itu hanya memiliki satu jalan lurus saja yang ada di depan Haruto.
Secara tiba-tiba pula pintu yang berada di belakang terdengar tertutup dan " cekrek " suara kunci terdengar beberapa saat kemudian.
"Dimana ini!!"
Tidak ada banyak waktu untuk memperhatikan sekitarnya, Haruto mulai berjalan mengikuti jalan setapak dari batu yang ada di depannya.
Mengikuti jalan tersebut untuk tidak beberapa lama kemudian dia melihat sosok objek di depan sana. Objek tersebut seperti sesosok manusia yang sedang duduk santai.
Sosok itu adalah sosok yang dia lihat Beberapa hari terakhir dan sosok yang dia cari informasinya. Semakin dekat sosok itu semakin jelas.
Dia adalah sang pengawas.
".... Selamat datang di ruanganku Haruto!!" Ucap wanita itu menyambut Haruto sambil meletakan minumannya di atas meja.
Tentu keadaan ini cukuplah aneh sulit di percaya, namun bagi Haruto ini adalah sebuah kesempatan.