"Apa kau mau minum teh!?" Ucap wanita berambut putih di depan Haruto. Di atas meja tempat depan mereka berdua saat ini terlihat satu set alat minum teh yang sangat elegan.
Beberapa saat kemudian setelah menawarkan minuman tersebut, terlihat beberapa makhluk kecil berterbangan di atas meja tersebut. Dengan sayap yang bersinar dan bentuk makhluk tersebut, Haruto mengenali makhluk kecil tersebut. Di dalam game ataupun cerita-carita fiksi yang pernah dia baca, makhluk tersebut adalah para peri. Mereka semua seperti melayani wanita tersebut, mengambil teko yang beri teh serta menuangkannya sebelum akhirnya mengantarkan cangkir berisi minuman tersebut kepada Haruto.
Karena sudah 3 hari berada di dunia ini, keganjilan seperti Melihat peri sudah tidak membuat kaget lagi untuk Haruto. Bahkan pelayan-pelayan yang berada di seluruh istana pun tidak semuanya dari ras manusia.
Ada dari ras Beast, Ogre, Elf, Lamia, Harpy dan banyak lagi. Dengan adanya serangan makhluk Demi seluruh dunia ini, negara besar seperti Eastalia menjadi tempat terakhir mereka bergantung untuk bertahan hidup.
"Minumlah." Wanita itu mengangkat cangkir teh miliknya dan meminumnya.
Haruto sempat terdiam sejenak, namun beberapa saat kemudian dia menerima tawaran tersebut dan meminum minuman tersebut. Rasa yang cukup aneh namun terasa enak dan manis membuat Haruto sedikit tenang kali ini.
"... Terima kasih banyak."
"Jangan berterima kasih padaku." Wanita itu melirik pada peri-peri kecil yang terlihat masih duduk dan melihat Haruto di atas meja. Haruto kemudian mencoba berterima kasih pada mereka. "... Mereka sangat menyukai saat elus pada bagian kepalanya."
Haruto pun mengikuti arahannya dan mengelus para peri kecil tersebut dengan hari telunjuknya dengan lemah lembut. Setelah memberikan sentuhan kecil tersebut, para peri itu terlihat sangat senang dan terbang mengelilingi Haruto.
".... Mereka sangat menyukaimu."
"Mereka ini makhluk apa?"
"Ah mereka adalah pixy, atau juga bisa di sebut penjaga hutan. Mereka sering hidup di dalam hutan, namun Kemunculan demi membuat mereka kehilangan tempat tinggalnya. Mereka datang kemari dan meminta agar bisa tinggal disini dengan imbalan memelihara tempat ini."
"Tempat ini apa masih berada di istana Eastalia?"
"Iya kita masih berada di Eastalia. Tempat ini adalah tempat tertinggi di negara ini. Tempat ini adalah penjara yang mengurungku."
"Penjara?!"
"Iya sudah lebih dari 1000 tahun lamanya, aku terkurung di tempat ini."
"1000 tahun?.... sebenarnya siapa dirimu dan kenapa kau di kurung disini?"
"Siapa diriku?.... ada banyak sekali panggilan yang di tunjukan padaku. Para manusia Memanggilku Penyihir, para Elf Memanggilku Ratu, para iblis Memanggilku Penguasa alam, dan banyak lagi. "
Mendengar itu Haruto cukup bingung. Namun dia mempunyai satu kesimpulan yang bisa merujuk padanya, dia adalah sosok yang tidak bisa di bandingkan dengan makhluk lainnya di dunia ini. Jawabannya merujuk pada satu sosok.
"... Apa kau adalah tuhan?"
"Hmmm bukan." Dengan entengnya wanita tersebut menyangkalnya.
"Lalu siapa dirimu?.... Kau juga mengetahui memanggil namaku saat menyambutku tadi, bagaimana kau mengetahui namaku?... lalu kenapa kau Memanggilku seluruh orang di sekolah kU ke dunia ini?"
"Berhenti-berhenti, kau terlalu banyak bertanya. Aku tau kau begitu terobsesi mengenai diriku, tapi aku tidak bisa menjawab semua pertanyaanmu itu."
"Baiklah maafkan aku."
"... Biarkan aku menjelaskan alasanku memanggilmu kemari, lalu aku akan memberikan kesempatan padamu untuk berbicara. Mengerti?"
"Baiklah."
"Aku memanggilmu kemari karena sepertinya kalian begitu kesulitan. Aku akan memberitahumu mengenai Runes di tangan mu itu."
"Lambang pahlawan, apa ini?"
"Lambang tersebut adalah energi kehidupan seseorang. Mungkin kau bisa menyebutnya Mana, di dunia mu banyak sekali permainan yang menggunakan istilah tersebut benarkan. Kau bisa menggunakannya untuk membuat sebuah serangan sihir atau lainnya, Runes adalah persamaannya."
"Ehhh bagaimana kau bisa mengetahui tentang mana?" Haruto cukup terkejut mengetahuinya.
"Itu cukup mudah bagiku karena aku mengetahui seluruh pengetahuan di alam semesta ini, bahkan apapun tentang bumi dunia kalian aku mengetahuinya. Jika aku tidak mengetahuinya, aku tidak akan bisa memanggil kalian ke dunia ini."
"Mengenai itu, kenapa seluruh orang di sekolah ku yang di panggil dunia ini?... dari jutaan tempat di bumi, kenapa harus sekolah kami?" Tanya Haruto.
"Pertanyaan itu, aku tidak akan menjawabnya." Ucap wanita itu.
"Eh kenapa, ada banyak sekali orang yang mungkin lebih hebat di Dunia kami. Lalu kenapa harus seluruh sekolah Kami?... kau tau kan kami masih remaja, kenapa tidak orang dewasa saja yang kau kirim kemari?"
"Aku sudah bilang tidak akan menjawab pertanyaan tersebut."
"Kenapa?"
"Jika kau bertanya sekali lagi, aku akan mengeluarkanmu dari ruangan ini." Sebuah ancaman keluar dari wanita tersebut. Aura hitam dan dingin pada tatapannya.
Haruto langsung tersentak dan terdiam begitu kata-kata tersebut keluar dari mulutnya. kata-kata tersebut adalah sebuah ancaman. Fakta bahwa wanita tersebut adalah penguasa di tempat ini, mungkin dia akan mudah mengusir Haruto keluar. Mungkin saja dia bisa saja menghapus ingatan Haruto bahwa dirinya kesini dengan sihir miliknya. Atau bisa juga ada kemungkinan lebih buruk. MEntah kenapa Haruto mulai mengetahui alasan kenapa orang-orang begitu takut padanya.
"... M-maafkan aku." Ucap Haruto masih begitu ketakutan.
"Huh baiklah aku akan melanjutkannya. Runes adalah sesuatu yang sangat praktis dan bisa di gunakan dengan mudah ketika seseorang sudah mahir menggunakannya. Runes dapat sangat berguna terutama untuk saat ini.". Wanita tersebut mulai mejentikan jarinya di udara. Beberapa saat kemudian 2 pixy datang membawa sebuah buku yang kemudian di letakan didepan Haruto."... Cobalah buka buku tersebut!!"
Menuruti perintah tersebut Haruto membuka buku tersebut terutama halaman pertama.
".... Letakan tanganmu di atas halaman tersebut. Salah satu yang kalian butuhkan saat ini adalah cara menerjemahkan tulisan isla ke bahasa kalian benarkan?"
"Ya."
"Focus kan sedikit tenaga mu pada tangan tersebut. Bayangkan energi Runes tersebut mengalir seperti darah mu. Bayangkan seluruh kata-kata yang kau mengerti, bayangkan kata-kata tersebut berada di dalam buku tersebut." Untuk beberapa saat Haruto mengikuti perkataan wanita tersebut. Lalu tidak lama kemudian, dari halaman pertama biku tersebut terlihat sebuah cahaya kecil bersinar. Perlahan kata-kata yang tidak di mengerti perlahan mulai berubah ke dalam huruf Jepang.
.... Inilah sihir.
Tidak hanya halaman pertama, Haruto mulai mencoba membuka halaman selanjutnya juga. Kata-kata yang sebelumnya tidak dapat dia baca kini sudah berganti semuanya menjadi huruf Jepang.
"Mudah bukan?"
"Terima kasih banyak, aku sudah mengerti."
"Selain itulah juga bisa melakukan hal lainnya. Feuer!!" wanita tersebut membuka telapak tangan kanannya, lalu cahaya keluar dari telapak tangannya yang kemudian berubah menjadi kobaran api. ".... Sihir seperti ini adalah yang termudah yang bisa kau lakukan. Cobalah Haruto, lakukan hal yang sama sepertiku." Menutup telapak tangannya, api tersebut kemudian terlihat padam.
Membayangkan Api di telapak tangan cukuplah mudah di bandingkan dengan mengubah seluruh huruf di dalam buku.
"Feuer !!" Mencoba hal yang sama, kobaran api mulai muncul di telapak tangan Haruto. Namun bentuknya begitu kecil dan hanya dalam beberapa detik kemudian mulai padam.
"Cukup mudah bukan?... Semakin banyak berlatih, Kau akan menguasainya. Pada intinya kekuatan tersebut akan semakin besar seiring dengan banyaknya kau berlatih."
"Baiklah aku akan mengingatnya!!"
"... Dalam perpustakaan yang kalian gunakan, seluruh jawaban ada disana."
"Apa maksudnya?"
"Kau akan mengetahuinya nanti." Wanita tersebut mulai meneguk teh miliknya kembali. Lalu meletakan cangkir tersebut di meja sebelum melanjutkan perkataannya."... Hanya itu yang bisa aku katakan padamu untuk saat ini. Jika waktunya telah tiba, aku akan memanggilmu kemari."
"Waktunya telah tiba, apa maksudnya itu?"
"Sudah cukup."
Wanita tersebut, mengarahkan telunjuknya pada Haruto. Haruto Mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, dia akan di paksa kembali.
"Tunggu— aku belum bertanya padamu?"
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Namamu, siapa namamu?" Tanya Haruto.
"Entahlah, jika kita bertemu kembali. Kau yang harus memutuskannya?" Jawabnya dengan tersenyum. Dengan sedikit gerakan pada naek telunjuknya, tubuh Haruto kembali tepat di depan pintu perpustakaan.
"... aku kembali?"
"Oy Haruto kenapa kau bengong saja di sana." Ucap Mirei yang mengintip di belakang pintu perpustakaan.
Jika di lihat situasi ini, maka Haruto untuk beberapa detik seperti kehilangan kesadarannya. Waktu berjalan tidak terlalu lama saat dirinya pergi ke taman tersebut.
Semua kemungkinan bisa terjadi di dunia ini, apalagi menyangkut wanita tersebut yang merupakan penguasa di dunia ini. Apapun bisa di lakukannya, termasuk menghentikan waktu.
Entahlah?
Namun yang Haruto tau saat ini adalah dia mendapatkan cara untuk menggunakan Runes. Untuk saat ini mempelajari cara menggunakannya adalah langkah awal yang harus dilakukan demi mempelajari mengenai dunia ini.