Derap langkah terdengar di sepanjang lorong mansion. Erudian telah menyusuri lorong dengan tangan penuh karena membawa tumpukan dokumen. Si bungsu Calisto itu berulang kali menghela nafas penyebabnya tidak lain tidak bukan karena jadwal yang cukup padat, sehingga ia harus menemani sang kakak untuk menyelesaikan dokumen-dokumen yang harus diperiksa.
Derit pintu ruangan baca Lucas terdengar ketika Erudian memutar kenopnya, belum sampai masuk ke dalamnya ia telah melonjak, terkejut ketika menemukan sosok pria berambut legam yang duduk di atas sofa dengan tatapan kosong.
"Sial … kau mengagetkanku, mengapa kau harus duduk di sana dan tidak menyapa atau mengatakan sesuatu," ujar Erudian setelah berhasil menenangkan debaran jantungnya. Ia mulai meletakan dokumen di atas meja, menatanya dengan rapi agar tampak enak dipandang mata.