Chereads / Home of Ardor / Chapter 42 - CHAPTER XLII : TITAH

Chapter 42 - CHAPTER XLII : TITAH

Melangkah tergesa, pria dan wanita bersurai perak itu tampak melenggang masuk terburu kala menerima perintah dari sang Duke untuk lekas bertandang ke kediaman Castiello. Perasaan gelisah telah memenuhi benak keduanya, bayangan mereka kembali tertuju pada si bungsu Lorraine karena jika bukan gadis itu maka siapa lagi yang dapat membuat suasana mansion dipenuhi sensasi mencekam karena sisa-sisa aura sang Duke yang sepertinya sempat meluap. Tidak mungkin Erudian yang menyebabkan Duke murka bukan, sekalipun mereka cukup sering bertengkar dan beradu mulut. Namun , pria penyandang gelar Pemimpin kaum Asmodia itu tidak akan marah pada saudara satu-satunya itu. Sehingga kesimpulan jatuh pada satu-satunya sosok yang kerap terluka di mansion ini yang akan berdampak pada Duke secara langsung.

Pintu kayu terbuka di sana seorang pria bersurai kelam dengan ujung terukir tengah berbicara pada pria pirang yang tak lain adalah sang Kapten pasukan Castiello. Wanita bersurai perak itu segera menghambur masuk ke dalam dekapan hangat tunangannya yang segera membelai surai peraknya lembut mencoba memberikan ketenangan.

"Apa yang terjadi pad Eve?" tanya Madeleine tanpa basa-basi pada si bungsu Castiello yang tak lain adalah tunangannya. Erudian menghela nafasnya pelan dan memulai menjelaskan keadaan adik dari kedua Lorraine di hadapannya itu. Berulang kali air mata Madeleine terjatuh saat mendengar lagi-lagi si bungsu menjadi target dari penyerangan seseorang yang diduga merupakan dalang yang membawa para Orc untuk menyerang penduduk desa. Dan parahnya ia menjadi sasaran sihir kutukan kuat karena itulah kedua bersaudara ini mendapat panggilan dari sang Duke.

"Ada satu hal lagi, Evelyna sebenarnya memiliki dua sisi dalam dirinya," tambah Erudian tanpa mau melihat bagaimana ekspresi tunangannya itu. Namun ia dapat merasakan gemetar dari tubuh gadisnya itu.

"Karena itulah kami akan menemui Lindel Braun untuk mematahkan sihir yang bersarang dalam diri Eve."

Isakan Madeleine menjadi satu-satunya suara yang mengisi indra, hingga seseorang yang terdiam sejak tadi berdiri. Pria bersurai pirang dan manik biru yang telah mengganti pakaian lusuhnya dengan setelan mantel putih beraksen emas. Di belakangnya wanita berkuncir yang sempat menodongkan senapan pada Medusa tetap setia menemani sang Pangeran. Ketiga orang yang lain sedikit membungkuk memberikan hormat dan salam kepada salah satu Putra Britannia Raya itu.

"Jadi, kalian akan pergi menemui Lindel ke negeri para Naga bukan?" tanya Devian langsung tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Erudian mengangguk menjawab sosok pria bersurai pirang di hadapannya sekilas tanpa memiliki keinginan untuk menatapnya lebih lama.

" Baiklah, Vero siapkan keperluanku aku-"

"Tunggu Yang Mulia, apa yang akan anda lakukan?" tanya Erudian yang kembali menatap iris sapphire sang Pangeran. Devian balas menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya itu, ia sempat berdecih karena merasa muak menatap wajah pria di hadapannya. Sehingga, ia mengabaikan pertanyaan si bungsu Castiello.

"Yang Mulia, mohon maafkan saya tetapi alangkah lebih baik anda tetap berada di sini," tutur pria bersurai perak. Erden berhasil membuat gejolak yang sejak tadi ditahannya meluap. Pria pirang itu menarik kasar kerah mantel abu-abu sang Marquess yang hanya menatapnya tanpa ekspresi. Erden Axe De Lorraine putra tertua Lorraine sekaligus pewaris gelar Marquess itu memang terkenal sebagai sosok yang tegas dan dingin sekalipun itu mungkin karena sifatnya yang mirip dengan Marquess Xiander, sang Ayah.

"Apa maksudmu? Aku juga mengetahui lokasi itu dimana, lalu apa ini dibandingkan dirimu yang termasuk makhluk setengah-setengah tidak jelas," sergah sang Pangeran pedas tidak terima akan pendapat sang Marquess yang bahkan belum sempat mengutarakan alasannya, namun Pangeran bungsu itu telah menarik kerahnya meskipun ia cukup kesulitan karena tinggi Erden yang jauh lebih tinggi dibandingkan dirinya.

"Aku juga jauh lebih kuat dari kalian, darah Asmodia mengalir dalam tubuhku. Aku masihlah bagian dari kaum ini, dan masalah kaum Asmodia akan menjadi masalahku juga."

"Dibandingkan kalian para Lorraine yang tidak jelas, kalian bahkan memiliki ketiga darah dalam diri kalian. Ingatlah kalian itu tidak berhak berdiri dalam kaum manapun!" Devian berteriak cukup keras, ucapannya berhasil membuat Madeleine yang mendengarnya tertunduk dalam. Tangan wanita beriris emas itu mengepal karena rasa sesak, meskipun apa yang diucapkan sang Pangeran merupakan sebuah kebenaran.

"Dan atas hak apa kau berani menentang Pemimpin kaummu?"

Suara bariton menginterupsi pertengkaran antara para bangsawan itu. Pria bersurai hitam bermanik ruby bersetelan hitam baru saja memasuki ruangan karena mendengar suara bocah yang sangat familiar di telinganya. Langsung saja kala Pemimpin Asmodia itu tiba ke empat orang itu berlutut memberikan hormat, bahkan termasuk sang Pangeran Britania. Lucas berdiri dengan bertumpu pada satu kakinya masih memasang sarung tangan hitam kulit miliknya.

"Devian, kau berkata bukan ini adalah urusanmu karena kau memiliki darah Asmodia dalam dirimu? Lorraine pun begitu, ia memiliki darah Asmodia mengalir dalam diri mereka."

Devian yang mendengarkan ucapan pria bersurai kelam itu hanya mendecih sembari melirik tajam ke arah sang Marquesse yang tak mengangkat wajahnya sedikitpun. Benar-benar, anjing Castiello yang patuh dengan pemiliknya.

"Patuhi aku sebagai Pemimpin Asmodia, tetaplah di sini dan laporkan yang terjadi pada Ratu. Ada penyerangan di beberapa wilayah, dan semuanya telah dibereskan."

"Ingat, kau harus menjelaskan tentang ulahmu sebagai Robin Hood. Gunakan tubuh mayat yang sudah ku berikan padamu untuk menenangkan para bangsawan sialan itu," lanjut sang Duke masih memberikan penjelasan sekaligus perintah bagi pria pria yang berulang kali mengeraskan rahangnya karena marah.

"Tapi, aku jauh lebih kuat dibandingkan Marquess. Kau lebih tau itu bukan," kilah Devian yang sudah berdiri tak lagi berlutut dan menundukkan kepalanya. Kedua pria itu saling beradu pandang bengis hingga Devian kembali berlutut paksa karena sang Castiello baru saja menepuk bahunya.

"Karena itulah aku menempatkanmu tetap di sini bersama Erudian. Jika kau memang bagian dari Asmodia maka dengarkan ucapan Pemimpinmu ini. Alih-alih mendengarkan ucapan Kakak tertuamu."

Devian mendecih lagi-lagi, pria bersurai pirang itu akhirnya mengangguk terpaksa. Setelah Lucas melepaskan kekuatannya sang Pangeran segera berdiri dan kembali melirik tajam kembali ke arah pria bersurai perak yang ia yakini kini tengah bersorak gembira karena mendapat pembelaan dari Tuannya.

Tanpa mengucap satu patah pun Pangeran Britania Raya itu meninggalkan ruangan setelah sempat memberikan salam sekilas. Erudian yang baru saja melihat perdebatan kecil di hadapannya mendesah kasar karena merasa muak dengan tingkah pria pirang itu.

"Seperti yang sudah kalian dengar aku akan meminta mu Erden untuk ikut serta ke Negeri para Naga. Sementara Erudian kau akan tetap di sini menggantikan tugasku begitu pula denganmu Lady Madeleine yang menggantikan tugas Kakakmu."

"Mereka telah bergerak dengan berusaha mencabik kaum Penyihir terlebih dahulu, mereka pun berusaha mengancamku dengan menjadikan Eve yang mereka kira dapat menundukan pewaris Castiello," tambah sang Duke yang telah mengeratkan genggamannya pada lengannya, pria itu berjalan menuju meja dimana sebilah pedang dengan sarung berwarna hitam mengkilat dan pegangan berbatukan ruby dengan aksen perak di setiap sisinya. Irisnya sedikit terlihat sendu kala bayangan wajah seorang wanita berparas ayu dengan surai kelam legam terbesit dibenaknya.

"Kita harus melindungi Britannia Raya dan ketiga kaum. Kita adalah kaum adidaya mewarisi darah sang malaikat jatuh, Iblis Lucifer akan melindungi mereka yang berada di bawah naungannya."

" Karena itu laksanakan tugas ini dengan baik sembari mempertaruhkan nyawa kalian demi mereka. Kalian mengerti?" Lucas membalikkan badannya cepat, kedua iris saganya menyala menatap ke tiga sosok yang masih setia berlutut tanpa membalas tatapan sang Duke.

"Yes, My Lord."