– MARRIED NOT DATING –
...
Disebuah kediaman yang cukup mewah itu, terdapat sebuah keluarga kecil yang sedang berkumpul di ruang tengah rumah – dengan suasana yang cukup menegangkan akibat ucapan dari sang Ayah.
"Ayah! Tidak! Aku tidak mau!" bentak Chaeyeon pada Ayahnya yang sudah berkepala 5 itu.
"Chae, tolong turuti apa kata Ayahmu saja ya.." sang Ibu hanya bisa menenangkan Anaknya karena Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bu! Bagaimana bisa aku dijodohkan dengan orang yang aku sendiri tidak kenal?" Protes Chaeyeon, Ia geram dengan keputusan Ayahnya tersebut karena beliau sudah jelas-jelas mencampuri kehidupannya yang sudah memasuki fase Dewasa itu.
"Chae percayalah, dia adalah orang baik," Ayahnya ikut menenangkan dirinya seolah-olah semua akan baik-baik saja.
"Itu kata Ayah! Bagaimana jika dia nanti berani macam-macam padaku? Menyentuhku misalnya?"
"Hahaha.." Seketika kedua orang tuanya tertawa renyah karena gadis mereka yang sudah dewasa itu nyatanya masih terbilang sangat polos.
"Ayah! Ibu! Kenapa malah tertawa?!" Chaeyeon hanya mengerutkan keningnya bingung. Sungguh, Ia sangat kesal dengan kedua orang tuanya saat ini.
"Ahaha.. yaampun, ada apa dengan putriku satu-satunya ini... ahaha," Ayahnya tertawa sampai mengeluarkan airmata. Ia melepas kacamatanya lalu mengusap air bening yang keluar itu.
"Ahaha.. Chaeyeon sayang, kalau dia menyentuhmu itu kan wajar.. karena kalian akan menjadi sepasang suami istri.. dia berhak akan itu," jelas Ibunya.
"Ng? Ah, iyaiya... tidak! Tidak! Ma-maksudku.. menyentuhku.. Ia kejam padaku.. baik didepan Ayah dan Ibu bukan berarti baik didepanku juga.."
"... bisa saja Ia hanya cari muka" lanjutnya.
Kedua orang itu menatap chaeyeon. Mereka menarik napasnya dalam, lalu mencoba meyakinkan semuanya pada gadis Jung itu.
"Nak... tidak, itu tak akan terjadi. Ayah mengenal baik dia dan keluarganya, mana mungkin Ia akan bersikap padamu seperti itu. Dia adalah orang yang menyayangi orangtuanya... Apa lagi ibunya," jelas Ayahnya. Walaupun kedua orang tuanya itu sudah mencoba meyakinkannya, tetap saja Chaeyeon tidak mau. Lagipula Ia sedang berada dalam sebuah hubungan, Ia juga mencintai kekasihnya.
Gadis itupun berdiri dari duduknya, ia sungguh frustasi sekarang.
"Arrgghhh, terserah Ayah! Pokoknya Aku tidak mau! Ti-dak ma-u!" Gadis bermarga Jung itu terus menggelengkan kepalanya menolak.
"Chae, ini permintaan kami yang terakhir padamu. Kau kan sudah berumur 23 tahun, itu usia rentang untuk segera menikah di keluarga kita," ujar Ayahnya memohon. Menikah muda sudah seperti tradisi di keluarga mereka.
"Tidak ibu! Lagipula aku sudah mempunyai kekasih, akan sangat kejam jika aku meninggalkannya yang mencintaiku karena perjodohan konyol ini" Chaeyeon melipat kedua tangannya didepan dada, Ia benar-benar berusaha memberi penolakan karena memang ia tidak mau dan tidak ingin meninggalkan kekasihnya begitu saja demi pria yang sama sekali tidak dikenalinya.
"Mempunyai kekasih? Lalu kapan kalian akan menikah? " Chaeyeon terdiam beberapa detik, Ia menunduk– tidak tahu jawaban yang pasti karena kekasihnya merupakan tipe yang mengutamakan pendidikan. Terlebih, pemuda itu berasal dari keluarga yang begitu kompeten dalam hal apapun.
"Kita... Aku, Aku... tidak tahu," lirihnya.
"Tapi! Tapi Aku yakin dia akan segera melamarku dan datang pada Ayah dan Ibu," Chaeyeon memegangi lengan Ibunya berjanji.
"Oh ya? Baiklah, kalau kau memang mencintai kekasihmu itu Ayah menunggunya untuk datang kemari melamarmu,"
"Apa?!" Sontak, ucapan Ayahnya itu membuat matanya terbelalak. Bagaimana mungkin itu terjadi?
"Ya, Kami beri waktu selama satu minggu ini,"
"Satu minggu?!" Chaeyeon sungguh kaget dengan waktu yang diberikan Ayahnya.
"Emm, jika dia tidak kunjung melamarmu dalam satu minggu ini, kami terpaksa menjodohkanmu dengan laki-laki pilihan kami. Dan kau harus menerimanya," ujar pria paruh baya dihadapannya itu dengan yakin.
"Ta-tapi, " Ia tak begitu yakin kalau kekasihnya akan melamarnya dalam waktu dekat ini. Mengingat, kekasihnya itu adalah orang yang jika memang itu sangat penting maka ia akan lakukan, jika tidak terlalu penting, Ia akan membiarkannya. Mereka masih terbilang muda, Chaeyeon yakin kekasihnya itu akan menggunakan umur sebagai alasannya. Kalau tidak, yah pendidikan.
"Yasudah kalau begitu, sekarang putuskan dia dan terima perjodohan ini,"
"Tidak! Aku janji.. dia akan melamarku dan kami akan menikah. Tapi! Ibu dan ayah harus janji akan membatalkan perjodohan ini!"
"Emm.. baiklah" setuju ayahnya.
Ibunya hanya menghembuskan nafasnya kasar. Jujur, Ia sedikit sedih karena sebagai orang tua, dia memaksakan suatu kehendak yang tidak disukai putrinya itu. Namun disisi lain, Ia yakin dengan apa yang telah diputuskan olehnya dan suaminya itu. Karena ini demi kebaikan Chaeyeon sendiri.
...
"Apa?! Dijodohkan?!" Teriak seorang gadis yang baru saja mendengar sebuah kalimat yang dilontarkan oleh kekasihnya.
"Emm.. maafkan aku," Pemuda dihadapannya itu hanya menunduk, merasa bersalah atas semua ulah kedua orang tuanya.
"Yakk! Kau gila! Kita sudah menjalani hubungan ini selama beberapa tahun dan kau memutuskanku karena perjodohan yang diajukan oleh ayahmu?!" Teriak si gadis yang jelas-jelas tidak menerima semua itu.
"Maafkan aku," lirih pemuda itu yang bernama.
Kim Mingyu, pemuda itu hanya bisa menunduk dan terus meminta maaf. Mendengar hembusan napas dan sorotan mata yang dipenuhi kekecewaan itu membuatnya semakin merasa bersalah. Ia tahu semua ini merupakan hal yang tidak Ia inginkan, tetapi dirinya tidak bisa melakukan apapun.
"Mingyu, apa kau tidak bisa menolak perjodohan itu? Kau kan sudah mempunyai aku!" Gadis itu semakin meninggikan suaranya – Ia jelas emosi, siapa yang tidak marah mendengar kekasihnya sendiri akan menikahi wanita lain?.
"Tidak bisa–"
"Kau, apa kau tidak bisa memperjuangkanku?" Lirih gadis cantik bernama Joo Kyulkyung itu.
"Maaf, aku benar-benar tak bisa menolaknya Kyulkyung... kau tau Ayahku kan," pemuda itu –Kim Mingyu, Ia hanya berusaha bersikap tenang dan memikirkan segala cara agar bisa keluar dari masalah yang menimpanya sekarang ini.
"Lalu, Kau akan memutuskanku begitu saja? Apa itu maksudmu?" Nada gadis itu semakin merendah, Ia sungguh kecewa dengannya. Matanya mulai berkaca-kaca, kini air matanya tak bisa Ia bendung lagi– menangis sejadi-jadinya.
Mingyu mendekati Kyulkyung dengan tatapan nanar. Dengan perlahan, lengannya menarik tubuh gadis itu dan membiarkannya terisak dalam pelukannya.
"Aku sungguh minta maaf," lirih Mingyu.
Kyulkyung saat ini berusaha melepaskan tubuhnya didekapan Mingyu, namun Ia tak mau melepaskan dekapannya pada gadis itu meskipun Ia menolak.
Mingyu sangat sedih, Ia merasa bersalah karena saat ini dirinya sudah menyakiti Kyulkyung. Empat tahun mereka bertahan, masalah selama itu pasti ada dan mereka selalu dapat menyelesaikannya. Namun untuk kali ini, pemuda Kim merasa tak bisa menghindarinya. Dan menyelesaikannya? Bagaimana? Ia sudah beberapa kali bertanya-tanya pada dirinya sendiri yang begitu bodoh. Apa mingyu harus memutuskan hubungan mereka berdua saat ini? Jelas, itu bukanlah sebuah penyelesaian.
Mingyu sangat mencintai Kyulkyung begitupun dengan gadis itu yang sangat mencintainya. Mingyu sudah berjanji bahwa Ia tak akan begitu saja melepas Kyulkyung, karena hanya gadis itu yang Ia cintai saat ini.
"Tolong lepaskan aku," titah Kyulkyung yang masih terisak dalam dekapan pemuda Kim itu.
Mingyu terdiam, Ia tak dapat mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya. Melihat gadis itu tersakiti olehnya, membuatnya ingin berteriak sekeras mungkin dan bertanya-tanya kenapa ini bisa terjadi padanya.
Jujur, Mingyu sangat ingin membantah perintah orangtuanya dan tetap bersama Kyulkyung. Tapi, Ia rasa dirinya tak bisa melakukannya karena pemuda itu sangat menyayangi keduanya dan tak mau mengecewakan mereka.
Dengan perlahan, Mingyupun meregangkan dekapannya pada Kyulkyung. Kedua tangannya ia tempatkan pada bahu gadis itu – berusaha untuk meyakinkannya.
"Dengar, Aku sangat mencintaimu, Aku tidak akan melepaskanmu. Aku berjanji setelah aku mendapatkan kekuasaanku, Aku akan menceraikan wanita itu untukmu dan setelah itu menikahlah denganku," jelas Mingyu dengan lembut.
Mendengar kalimat-kalimat yang pemuda itu ucapkan padanya, Kyulkyung perlahan mendongakkan kepalanya untuk mempertemuka kedua sorot mata mereka.
"T-tapi,"
"Aku tau ini akan memakan waktu cukup lama, tapi kumohon tunggulah Aku," pria bermarga Kim itu benar-benar meyakinkan gadis dihadapannya hingga akhirnya gadis dihadapannya itu menganggukan kepalanya lalu kembali mendekap tubuh kekar Mingyu dengan erat.
"Aku tak akan meninggalkanmu begitu saja," lirih Mingyu sembari mengusap lembut puncak kepala gadis didekapannya itu.
"Berjanjilah Kim," lirih Kyulkyung.
"Pasti,"
...
"Apa?! Kenapa tak bisa?" Teriak Chaeyeon yang kini ia menjadi pusat perhatian di lorong kampusnya itu.
"Maafkan aku Chae, tapi kau tahu kan Aku belum lulus kuliah," jelas seorang pemuda yang merupakan kekasihnya sendiri, Jeon Wonwoo.
"Tapi kenapa, lagi pula sebentar lagi kita akan lulus kan? Jadi apa masalahnya," Chaeyeon sekarang ini sangat gelisah, Ia sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi.
"Maaf Chae, setelah lulus Aku akan melanjutkan kuliahku lagi. Aku sudah mendapatkan beasiswa," jelas Wonwoo.
Chaeyeon sungguh bingung sekarang. Ia tidak punya waktu lagi untuk meyakinkan pemuda dihadapannya itu. "Y-yasudah kalau begitu menikahlah denganku terlebih dahulu, setelah itu Kau bisa kuliah kembali,"
"Tidak, tidak bisa," Wonwoo menggelengkan kepalanya perlahan, membuat bahu Chaeyeon terasa melorot. Ia menunduk, sorot matanya dengan jelas menunjukkan kekecewaan. Ia mendongak, lalu menatap tajam pria dihadapannya itu.
"Memang apa susahnya menikahiku Jeon!" Ucapnya dengan nada tinggi, membuat beberapa orang yang berlalu-lalang didekat sana memperhatikan mereka.
"Chae, Aku harus fokus terlebih dahulu dengan kuliahku. Jika begitu Kau nanti aka-"
"Benar. Apa bedanya kau belum atau sudah menikah denganku? Sama saja Aku akan terus dicampakam karena buku-bukumu itu," ungkapnya.
"Jung Chaeyeon,"
"Apa?! Yasudah kalau begitu kenapa kau tidak memutuskanku saja huh?" Kini, gadis itu semakin menatap tajam Wonwoo.
"Ng? Chae-" Wonwoo mengeryitkan keningnya tak percaya akan kata-kata yang keluar dari mulut kekasihnya itu. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena Ia jelas tidak bisa menyetujui ajakan gadis itu.
"Putuskan Aku kalau begitu sekarang juga" lirih Chaeyeon yang mulai merasa menyerah dengan keputusan kedua orangtuanya itu.
Jeon Wonwoo, pemuda itu tidak tahan dengan Chaeyeon. Ia mencintai gadis itu, dan Ia tidak ingin melepasnya begitu saja karena hal yang menurutnya sepele itu. Ia menghembuskan napasnya, menunduk sejenak lalu menatap kembali Chaeyeon yang berada dihadapannya dengan sorotan mata sedikit kecewa atas perkataan yang gadis itu lontarkan.
"Apa ini sebuah lelucon?" Wonwoo memiringkan senyumannya.
"Tidak. Putuskan aku sekarang juga!" Chaeyeon berteriak lagi, mengundang lebih banyak mahasiswa lain mekmperhatikan mereka. Meskipun begitu, Chaeyeon tak menghiraukannya.
Wonwoo hanya terdiam dan kini mulai menatap sendu gadis dihadapannya. Setelah beberapa saat, Iapun memalingkan wajahnya. Ia mencoba menenangkan dirinya agar tidak ikut terpancing emosi gadis itu.
"Akh.. kurasa kau sedang pms yah, kalau begitu aku pergi. Sebentar lagi kelas akan dimulai," ujar Wonwoo yang membuat Chaeyeon mengerutkan keningnya tak percaya. Ia lebih memilih pergi daripada membuat sebuah pertengkaran yang tidak jelas penyebabnya.
Sungguh, Chaeyeon sangat kesal sekarang. Karena Wonwoo baru saja pergi meninggalkannya.
"Yaakkk! Jeon Wonwoo! Aku tidak sedang pms! Aku serius! Yaakk!" teriak Chaeyeon, tapi sayangnya Wonwoo tetap fokus berjalan kedepan dan berusaha tidak mempedulikan gadis itu.
"Yakk Jeon Wonwoo! Hubungan kita berakhir! Kalau begitu nikahi saja buku-buku mu itu! Dasar kau mpphhhh–" Umpatannya terhenti ketika seseorang tiba-tiba saja membekap mulut gadis itu dari belakang.
Jauh didepan sana, Wonwoo memberhentikan langkahnya. Ia menengok kebelakang melihat sudah ada seorang pria yang tengah membekap mulut Chaeyeon agar tak berteriak, yang diketahuinya itu adalah Jung Jaehyun, teman masa kecil gadis itu. Tak lama, pemuda itu mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya .
"Yakk! Apa-apaan kau! Aku ini sedang–" Seketika Chaeyeon terdiam setelah Jaehyun menyodorkan strawberry latte kesukaannya.
"Minumlah," titah pemuda Jung itu.
"Kau menyogokku, baiklah jika kau memaksa," Chaeyeon mengambil strawberry latte itu tanpa melanjutkan ocehannya yang sudah menghentikan berbagai umpatan yang hendak keluar dari mulutnya. Iapun menyeruputnya, entah kenapa emosinya tiba-tiba mereda begitu saja ketika Jung Jaehyun melakukan suatu hal padanya.
"Kau sudah tidak ada kelas lagi kan?"
"Emm," Chaeyeon mengangguk.
"Ikut aku," Jaehyun tiba-tiba menarik satu tangan Chaeyeon untuk berjalan mengikutinya.
"E-eh, kemana?"
"Sudah ikuti saja,"
...
– To be Continued –