Dua hari semenjak kejadian pertemuan wonwoo dan chaeyeon di jembatan sungai han itu, mereka tak saling berkomunikasi bahkan bertemupun tidak walaupun mereka berada di universitas yang sama.
Sebenarnya, chaeyeon sangat ingin menelfon atau bahkan mengirimi pesan pada pria itu untuk sekedar mengucapkan terimakasih karena telah memberinya jaket saat pulang. Namun, bukan jung chaeyeon namanya jika rasa gengsinya sangatlah tinggi.
"Akh aku harus mengembalikannya" lirih gadis itu. Ia kini tengah berdiri menatap jaket pria yang gadis itu gantungkan di dinding kamarnya.
Setelah itu, iapun beranjak menuju kasur empuknya lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Ia berniat tidur karena hari sudah malam.
°°°
Jung chaeyeeon, gadis itu sudah berada di kampusnya. Ini masih pagi, sedangkan kelasnya akan dimulai nanti siang. Ia datang pagi-pagi karena ia berniat menemui wonwoo untuk mengembalikan jaket pria itu dan mengucapkan terimakasih dengan langsung, chaeyeon sudah memikirkannya matang-matang, gadis itu buang sedikit rasa gengsinya.
Ia saat ini tengah berjalan menuju kelas dimana wonwoo menempatinya. Gadis itu tau kalau hari ini pria itu ada kelas pagi.
Iapun sampai, berniat menunggu didepan pintu. Tetapi ia tak jadi karena merasa kelas sedang kosong. Dan benar saja, saat ia buka sedikit pintunya, kelas benar-benar kosong.
"Bukannya kelasnya disini?" gadis itu mengerutkan keningnya.
"ah.. jun!" panggil chaeyeon pada pria yang baru saja melewatinya. Pria itu berbalik, dia adalah teman satu jurusan dengan wonwoo, dan mereka berada di kelas yang sama.
"Ya?" tanya jun.
"em.. kenapa kelasnya kosong? Bukannya wonwoo dan kau ada kelas dosen kim?"
"ah itu iya, tapi sayangnya dosen kim ada keperluan jadi kelas hari ini cepat selesai" jelas jun.
"Mmm.. terimakasih kalau begitu"
"memangnya kenapa? Oo.. aku tahu kau mencari wonwoo kan?" tanya jun, chaeyeon mengangguk gugup.
"kalau tidak salah tadi aku lihat dia ada di perpus, kau coba saja kesana"
"ahh ya terimakasih" chaeyeon membungkukkan badannya.
Gadis itupun segera pergi ke perpustakaan.
Saat sudah sampai didepan perpustakaan, ia terdiam sebentar dan melihat-lihat kedalam petpustakaan. Dan tak perlu waktu lama, gadis itu sudah mendapati wonwoo yang tengah duduk dengan beberapa buku di atas meja dihadapannya.
Chaeyeon tersenyum, iapun berniat masuk. Tangannya sudah siap untuk mendorong pintu. Namun saat irisnya menangkap sosok wanita cantik yang menghampiri meja yang ditempati wonwoo, seketika ia terdiam memperhatikan baik-baik keduanya.
Raut kecewa di wajahnya terlihat setelah irisnya menangkap bahwa keduanya saling melempar senyuman. Chaeyeon mengepalkan tangannya, iapun pergi dari sana.
°°°
"Kau ini, kenapa tak langsung lempar saja jaket itu ke wajahnya sih" gerutu kim sejeong, sahabat chaeyeon.
Saat ini keduanya sedang berada di kafe yang tak jauh dari tempat kuliah mereka.
Chaeyeon hanya menarik napasnya kasar. Ia menatap kosong strawberry lattenya yang beberapa menit lalu ia pesan. "kau tidak biasanya diam, biasanya kau akan memaki-maki wanita yang dekat-dekat dengan kekasihmu itu hahaa... aku jadi teringat saat kau sampai menjambaki rambut kim doyeon karena gadis itu memegang pipi laki-lakimu itu haha" sejeong memegangi perutnya, ia tak henti-hentinya tertawa.
Triingg..
Bunyi lonceng kafe, pertanda ada pengunjung yang masuk. Sejeongpun melihat itu, matanya terbelalak karena ia mengenal wajah dua orang yang baru datang itu dengan berjalan berdampingan. Mereka kini sudah duduk di meja yang cukup jauh dari posisi mejanya dan chaeyeon.
"yaak yakk!" sejeong menyadarkan chaeyeon. Lalu telunjuk gadis itu ia arahkan pada meja yang ditempati dua orang tadi, chaeyeon mengikuti arah itu.
Saat irisnya sudah menangkap sosok yakni wonwoo dan seorang wanita yang tadi bersama wonwoo diperpustakaan itu, chaeyeon hanya terdiam. Ia menanggapinya biasa saja. Sejeong yang melihat itu heran, tak biasanya sahabatnya itu bersikap seperti itu.
Tak lama, chaeyeonpun berdiri. Ia melangkah menuju meja kedua orang itu sembari tangannya membawa tas yang berisi jaket pria itu yang sudah ia bawa dari tumah sedari tadi.
"ini" chaeyeon menyodorkan jaket itu. Wonwoo menatap gadis itu datar, ia hanya terdiam.
"terimakasih, kau seharusnya tak membiarkan tubuhmu kedinginan karenaku" ujar chaeyeon, wonwoo mengambil alih jaket itu. "hmm" pria itu mengangguk , lalu tak lama pandangannya ia alihkan pada wanita yang duduk di di hadapannya, kim nana.
"um sunbae, kau mau pesan apa?" tanya wonwoo pada nana, pria itu sedikit tersenyum berkebalikan saat ia menatap chaeyeon, begitu terlihat dingin.
Chaeyeon yang melihat itu hanya tersenyum sinis. Rasa sesak tak bisa ia hindari kini. Ia merasa air yang berada di matanya akan keluar, iapun segera pergi menuju toilet di kafe itu.
"Yaish jung chaey.. yaahh kurasa dia butuh sendiri" ucap sejeong, setelah itu ia alihkan pandangannya pada wonwoo dan nana. Mereka berdua saling melemparkan senyumannya. Sejeong begitu tak percaya wonwoo tega melakukan itu didepan chaeyeon.
"wonwoo, aku ketoilet sebentar" ujar nana, wonwoo mengangguk sembari tersenyum.
Saat melihat wanita yang bersama wonwoo pergi, sejeong buru-buru menghampiri wonwoo. Iapun duduk dihadapan pria itu. "apa yang kau lakukan huh?" tanya sejeong intens.
Wonwoo menatap dingin gadis yang didepannya itu. "memangnya apa yang aku lakukan?".
"tsk, kau bercanda ya? Apa kalian sedang ada masalah?"
°°°
Chaeyeon menatap pantulan dirinya dicermin, ia mengusap air matanya yang turun. Iapun membasuh wajahnya. Saat melihat kembali ke cermin, wanita yang tadi bersama wonwoo sudah ada disebelahnya. Yah, itu nana. Dia sedang merapikan rambutnya sembari menatap pantulan chaeyeon dicermin.
"Hhmm kasihan, aku tak percaya jika jeon wonwoo benar-benar mencampakanmu sekarang" wanita itu tersenyum miring.
Chaeyeon tak kalah tersenyum miring "sepertinya kau senang sekali sunbaenim" ujar chaeyeon.
Nana tersenyum lebar "tentu saja, apa hubungan kalian sudah berakhir?" nana menghadap chaeyeon menatapnya penuh kemenangan.
Chaeyeon membalas senyuman itu, perlahan gadis itu mendekati nana " yahh kurasa hubungan kami benar-benar berakhir, selamat memungut, tukang sampah" ujar chaeyeon menepuk bahu nana sebelum ia keluar dari toilet itu.
"yaish jung chaeyeon!" teriak nana.
°°°
Bukannya menjawab, wonwoo malah mengangkat bahunya tak tahu. Sejeong menghembuskan napasnya kasar ia berusaha sabar menghadapi pria itu "hhh kalian sudah berpisah?".
Wonwoo mengangkat bahunya kembali "entahlah".
"yaakk" sejeong menggebrak meja, tak peduli saat ini pengunjung kafe itu melihatnya. "dasar kau ini, lalu apa kau sudah memberitahunya?"
"Untuk apa aku memberitahunya? Kita mungkin sudah berpisah, ini yang dia inginkan" ujar wonwoo menatap dingin sejeong yang tak habis pikir akan pria itu.
"hhhh apa kau bod- oh chaeyeon-ah!" ucapannya terpotong saat melihat chaeyeon berjalan cepat dari kamar mandi, gadis itu buru-buru berjalan menuju keluar kafe.
"chaey, tunggu aku! Ish kau! Dasar pria brengsek!" Sejeong menatap tajam wonwoo.
Braaakk
Sekali lagi, sejeong menggebrak meja yang ditempati wonwoo sebelum ia benar-benar meninggalkan kafe itu. Wonwoo menarik napasnya dalam, rasa bersalah mulai mendatanginya saat ini.
°°°
1 minggu berlalu. Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh orang tua chaeyeon. Hari ini adalah pertemuan keluarga antara keluarganya dengan keluarga pria yang nantinya akan menjadi suami chaeyeon. Pertemuan antar keluarga diadakan di rumah mewah chaeyeon.
Chaeyeon hanya pasrah dengan keputusan orangtuanya itu, karena dirinya tak bisa membujuk wonwoo untuk menikahi dirinya. "Ish aku memang bodoh! Bodoh! Bodoh!" gerutu chaeyeon sambil memukul-mukul kepalanya. Ia menyesal tak memberitahu wonwoo kalau ia akan di jodohkan dengan anak teman ayahnya. Chaeyeon berpikir, kalau saja ia mengatakannya mungkin saat ini yang akan bertemu dengan keluarganya adalah keluarga wonwoo.
Saat ini gadis itu tengah menghadap cermin yang berada di kamarnya. Pertemuan akan dilaksanakaan beberapa menit lagi, dan keluarga teman ayahnya itu akan segera datang.
Gadis itu kini sudah memakai dress hitam selutut tak berlengan. Rambutnya ia gerai menambah keanggunan gadis itu.
"chaeyeon! ayo kebawah, sebentar lagi mereka akan datang" ujar ibu chaeyeon diambang pintu.
"Iya bu" iapun beranjak untuk ke bawah.
"Uuhh lihatlah anak ayah yang sangat cantik ini" ujar ayahnya saat chaeyeon sudah tiba dan menghampiri mereka. Chaeyeon hanya tersenyum kecut.
"Tapi sepertinya ada yang kurang, ini... coba lihat" sekarang ibunya memaksa melebarkan senyuman gadis itu. "tersenyumlah sayang" ibunya itu mengusap surainya.
"Hhmmm... begini?" gadis itu menunjukkan eyesmilenya membuat ibu dan ayahnya terkekeh.
Ting nong...
Bel berbunyi. "sepertinya mereka sudah datang"
...
Kini orang tua chaeyeon serta dirinya juga orang tua dari pihak pria sudah duduk mengelilingi meja yang diatasnya sudah tersedia berbagai macam hidangan untuk dimakan.
Makan malam belum dimulai, mereka tengah menunggu si pria yang nantinya akan menjadi suami chaeyeon. Ya, dia belum datang.
Sembari menunggu, orangtuanya dengan orangtua calon suaminya itu tengah berbincang - bincang, Membahas tentang bisnis mereka kebanyakan. Chaeyeon sedari tadi hanya menunduk entah apa yang kini sedang ia lihat.
Sampai wanita yang bernama kim nari, yang nantinya menjadi ibu chaeyeon itu menatapnya tersenyum. "ahh kita sampai melupakan kalau ada bidadari cantik disini" ujarnya.
"Ahh iya juga ya, chae... maafkan ibu... wajarkan saja, sudah lama kami tidak berkumpul seperti ini haha" ucap ibunya itu.
"oh ya, kudengar dari ayahmu kalau kau dengan mingyu satu universitas apa benar?" tanya kim minjoon, calon ayah mertuanya itu.
Chaeyeon mengerutkan keningnya "m-min-mingyu?" ia bingung karena ia tak pernah mendengar nama itu.
"Nama calon suamimu, kau tidak tahu?"
Chaeyeon menggeleng, ia sungguh tak tahu. Ini membuktikan kalau bumi itu memang luas.
"Ah tak apa, sayang.. lagipula mereka berbeda jurusan jadi kemungkinan kecil bahwa mereka saling mengenal atau bertemu" ujar kim nari.
Chaeyeon hanya tersenyum canggung.
"Selamat malam" ujar seorang pria tinggi memakai blazer hitam yang tiba-tiba datang ke ruang makan.
Seketika orang orang ada diruangan itu menoleh ke arah sumber suara. Mereka tersenyum kecuali chaeyeon yang mengerutkan keningnya saat melihat wajah pria itu 'sepertinya aku pernah melihat wajah itu sebelumnya, tapi dimana?' batin chaeyeon.
Tak lama pria itu menatap chaeyeon, lalu secara bersamaan keduanya memalingkan wajah mereka.
"Akhirnya kau sampai juga" ucap ayah chaeyeon.
"Maaf paman, bibi, aku terlambat" ucap pria itu, ia membungkukan badannya 90 derajat.
"tak apa, ini belum lama" kali ini ibunya chaeyeon.
"Yahh aku masih mengampunimu nak" ujar ayah pria itu yang mengundang tawa yang lainnya, kecuali chaeyeon dan pria itu, kim mingyu tentunya.
"Ah silahkan duduk mingyu"
"terimakasih bibi" ucap mingyu sebelum duduk dikursi yang bersebelahan dengan chaeyeon.
"Ah ya.. mingyu, dia adalah calon istrimu... jung chaeyeon namanya" ibu mingyu menunjuk chaeyeon, terpampang jelas senyuman manis ibunya itu.
Chaeyeon hanya menunduk. Mingyu melihatnya sekilas tanpa memberikan respon apapun, ia hanya berusaha membalas senyuman ibunya.
"Aku sudah lapar, ayo kita mulai saja makan malamnya. Silahkan dinikmati makanan kami" ajak ayah chaeyeon yang diberi anggukan yang lainnya. Merekapun mulai menyantap hidangan yang telah disiapkan.
"Emmm seperti biasa... makanan disini tak pernah berubah, selalu enak... kau memang yang terbaik shinyeon-ah!" ujar ibu mingyu.
"terimakasih nari-ssi"
"minjoon-ah, kau dan aku sama-sama hanya memiliki satu orang anak saja.. keluarga kita begitu sepi" ucap ayah chaeyeon yang sedang menunggu istri tercintanya selesai menaruh makanan di piringnya.
"iya kau benar, akan sangat bagus jika nanti kalian sudah menikah cepat-cepatlah beri kita seorang cucu"
Uhuk uhuk!
Seketika keduanya, mingyu dan chaeyeon tersedak karena ucapan ayah mingyu itu.
"Ini minumlah, kalian membuat mereka terkejut saja... haha" ibu mingyu dan chaeyeon terkekeh, ekspresi sepasang calon suami istri itu begitu lucu, membuat keduanya menjadi tambah canggung saja.
Drrttt... drrttt...
Sebuah ponsel bergetar di meja makan membuat semuanya diam. Chaeyeon kaget ternyata ponselnya sedari tadi berada di meja. Ada sebuah panggilan masuk. Mingyu tak sengaja melihat layar ponsel gadis itu membuat ia menyunggingkan senyumanannya.
"ah aku lupa, maaf mengganggu... ayah, ibu... aku akan kebelakang sebentar" ujar chaeyeon beranjak dari sana.
°°°
Chaeyeon sekarang ini sedang berada di balkon kamarnya, ia menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum dirinya menggeser tombol berwarna hijau. Ia tersenyum sedari tadi, gadis itu sangat senang karena pria itu, wonwoo akhirnya menelfonnya juga.
"Yeoboseo.."
"emm yeoboseo chaeyeon-ah"ucap wonwoo disebrang sana.
"a-ada apa kau..-"
"dengarkan aku baik-baik"
"Ng?"
"aku.. sungguh minta maaf karena aku tak bisa memenuhi keinginanmu.., maafkan aku kalau selama ini aku sering mencampakanmu. aku tak tahu , tapi untuk beberapa tahun ini aku sungguh benar-benar mengucapkan terimakasih .. aku mungkin bukanlah pria yang sempurna untukmu. Dan... " wonwoo menggantung ucapannya, chaeyeon dengan setia menunggu kalimat selanjutnya. Matanya saat ini sudah berkaca-kaca, ia tak menduga kalau wonwoo akan berbicara seperti itu.
Wonwoo kini sedang berada di dalam mobil. Ia menunduk menarik napasnya dalam sebelum melanjutkannya. "tuan, kita sudah sampai" ucap sopir mobil yang wonwoo naiki itu.
Wonwoo mengangguk.
"Entah aku harus mengatakan ini atau tidak.. aku tak tahu kalau hubungan kita saat ini benar-benar berakhir atau belum, tapi aku takut jika nanti kau mencariku dan memintaku untuk menikahimu lagi, kau tidak akan menemukanku... aku, mendapatkan beasiswa di amerika, dan aku akan kesana malam ini.. maaf jika aku tidak mengucapkan selamat tinggal padamu secara langsung" jelas nya
"..." tak ada suara disebrang sana.
"Keberangkatanmu 30 menit lagi tuan" ucap sang sopir kembali.
Wonwoo mengangguk "baiklah, sepertinya kau sudah menutup sambungan telefonnya.. selama tinggal" Wonwoo sudah memutuskan sambungannya. Ia menghembuskan napasnya kasar.
"apa itu nona chaeyeon? Hubungan kalian sudah berakhir?" Tanya sang sopir pribadi wonwoo, wonwoo sudah anggap pria yang sudah berkepala 4 itu sebagai bagian dari keluarganya. Jadi jangan heran jika sopir itu tahu seorang jung chaeyeon.
"Sepertinya begitu" lirih wonwoo menatap ke luar dari arah kaca mobil.
"Sayang sekali, kalian berdua sangatlah terlihat cocok" ujar sang sopir membuat wonwoo melebarkan senyumannya.
"ah kalau begitu aku akan keluar" wonwoo membuka pintunya diikuti sang sopir, sopir itu kemudian membuka bagasi mobil mengeluarkan sebuah koper dari sana.
"Ini tuan.. cepatlah kembali"
Wonwoo mengangguk mengambil alih koper itu, ia melambai-lambaikan tangannya pada sopir itu. "selamat tinggal paman"
°°°
Chaeyeon, gadis itu sedang terduduk dilantai, cairan bening itu terus menerus mengalir dari matanya. Yah, dia menangis.
Dia memandangi ponselnya. Ada sebuah pesan baru masuk. Diapun langsung membacanya.
From : Sejeong
Apa wonwoo sudah memberitahumu tentang kepergiannya? Kalau belum aku akan memberitahumu, pria brengsek itu pergi dari korea malam ini. Ini tentunya kabar baik kan? Kau tak bisa melihat pria brengsek itu lagi dan akan lebih mudah untuk kau melupakannya. Benar?
Membaca pesan itu membuat tangisan chaeyeon semakin menjadi-jadi. Ia lalu menghapus air matanya kasar dan bangkit dari duduknya lalu berlari kebawah.
Ia berniat menemui wonwoo sebelum kepergiannya. Dalam beberapa hari ini chaeyeon tak bertemu pria itu. Jujur, ia sangat rindu pada wonwoo. Dan ia tak tahu kapan wonwoo akan kembali, dan karena itu chaeyeon ingin menemuinya sebelum terlambat. Saat ditelfon ia sempat mendengar jika ada seseorang yang mengatakan jika wonwoo akan pergi dalam 30 menit lagi.
"chaeyeon" panggil eommanya, tapi percuma gadis itu tak mendengarnya. Chaeyeon terus saja berlari ke luar rumah tanpa mempedulikan orang-orang yang sedang memperhatikannya.
"kau mau kemana?!" khawatir ibunya. Hendak ingin mengejar putrinya itu, namun ditahan oleh ibu mingyu.
"tenanglah, mingyu kau kejar chaeyeon" titah ibu mingyu. Mingyu yang ditunjuk hanya melebarkan matanya bingung. "aku? Kenapa-"
"Cepat kejar dia" titah ayahnya. Mingyu menghembuskan napasnya, ia beranjak mengejar gadis itu dengan terpaksa.
"Baiklah.." pasrahnya.
°°°
Saat mingyu sudah di gerbang, ia melihat chaeyeon yang berlari kearah taksi dan gadis itupun segera menaikinya. Ia kalah cepat. Iapun buru-buru merogoh sakunya untuk mengambil kunci mobilnya.
"Tolong ke bandara incheon secepatnya" ucap chaeyeon pada sopir taksi itu. Matanya sudah sembab saat ini.
"hhh dasar gadis itu, baru pertama kali bertemu saja sudah menyusahkanku" gerutu mingyu dalam mobilnya, ia segera melajukan mobilnya dan mengikuti taksi yang tadi ditumpangi oleh chaeyeon.
°°°
"Terimakasih" ujar chaeyeon pada sopir taksi sembari memberikan uang untuk ongkosnya saat sudah tiba di bandara incheol itu. Setelah itu Ia langsung membuka pintu dan masuk kedalam untuk mencari wonwoo.
Ini baru 15 menit berlalu, ia masih mempunyai waktu harusnya. Gadis itu terus mencari-cari, kepalanya tak henti-hentinya menoleh ke sana kemari berharap irisnya menemukan pria itu. Gadis itu terus mencari tak sadar 5 menit telah berlalu, tapi ia tak kunjung menemukan pria itu.
Chaeyeon tak menyerah begitu saja. Orang-orang banyak yang berlalu-lalang di sekitarnya membuat,
Bruukk
Dirinya menabrak salah satu dari kebanyakan orang itu. Ia sampai terduduk karena yang ditabraknya ialah seorang pria. Ia menunduk, tak kuasa menahan cairan bening itu, iapun kembali menangis.
"apa kau baik-baik saja?" tanya pria yang ia tabrak itu, pria itu berjongkok.
Betapa cukup terkejutnya pria itu saat melihat wajah gadis didepannya. Ia merasa bahagia sekaligus sedih.
"Hey, kau menangis, apa kau tak kedinginan?" tanya pria itu lagi.
"..." tapi tetap chaeyeon terdiam dan masih saja menangis.
"kau membutuhkan jaket, bajumu itu terbuka dan malam ini begitu dingin.. nanti kau bisa sakit, kalau kau sakit aku akan terus menghawatirkanmu selama disana"
Deg!
Chaeyeon menangkap kalimat terakhir yang keluar dari mulut pria itu. Iapun mendongak, matanya terbelalak saat mendapati siapa pria itu. Itu wonwoo, jeon wonwoo... dia menunjukan senyuman lebarnya pada gadis itu.
Wonwoo mengulurkan tangannya untuk membantu chaeyeon berdiri. Chaeyeon tertunduk, airmatanya belum juga berhenti untuk keluar. Ia masih belum mendongakkan kembali kepalanya untuk menatap wajah wonwoo yang kini sedang tersenyum itu.
Dengan terpaksa, wonwoo mengangkat dagu milik chaeyeon dengan tangannya. "kenapa kau menangis, apa kau kesini untukku?" canda wonwoo membuat chaeyeon menunduk kembali. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kemudian kedua tangannya ia kepalkan lalu setelah itu ia benturkan pada dada bidang milik wonwoo. Ia tak henti-hentinya memukul tubuh wonwoo sembari terus menangis.
"kau memang pria brengsek jeon" lirih chaeyeon, wonwoo hanya terdiam.
Pria itu tahu bahwa memang benar dirinya adalah pria brengsek. Ia tak tahu seberapa besar kesalahan yang ia perbuat pada gadis itu, dengan ia membiarkan gadis itu memukulnya, ia harap chaeyeon bisa merasa lebih baik terhadapnya.
Saat sudah cukup lama, chaeyeonpun menurunkan tangannya. Saat itu juga wonwoo langsung mendekap tubuh mungil milik gadis itu.
"Maafkan aku chae" ujar wonwoo, chaeyeon masih saja menangis membuat baju wonwoo menjadi basah, tapi pria itu tetap membiarkannya.
Mengingat waktu tinggal beberapa menit lagi, wonwoo dengan terpaksa melepas pelukannya. Ia tatap wajah chaeyeon yang sedang menunduk, tangisannya mulai mereda. Dan Wajahnya kini terlihat sedikit bengkak.
Wonwoo menangkup wajah chaeyeon dengan kedua tangannya lalu ia dekatkan wajahnya, dengan perlahan bibirnya mendekati bibir chaeyeon. Mereka berduapun menutup matanya membiarkan ciuman itu berlangsung dengan damai tanpa memperdulikan orang-orang yang melewatinya dan memperhatikan mereka.
Sayangnya, ciuman itu tak berlangsung lama mengingat wonwoo sedang dikejar oleh waktu.
Mereka saling menatap satu sama lain. Wonwoo merapikan anak rambut chaeyeon yang tampak menghalangi wajah cantiknya.
"jangan menangis lagi, aku harus pergi... oh ya kau harus mengenakan jaket" ujar wonwoo, pria itu kemudian membuka tas ransel yang ia bawa berniat mengeluarkan jaketnya untuk diberikan kepada chaeyeon, tapi chaeyeon menahan tangannya.
"Tidak usah, aku membawa jaketku di mobil" bohong gadis itu, padahal mobilpun ia tak membawanya.
Wonwoo mengangguk "ah baiklah, yasudah... aku sudah terlambat, jaga dirimu baik-baik" pria itu mengusap surai hitam milik chaeyeon.
Chaeyeon pun tersenyum. Saat wonwoo hendak berbalik, chaeyeon menahan tangannya. "a-aku akan-" ucapannya terpotong.
"Em, tentu. Aku juga akan meghubungimu nanti"
Cup.
Satu kecupan mendarat dibibir chaeyeon. "Selamat tinggal, aku akan segera kembali" ujarnya. Dengan terpaksa wonwoo melepas tangan halus gadis itu lalu ia dengan cepat berjalan menuju penerbangan yang ia tuju. Sesekali, tubuhnya ia balikkan ke belakang lalu melambai-lambaikan tangannya sembari melempar senyuman pada chaeyeon.
Chaeyeon saat ini hanya tersenyum. Sebenarnya bukan itu yang ia maksud, gadis itu bermaksud memberitahu wonwoo kalau dirinya akan menikah dengan anak dari teman ayahnya. Tapi chaeyeon membiarkannya saja, walaupun dia mengatakannya, itu sudah terlambat.
Meskipun begitu, chaeyeon tetap bahagia dirinya bisa bertemu dengan wonwoo sebelum dirinya pergi untuk waktu yang lama.
Mingyu, pria itu sudah beberapa menit yang lalu mendapati chaeyeon. Dari kejauhan pria itu mengawasinya sampai gadis itu bertemu dengan seorang pria, dan dia menyaksikan itu semua.
Pria itu hanya berekspresi datar saat melihat mereka. "apa dia lebih menyedihkan dariku?" gumam mingyu. Saat chaeyeon beranjak dari sana, ia dengan cepat kembali mengikuti gadis itu dari belakang.
-To be Continued-