Chereads / Seonsaengnim, Saranghaeyo / Chapter 27 - 27. Pasca Kejadian

Chapter 27 - 27. Pasca Kejadian

Ha Wook's pov

"Lain kali hati-hati ya." Ra Im Eonni selesai membalut kakiku dengan perban. Kakiku terkilir dan harus diberban karena insiden berguling di tangga. Setelah kejadian itu, Oppa membawaku ke kamar dan menelepon Ra Im Eonni untuk memeriksaku dan Ha Seonsaeng yang sekarang ada di kamarnya bersama Eomma.

Halmoni dan Eomma segera datang setelah mendengar keributan. Tentu saja Eomma memarahi kami dulu sebelumnya. Ah, orang tua memang seperti itu kan? Tidak tahu detail kejadiannya langsung saja memarahi semua orang.

Di sebelahku, Halmoni mengelus rambutku dan mengecup puncak kepalaku berulang kaki. Meskipun Ra Im Eonni sudah menjelaskan kondisi kesehatanku, tetap saja Halmoni khawatir. Memang hanya Halmoni yang mengerti keadaanku sekarang.

Jujur ku katakan, walau sekarang Eomma sudah baik padaku aku tetap lebih menyayangi Halmoni daripada Eomma.

Aku mendongak menatap Ra Im Eonni yang tersenyum padaku, "Jeong Il Oppa bagaimana?"

"Gwaenchana, dia sudah sadar dan sedang istirahat sekarang."

Syukurlah.

Aku benar-benar merasa bersalah padanya, walau bagaimanapun ia terjatuh menuruni tangga juga karena aku. Bukankah harusnya aku yang merawatnya dan bersamanya saat ini?

"Obat ini akan meredakan rasa sakitnya." Ra Im Eonni menunjukkan 3 botol obat pada Oppa yang baru masuk kamar.

"Ne, Noona." Ra Im Eonni memegang bahu Oppa dan pergi keluar kamar. Pandangan Oppa tertuju padaku. Ia menghela napas panjang dan memelukku.

"Aku baik-baik saja, Oppa." aku mengelus bahunya. Oppa hanya menatapku dan mengelus rambutku. Oppa masih terkejut dan kekhawatiran masih terlihat di matanya. Oppa menggenggam tanganku dan mengecupnya berulang kali.

Halmoni mengelus rambut Oppa, "Ha Wook benar, Yoon-ah. Dia baik-baik saja, hanya kakinya yang terkilir. Ra Im bilang kakinya akan segera membaik. Jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan." Halmoni sangat paham akan kekhawatiran Oppa, manusia bernama Yoon ini tidak akan bisa tenang sebelum bicara langsung padaku.

Oppa memelukku sangat erat dan mencium puncak kepalaku berulang kali. "Mianhae. Harusnya aku menghentikanmu berlarian di tangga tadi."

Halmoni menatap kami bergantian, tatapan matanya berubah kesal. "Kalian berdua sama saja. Apa kalian tidak paham jika tangga sangat berbahaya?"

"Mianhae, Halmoni." Aku dan Oppa menjewer kedua telinga kami dan menunduk. Ini semua bukan salah Oppa, tapi salahku yang berlarian di tangga.

#

15:00 KST

"Kau mau mandi sekarang atau nanti?" aku mengalihkan pandanganku dari tablet ke arah Eomma yang mengeluarkan baju gantiku. Inilah yang ku lakukan seharian ini, bermain.

"Sekarang. Tapi, Eomma tidak akan kuat mengangkatku."

"Tentu saja bukan aku." kata Eomma membuatku menyipitkan mata.

"Lalu?"

"Jeong Il."

"Mwo! Tidak mau!"

"Santai saja, tidak perlu teriak."

Eomma masih sibuk dengan pakaian dalamku. "Apa yang kau risaukan? Dia oppamu, sama seperti Yoon. Lagipula, dia tidak akan tertarik dengan bocah setengah matang sepertimu." Aku mendelik mendengar apa yang dikatakannya.

"Eomma!" Eomma tertawa mendengarku berteriak. Puas sekali rupanya Nyonya Lee itu mengejek putri kandungnya sendiri. Suara tawa Eomma terhenti begitu melihat Ha Seonsaeng masuk kamar.

"Wah, kebetulan sekali uri Jeong Il datang. Eomma sangat membutuhkan bantuanmu, sayang." Eomma mengelus kedua bahu Ha Seonsaeng dengan sayang.

"Bantuan apa, Eomma?" Eomma tersenyum dan mengelus pipi Ha Seonsaeng.

"Tolong bantu Eomma menggendong dongsaengmu ke kamar mandi ya? Eomma tidak bisa mengendongnya." kata Eomma dengan nada manja, Ha Seonsaeng menatapku dan aku mengerjap menatapnya.

"Tentu saja, Eomma." Ha Seonsaeng tersenyum pada Eomma yang menatapku dengan senyuman manis. Nyonya Lee itu sangat senang rencananya berhasil.

"Oh iya! Aku lupa tadi merebus daging di dapur!" jerit Eomma yang langsung berlari keluar kamar meninggalkan kami berdua dalam keadaan canggung.

"Sekarang?" aku tersenyum pada Ha Seonsaeng dan mengangguk. Tanganku terulur mengambil pakaian gantiku dan mendekapnya erat. Ha Seonsaeng meletakkan kedua tangannya di bahu dan kakiku, lalu mengangkatnya.

"Oppa."

"Hmm?"

"Apa aku berat?"

"Ani."

Setidaknya aku tidak membuat punggungnya sakit lagi. Ya meskipun Eonni bilang punggungnya tidak cedera serius.

Ha Seonsaeng mendudukkanku di kloset yang tertutup. "Tunggu sebentar." katanya keluar dan kembali dengan kursi. "Letakkan kakimu disini agar tidak terkena air."

"Ne, Oppa."

"Berteriaklah ketika sudah selesai." Ha Seonsaeng mengunci pintu dari luar.

Aku memegang dadaku yang berdebar-debar dengan senyuman mengembang. Ingin sekali aku berteriak mengekspresikan kebahagiaan ini. Oh, aku tidak boleh diam saja!

Aku harus melakukan sesuatu!

Aku menyalakan shower dan mengguyur seluruh tubuhku dengan air. Jika kakiku tidak sakit aku pasti sudah berjingkrak dan menjerit-jerit.

Pandanganku tertuju pada bath tub di depanku. Aku tersenyum membayangkan sesuatu melintas dalam otakku. Aku berdiri dan melompat-lompat menuju bath tub. Tanganku terulur menyalakan kran dan aku duduk di pinggirannya. Tak lupa memasukkan sabun khusus dengan aroma buah-buahan ke dalamnya.

Setelah semua siap, aku menceburkan diriku ke dalamnya. Tak ku pedulikan baju dan rambutku yang ikut basah. Ku angkat tinggi-tinggi kaki kananku agar tidak terkena air. Aku tertawa dan mencipratkan air ke seluruh kamar mandi.

Beberapa menit berlalu, aku sudah puas bermain air dan ingin mengganti bajuku. Aku kebingungan saat tidak bisa menemukan pegangan yang membantuku berdiri. Tidak ada jalan lain!

"Oppa! Tolong aku!" mataku membulat sempurna saat mendengar keributan di luar kamar mandi.

"Bertahanlah!" suara Oppa dari luar, sepertinya sedang berusaha membuka pintu.

Ceklek.

"Jagiya, ka-" Oppa dan Ha Seonsaeng membeku di tempat begitu melihatku.

#

-Teras-

Aku menikmati sore dengan duduk santai di kursi roda yang dibelikan kedua oppaku tadi. Sebenarnya aku tidak terlalu menikmati karena dua manusia di sebelahku sedang pamer kemesraan. Siapa lagi jika bukan Ha Seonsaeng dan Ra Im Eonni?

"Ha Wook-a!" teriakan seseorang membuat senyumanku mengembang.

"Ho Jae-yah!" aku merentangkan kedua tanganku menyambutnya. Ho Jae memelukku sangat erat dan ku rasakan beberapa kali ia mencium rambutku.

"Bagaimana keadaanmu? Kenapa kau sangat ceroboh!" aku mencebik saat melihat tatapan tajam Ho Jae.

"Kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkanmu saat mendengar dari Jun Goo kau jatuh dari tangga. Kau pasti sedang melakukan ide gilamu, kan?"

"Tidak, Ho Jae-yah. Kau hanya datang sendiri? Dimana Jun Goo?"

Ho Jae memutar bola matanya malas, "Dia sedang berkencan dengan Soo Ji."

"Apa!" Ho Jae memekap mulutku membuat kedua orang yang pamer kemesaraan menatap kami.

Prok

Prok

Prok

Suara tepuk tangan Oppa membuat Ho Jae menarik tangannya. "Bukankah senang melihat pemandangan seperti ini? Semuanya memiliki pasangan."

Oppa menggandeng tangan Bok Hae yang hanya tersenyum. "Bagaimana jika di sore yang cerah ini kita habiskan di suatu tempat untuk triple date?"

Mwo?