Sasa menggeliat pelan ketika merasakan otot di tubuhnya kaku, berusaha merenggangkan otot dan membuka kedua mata. Sasa hanya diam, menatap langit kamar. Sesaat kemudian, dia kembali memejamkan mata dan menarik selimtu. Namun, sebuah ingatan melintas, membuatnya segera membuka mata dan kembali menatap langit kamar yang terasa asing baginya.
Andreas, aku mohon.
Kamu hanya terbawa obat, Sa. Jadi, aku tidak akan melakukannya.
Sa, saat kamu bangun nanti, kamu pasti akan menyesal dan aku tidak mau itu terjadi.
Aku tidak akan pernah menyesal, Andreas.
Aku harap kamu mengingatnya, Sa.