Chereads / IMPERFECT LOVE (21+) / Chapter 4 - Pertemuan yang Tidak Diharapkan

Chapter 4 - Pertemuan yang Tidak Diharapkan

"Kamu tidak apa?"

Natalia yang sejak tadi diam tersentak pelan, menatap pria yang ada di depannya dengan pandangan kesal. Dengan cepat, dia melepaskan tangan yang sejak tadi memeluk pinggangnya. Kakinya melangkah mundur dan menatap tidak suka sama sekali.

"Kamu itu dikasih mata untuk melihat. Kenapa jalan gak lihat-lihat?" protes Natalia dengan tatapan tajam, merasa dongkol dengan pria di depannya.

Pria dengan kemeja berantakan tersebut hanya diam, menatap ke arah Natalia dengan pandangan mengamati. Tidak ada yang terucap sama sekali di mulutnya. Natalia yang ditatap sedemikian lekat diam, merasa tidak nyaman sama sekali. Pasalnya, pria tersebut tidak mengalihkan pandangannya.

"Kenapa lihat-lihat?" tanya Natalia dengan tatapan mengawsi, takut kalau pria di depannya akan berbuat macam-macam.

Namun, tidak ada jawaban sama sekali dari pria tersebut, membuat Natalia menelan saliva pelan dan menatap takut. Dia tidak akan berbuat macam-macam, kan, batin Natalia dengan perasaan tidak karuan.

"Kamu masih kuliah?"

Natalia yang mendengar pertanyaan absurd yang baru saja keluar dari mulut pria di depannya mengerutkan kening dalam dan menatap tidak percaya.

Jadi, sejak tadi aku berbicara dan dia tidak mendengarkannya sama sekali, batin Natalia semakin kesal.

"Kamu sudah memiliki pacar?" tanya pria asing tersebut kembali.

Natalia yang mendengar semakin menatap dengan pandangan aneh. Apa dia gila? Kenapa menanyakan kekasih dengan seorang wanita yang bahkan tidak dikenalnya, batin Natalia dengan tatapan tidak percaya.

"Kalau bel ...."

"Daniel."

Sebuah teriakan membuat ucapan pria di depan Natalia terhenti. Daniel—pria yang sejak tadi berbicara dengan Natalia—menolehkan kepala, menatap ke asal suara. Matanya menatap seorang wanita dengan pakaian minim tengah melangkah ke arahnya.

Natalia yang tidak tahu apa pun hanya diam, menatap dengan pandangan bingung. Terlebih, ketika mendapati wanita dengan pakaian seksi tersebut menatapnya dengan pandangan tidak suka.

Astaga, ada apa ini, batin Natalia dengan penuh tanya. Namun, Daniel yang sejak tadi berada di depannya mulai berganti posisi menjadi di sampingnya, membuat Natalia semakin tidak mengerti sekaligus bingung.

"Oh, jadi ini wanita yang sekarang menjadi kekasihmu?" tanya wanita tersebut dengan penuh kebencian.

Daniel hanya diam, menatap dengan pandangan tidak peduli sama sekali.

"Kurang ajar memang kamu, Daniel. Setelah kamu meniduriku, kamu pergi begitu saja. Kamu pikir aku wanita apa?" teriak wanita tersebut, menunjukan emosi yang semakin meningkat.

Natalia yang mendengar diam, menatap ke arah Daniel dengan pandangan tidak percaya. Jadi, pakaian dia berantakan bukan karena dia yang dikejar preman, tetapi karena dia yang baru tidur dengan wanita. Dasar kurang ajar, batin Natalia.

"Dan kamu," teriak wanita tersebut sembari menunjuk ke arah Natalia, "kamu jangan berbangga kalau saat ini dia bersama kamu. Kamu tahu? Kamu akan ditinggalkan setelah ditiduri olehnya. Sama seperti kekasihnya yang lain."

Natalia yang mendengar baru membuka mulut dan siap menjelaskan. Namun, niatnya terhenti karena wanita tersebut kembali menyela ucapannya.

"Dasar, bitch."

Natalia yang mendengar diam, menatap wanita yang berlalu meninggalkannya. Membuatnya berpaling, menatap ke arah Daniel dengan tatapan tidak suka.

"Aku tidak tahu apa pun. Aku tidak mengenal kamu atau dia dan sekarang aku mendapat panggilan dengan sebutan bitch dan kamu tidak berusaha menjelaskan?" ucap Natalia dengan perasana kesal.

Namun, Daniel yag mendengar hanya diam, menatap Natalia dengan pandangan tidak peduli sama sekali. Membuat Natalia tertawa kecil dan menggeleng pelan.

"Dasar pria tidak tahu malu," ucap Natalia sembari melangkah meninggalkan Daniel.

Astaga, aku harap tidak akan bertemu pria itu lagi, batin Natalia dengan tangan mengepal. Menahan kesal karena pertemuannya dengan pria yang tidak dikenalnya kali ini sukses membuat semua mood yang sejak tadi dibangun menghilang seketika.

*****

"Apa Natalia sudah bisa menyelesaikan tugasnya, ya?" tanya Sasa dengan diri sendiri. Sejak tadi rasanya penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya, tetapi tidak berniat sama sekali untuk mengganggu gadis tersebut. Pasalnya, dia begitu hapal dengan apa yang selalu Natalia katakan.

Jangan pernah ganggu aku ketika aku sedang mengerjakan tugasku.

Kalimat sakral yang selalu Sasa ingat. Pasalnya, dia pernah menerima amukan Natalia ketika dia mengganggu waktu menulis sahabatnya. Membuat dia merasa cukup trauma dan enggan mengulang kembali.

Sasa melirik ke arah jam dinding di depannya, mengamati jam yang sudah menunjukan pukul sembilan malam. Perlahan, dia menarik napas dalam dan membuang lirih. Tangannya mulai terulur, meraih ponsel di dekatnya. Dengan tenang, dia mulai memainkan jemari di layar datar tersebut, tetapi baru saja dia akan menekan nomor Natalia, sebuah ketukan pintu terdengar.

Sasa yang melihat mengalihkan pandangan, menatap ke arah pintu dan berdecak kecil. Dia mulai bangkit, melangkah tidak bersemangat sama sekali. Sampai dia membuka pintu dan menatap tamunya dengan pandangan tidak suka.

"Kenapa kamu ke sini, Daniel?" tanya Sasa dengan pandangan mengamati. "Kenapa juga pakaian kamu acak-acakan?"

Daniel yang mendengar hanya diam. Dia memilih melangkah masuk, mengabaikan tatapan perempuan yang sejak tadi menatapnya. Kakinya terus masuk dan duduk di sofa ruangan tamu yang bergandeng dengan dapur.

Sasa yang melihat tingkah Daniel memutar bola mata kesal. Dia mulai melangkah masuk, menutup pintu dan duduk di dekat pria tersebut.

"Aku baru kena marah sama wanita, Sa. Padahal aku belum menyentuhnya sama sekali," ucap Daniel dengan tatapan tenang.

Sasa yang mendengar mengerutkan kening dalam, menatap ke arah sepupunya dengan pandangan lekat. "Kamu gila, hah? Kamu masih tetap meniduri wanita di luar sana? Astaga, Daniel," sahut Sasa sembari menepuk keningnya pelan. Rasanya tidak mengerti dengan apa yang sudah Daniel lakukan.

Daniel menatap santai ke arah Sasa dan membuang napas pelan. "Aku tidak mau dan mereka yang menggoda, Sa. Lantas aku harus bagaimana? Aku itu seorang pria dan kalau dia menggoda, kenapa tidak," jawab Daniel tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Dari pada kamu mengomel terus, lebih baik belikan aku ayam di bawah, Sa. Aku lapar. Tadi waktu aku mau beli masih ramai," lanjut Daniel cepat dan mengeluarkan uang seratus ribuan. Pasalnya, dia tidak mau mendengar ceramah Sasa yang begitu panjang.

Sasa yang mendengar berdecak kecil dan memanyunkan bibir. Jujur, rasanya kesal dengan tingkah pria tidak tahu diri di depannya. Namun, dia memilih menurut. Dengan perasaan kesal, dia meraih uang di atas meja dan melangkah kelaur.

Kalau bukan karena dia yang cerewet, aku pasti tidak mau menurutinya, batin Sasa kesal.

Daniel yang melihat Sasa sudah menghilang mengulas senyum lebar. Dia memilih merebahkan tubuh dan mulai menyalakan televisi. Matanya asyik menatap tayangan yang ada di depannya. Sampai sebuah ketukan kembali terdengar, membuatnya mengalihkan pandangan.

"Kenapa juga dia mengetuk pintu," gumam Daniel dengankening berkerut dalam. Namun, dia memilih bangkit dan melangkah ke arah pintu. Perlahan, dia membuka pintu apartemen Sasa dan menatap ke arah tamu di depannya dengan mata melebar.

"Kamu," teriak Natalia dan Daniel bersamaan.

Kenapa dia ada di sini. Apa jangan-jangan Sasa suka tidur dengan pria ini, batin Natalia dengan tatapan lekat.

*****