Natalia menggeliat pelan. Kedua matanya terbuka secara perlahan, menatap ke arah sebelah ranjang. Dia hanya diam dengan tatapan lekat. Semalam, dia ingat jika Daniel berbaring di sebelahnya. Bahkan, dia juga ingat jelas jika dia mendekap pria tersebut, membuatnya kembali berbaring dan membuang napas pelan.
"Apa dia benar-benar menurut dengan ucapanku atau aku yang semalam bermimpi karena terlalu merindukannya?" gumam Natalia dengan raut wajah berpikir. Pasalnya, dia benar-benar merasa jika Daniel berbaring di sebelahnya. Hingga dia mengalihkan pandangan, menatap ke arah jam dinding yang masih menunjukkan pukul enam pagi.
Gak mungkin Daniel bangun jam segini, batin Natalia, cukup hafal dengan kebiasaan Daniel yang selalu bangun siang. Jangankan bangun tepat jam enam, lewat tiga puluh menit pun Daniel begitu sulit untuk bangun.