Chereads / GOOD BOY! / Chapter 44 - KAMU SEKARANG MILIKKU

Chapter 44 - KAMU SEKARANG MILIKKU

Kini seorang gadis sedang melihat-lihat beberapa hasil fotografi milik seseorang yang terpajang di setiap sudut. Kedua sudut bibirnya melengkung keatas saat mengetahui betapa indahnya dan bermakna di dalamnya.

"Shil, gue ke sebelah sana dulu ya. Lo di sini aja gak apa-apa?"

Gadis tersebut yang sedari tadi sibuk memperhatikan beberapa foto-foto itu pun langsung menoleh kesamping dengans enyum tipisnya.

"Iya, aku gak apa-apa di sini aja."

Teman satu kelompoknya itu pun langsung menyunggingkan senyumannya dan mengangguk setelah menepuk pundak dari Shil.

"Ya udah, tunggu sebentar ya, gue gak akan lama cuma mau ngecek anak-anak yang lain udah pada sampe apa belum."

Mendengar hal itu Shil pun langsung menganggukkan kepalanya setelah melihat kepergian temannya tersebut. Kini ia hanya tinggal seorang diri membuat gadis tersebut menghela nafas seketika, tidak ada salahnya jika dirinya di sini sendirian, lagi pula banyak orang pikirnya.

Memandang begitu banyaknya beberapa orang yang berlalu lalang tidak membuat Shil merasa khawatir akan terjadi sesuatu jika gadis itu seorang diri di sini, sehingga suatu ketika di mana ia sedang asyik memperhatikan sebuah figura yang di sana terdapat sebuah foto yang berhasil mencuri perhatiannya membuat dirinya memberikan seluruh atensinya terhadap foto tersebut.

"Indah," gumamnya dengan penuh kekaguman.

Tanpa di sadari ada seseorang yang sedang berjalan menghampirinya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Laki-laki tinggi dan tampan itu selalu menjadi pusat perhatian ke mana pun ia pergi, tetapi ia tidak peduli dan berpura-pura tidak melihat apapun selain dirinya yang saat ini sedang memperhatikan punggung mungil dari seorang gadis yang tak sengaja dilihatnya.

Sebuah senyuman terpatri jelas di wajah laki-laki yang saat ini sedang berdiri tepat di belakang seorang gadis yang merupakan malaikatnya tersebut.

"Hai Shil," sapanya dengan senyum yang mengembang.

Seluruh tubuhnya mendadak membeku, seorang Shil benar-benar mematung di tempatnya setelah mendengar suara yang begitu familier ditelinganya membuat gadis tersebut saat ini berusaha mati-matian untuk tidak terlihat gugup.

Secara perlahan gadis itu mulai menolehkan kepalanya dan menatap dengan tidak percayanya seseorang yang kini berada dihadapannya saat ini sedang tersenyum kepadanya.

"K-kamu...?" ujarnya terkejut bukan main. "Ngapain kamu di sini?"

Laki-laki itu saat ini tersenyum dengan begitu manis kepada Shil yang masih terkejut dengan kehadirannya membuat Yashelino semakin gencar untuk bermain-main sedikit dengan gadisnya tersebut.

"Lho, emangnya kamu gak tahu kalau yang datang ke Pameran ini bukan cuma angkatan kalian aja?"

Mendengar hal tersebut Shil langsung menutup mulutnya rapat-rapat, kemudian memorinya kembali terputar di mana temannya itu pernah mengatakan sesuatu yang membuatnya lupa.

'Nanti bukan cuma kita aja yang bakal di tugasin ke Pameran, tapi katanya ada senior juga, dan kemungkinan bakal ada si Pangeran Kampus.'

Setelah mengingatnya Shil langsung membulatkan matanya karena ternyata yang dimaksudkan oleh temannya itu adalah seseorang yang berada dihadapannya saat ini. Dan untuk memastikannya saat ini gadis tersebut sedang menatap sekelilingnya dan baru menyadari bahwa semua pasang mata sedang tertuju kearahnya membuatnya langsung meneguk ludahnya seketika.

"M-maaf," cicitnya dengan kepala yang menunduk. "A-aku harus pergi, permisi."

Shil langsung berbalik arah karena merasa tidak nyaman sedang diperhatikan seperti ini membuat laki-laki itu yang mendengarnya pun langsung menarik pergelangan tangan dari gadisnya yang hendak pergi dari hadapannya itu.

"Aku belum selesai ngomong," ujar Yashelino. "Kamu mau ke mana?"

"Maaf Kak, tapi Shil harus ke sana, temen-temen aku pasti udah nungguin."

Melihat gadis itu yang terus saja menundukkan kepalanya membuat Yashelino langsung menghela nafasnya seketika.

"Kalau ngomong itu lihat lawan bicaranya," tegur Yashelino. "Lihat aku, jangan nunduk kaya gini."

Kemudian satu tangannya langsung menaikkan dagu dari gadis tersebut yang sedari tadi terus menundukkan kepalanya ke bawah, dan ini untuk pertama kalinya ada yang memperlakukannya seperti ini, karena biasanya perempuan manapun akan secara terang-terangan untuk menatap wajahnya.

Satu hal yang baru saja Yashelino sadari adalah ia yang merasa risih jika setiap perempuan yang berpapasan atau berhadapan dengannya itu secara terang-terangan menatap wajahnya, tetapi gadis yang satu ini benar-benar membuat dirinya merasa bahwa laki-laki itu ingin Shil menatapnya.

"Nah, kalau gini 'kan enak ngobrolnya. Lo, eh kamu tenang aja gak usah takut, aku gak gigit kok."

Pemandangan tersebut sedari tadi tidak lepas dari perhatian seorang James yang saat ini sedang memperhatikannya dengan wajah datar. Satu tangannya terkepal kuat membuat laki-laki itu langsung memejamkan matanya jika saja ia tidak ingat bahwa dirinya sedang berada di sebuah Pameran.

"Drama," gumamnya tanpa dosa. Kemudian laki-laki itu langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah dan baru menyadari bahwa dua orang yang berlawanan jenis tersebut sedang menjadi pusat perhatian di sini. "Nyesel banget gue ngikutin mau lo, gak peduli gue soal nilai."

Setelah itu James memilih untuk berjalan keluar Pameran dan menuju ke tempat lain, ia sudah tidak peduli lagi dengan saudaranya tersebut yang saat ini sedang bermain-main dengan target miliknya, dirinya sudah benar-benar muak.

"Sabar James, sebentar lagi."

Di sisi lain kini Shil masih menatap seorang laki-laki yang berada dihadapannya saat ini, ia benar-benar tidak tahu lagi bagaimana cara agar dirinya bisa terbebas dari seseorang tersebut.

"Kak, aku udah bilang 'kan kalau---" Yashelino menyela perkataannya dan berkata, "Kalau apa? Soal permintaan kamu kemarin, huh?"

"Maaf," ujar Yashelino yang saat ini tersenyum smirk, lalu beberapa saat kemudian tatapannya berubah menjadi sendu membuat gadis yang berada dihadapannya merasa kebingungan dengan yang terjadi kepada laki-laki tersebut sekarang. "Aku kayanya gak bisa."

Shil yang mendengarnya langsung meneguk ludahnya sekali lagi, ia masih berusaha untuk tetap bertahan dalam kewarannya karena dirinya yang saat ini seperti sedang terhipnotis oleh kedua mata tajam yang begitu memikatnya tersebut.

"Kak, tolong lepasin tangan aku, malu dilihat banyak orang."

"Kenapa?" tanya Yashelino yang kini semakin mempertipis jaraknya diantara mereka berdua. "Jangan peduliin mereka, lihat aku, Shil."

"T-tapi aku gak bisa, Kak."

"Apa yang gak bisa?" tanya Yashelino. "Kamu harus tahu satu hal ini."

Kemudian Yashelino pun mencondongkan tubuhnya sehingga kini wajah laki-laki itu semakin dekat membuat gadis tersebut merasa gugup.

"Mulai sekarang, kamu milik aku, Shil Qiesha Willien."

Jantungnya yang semula masih normal, kini mendadak berdetak semakin kencang membuat Shil merasa gugup dan pipinya saat ini terasa panas. Bagaimana tidak? Laki-laki itu baru saja membisikkan sebuah kata yang membuatnya benar-benar tak mengerti, dan juga nafas hangat miliknya yang mengenai telinga memubat gadis itu cukup membuat bulu kuduknya meremang.

Sementara itu Yashelino yang sedari tadi sedang betah memperhatikan bagaimana reaksi dari seseorang yang berada dihadapannya tersebut saat ini sedang tersenyum smirk. Diam-diam ia menyeringai tipis, ternyata dirinya baru menyadari bahwa ini benar-benar mengasyikkan