Chereads / GOOD BOY! / Chapter 48 - PERMINTAAN DAN KESEPAKATAN : YASHELINO VS JAMES (2)

Chapter 48 - PERMINTAAN DAN KESEPAKATAN : YASHELINO VS JAMES (2)

Kedua manusia yang bersaudara ini saat ini sedang menatap pemandangan kota Jakarta dari balkon apartemen yang berada paling atas. Mereka seolah tampak sedang memikirkan sesuatu yang dipendamnya masing-masing.

"Yas," panggil James kepada saudaranya tersebut. Bersamaan dengan itu pun Yashelino juga memanggilnya membuat keduanya langsung terdiam.

"James."

"Lo dulu," ujar James lagi. "Lo mau ngomong apa?"

Mata Yashelino tidak pernah lepas darinya yang membuat James merasa terintimidasi oleh tatapan dari saudaranya tersebut.

"Lo duluan aja," putus Yashelino. "Gue gak yakin mau bilang ini sama lo."

"Kenapa?" tanya James dengan kerutan dikeningnya. "Apa yang gue gak tahu dari lo?"

"Lo jangan salah paham dulu, James."

"Apa lo bilang?" ujar James dengan tatapan tidak percayanya. "Gue jelas bakal salah paham kalau lo masih gak bicara sama sekali."

Mendengar hal tersebut membuat Yashelino langsung memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan yang mencengkram keras pagar seolah sedang melampiaskan apa yang sedang dirasakannya saat ini.

"Gue pengen lo gak deket-deket sama target lo lagi, lo juga gak boleh diem-diem chat atau usilin dia, yang jelas jangan pernah beralasan apapun supaya bisa deket atau bahkan bicara sama dia."

Tentu saja apa yang baru saja dikatakan oleh Yashelino mampu membuat seorang James langsung terdiam seribu bahasa. Padahal ia baru saja ingin bertanya tentang sesuatu yang berkaitan dengan gadis itu, tetapi setelah mendengar semuanya membuat dirinya langsung mengerti bahwa laki-laki tersebut tidak mengizinkan saudaranya untuk berdekatan dengan targetnya.

"James," panggil Yashelino yang kini menoleh. "Kenapa diem? Lo kurang suka sama permintaan gue?"

Tersadar dari lamunannya membuat James langsung terkejut ketika saudaranya itu menepuk pundaknya.

"Eh, enggak kok, gue setuju. Gimanapun juga kesepakatan tetaplah kesepakatan, iya 'kan?"

Hal itu membuat Yashelino langsung menyunggingkan senyumannya tanpa mengalihkan pandangan dari seorang laki-laki yang berada disampingnya tersebut. Sungguh diluar dugaan bahwa James akan mengatakan seperti itu yang membuatnya menjadi semakin senang bahwa saudaranya tersebut menepati janjinya.

"Lo serius?" tanya Yashelino lagi untuk memastikannya.

"Apa gue kelihatan gak serius?"

"Bukan gitu, tenang dulu. Sumpah gue bener-bener gak habis pikir kalau ternyata lo bakal bilang kaya gitu sama gue."

"Terus?" tanya James dengan ekspresi datarnya. "Lo pikir gue bakal gimana?"

"Ya ... gue pikir lo bakal ... nolak gitu," ujar Yashelino sembari mengedikkan bahunya.

Melihatnya James langsung menghela nafas seketika, kemudian mengulum bibirnya membenarkan dalam hati bahwa dugaan dari saudaranya tersebut memanglah benar.

"Lagi pula, lo cuma minjem sementara 'kan, bukan berarti selamanya," ujar James berusaha untuk terlihat setenang mungkin. Laki-laki itu melamun dan berkata dalam hati, "Meskipun gue gak yakin."

"Thank's ya, James. Gue tahu kalau lo yang terbaik," ujar Yashelino yang tidak berhenti tersenyum sedari tadi. "Gue pasti bakal secepatnya gagalin perjodohan gak penting itu."

Dalam diamnya seorang James sebenarnya saat ini laki-laki itu sedang merasa tidak nyaman dengan apa yang telah diputuskan olehnya sendiri. Ia benar-benar seperti kehilangan sesuatu yang merupakan miliknya, dan dirinya yakin bahwa sebentar lagi James akan menyesali keputusannya sendiri.

FLASHBACK OFF

Melihat bagaimana Yashelino yang begitu gigih untuk mendapatkan perhatian dari gadis itu membuat James menjadi merasa takut. Ia hanya merasa bahwa sekarang dirinya menyesal dengan keputusannya untuk memberikan kesempatan kepada laki-laki itu.

Tetapi meskipun yang dirasakannya sekarang adalah sebuah penyesalan, tetap saja James sudah terlambat untuk menyadarinya bahwa laki-laki itu benar-benar tidak bisa menerima siapapun yang mengambil targetnya.

Entah ada apa dengan dirinya sendiri sekarang, yang jelas setiap kali ia melihat Yashelino yang menatap gadis itu dengan begitu berbeda membuat laki-laki itu merasa ada sesuatu yang sesak di dalam dadanya dan James tidak tahu apa yang terjadi kepadanya tersebut.

"Enggak mungkin, gue pasti cuma gak suka karena dia itu target gue. Iya bener, gue gak pernah sampe punya perasaan sama target gue, karena itu bukan gue banget."

James mengusap wajahnya kasar, kemudian menghempaskan dirinya keatas tempat tidur sehingga kini benar-benar sudah terbaring di sana. Lalu ia memejamkan kedua matanya dan menghembuskan nafasnya yang begitu terasa berat, dirinya merasa seperti sedang merasakan sebuah beban yang tidak diketahui apa penyebabnya.

Laki-laki itu langsung mengacak-acak rambutnya frustasi, ia benar-benar sangat tidak percaya bahwa apa yang menjadi keputusannya ketika itu akan membuatnya menyesal. Sungguh ini benar-benar diluar dugaan dirinya sendiri.

Ponsel yang sedari tadi berada di dalam saku celananya pun langsung bergetar pertanda ada sebuah notifikasi yang masuk membuat laki-laki itu langsung mengeluarkannya untuk melihat.

Tidak lama setelah itu James langsung terkejut dan bangun dari baringannya ketika melihat sebuah berita baru di website Universitasnya. Laki-laki itu langsung melemparkan ponsel miliknya tanpa peduli akan rusak.

"Anjing, siapa yang berani main-main sama gue?!"

Laki-laki itu dalam keadaan yang benar-benar berantakan sekarang, wajah yang kusut, nafas yang tersengal-sengal serta emosi yang sebisa mungkin dirinya tahan sehingga membuat ia begitu terlihat sedang tidak baik-baik saja.

Tanpa diduga suara bunyi yang ternyata berasal dari ponselnya membuat James merasa yakin bahwa itu adalah saudaranya sendiri. Pasti Yashelino sudah melihat tentang berita tersebut sehingga membuatnya menghela nafas seketika.

"Sebenernya apa yang mau orang itu pengen dari gue sama Yas, sih?! Sialan, gue bakal hajar orangnya kalau aja dia berani rusak hubungan gue sama Yas."

Dengan sangat terpaksa James langsung berjalan untuk mengambil ponselnya tersebut dan menerima panggilan yang ternyata memang dari saudaranya sendiri.

"Halo, gue tahu lo mau bahas apa, kasih gue waktu buat istirahat sekarang. Janji besok gue jelasin, oke?"

"James," sahut Yashelino diseberang sana. "Lo gak mau minta maaf sama gue sekalipun?"

Mendengar hal tersebut membuat James langsung menghela nafas bersamaan dengan kepalanya yang menunduk lesu. Ia memijit pangkal hidungnya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh laki-laki itu diseberang sana membuat dirinya merasa yakin bahwa saat ini Yashelino sedang merasa kecewa terhadapnya.

"Maafin gue," ujar James terpaksa.

Setelah itu panggilan pun dimatikan sepihak olehnya tanpa mempedulikan bagaimana reaksi dari saudaranya tersebut saat ini kepada dirinya tentang berita yang baru saja menyebar diseluruh website Universitasnya sendiri.

Sejujurnya James sudah terlalu banyak menimpa banyak masalah itu dikarenakan ia yang tidak pernah memikirkan bagaimana resiko dari perbuatan yang dirinya lakukan.

Tetapi entah kenapa yang satu ini benar-benar seperti merasa bahwa laki-laki tersebut sudah melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar sehingga takut melihat Yashelino yang kecewa terhadapnya, terutama janji dan kesepakatan yang sudah dibuatnya bersama dengan saudaranya tersebut beberapa waktu yang lalu.

Dan kini entah bagaimana rasanya James merasa sangat bersalah atas apa yang sudah ia lakukan di belakang Yashelino yang menganggap bahwa hanya dirinya yang dimiliki oleh laki-laki itu.