James langsung berjalan kembali menuju Pameran di mana di sana terdapat banyak orang yang begitu ramai berkunjung. Dari kejauhan saja ia sudah dapat melihat saudaranya tersebut yang saat ini sedang berdiri di pintu masuk dengan ponsel yang sedang digenggamnya. Mengetahui hal tersebut dirinya langsung memperlambat langkahnya dan memasang wajah datarnya lagi seperti biasa.
Seolah tidak pernah terjadi apapun di sini sehingga membuat Yashelino yang baru menyadari dengan kehadiran seseorang yang berada 2 meter dari tempatnya berdiri itu langsung menghela nafasnya seketika.
"Dari mana aja sih lo?" tanyanya dengan kesal. "Gue tadinya bakal marah sama lo kalau misal beneran balik duluan."
"Gue suntuk lihatin drama lo," ujar James dengan wajah datarnya itu. "Jadi ya udah gue keluar aja dari sini."
Mendengar jawaban dari saudaranya tersebut membuat Yashelino langsung menaikkan satu alisnya, kemudian memincingkan matanya menatap laki-laki yang berada dihadapannya saat ini dengan intimidasi.
"Oh, jadi lo cemburu gitu lihat gue sama cewek itu?" tanyanya dengan ekspresi yang menyebalkan. "Kenapa gak bilang aja sih dari tadi?"
Kerutan dikeningnya langsung terlihat setelah mendengar dan melihat bagaimana saudaranya itu benar-benar berubah menjadi begitu menyebalkan kepadanya. Namun, sebisa mungkin ia menahan dirinya sendiri agar tidak terpancing oleh Yashelino.
"Yas, jangan mulai." James memalingkan wajahnya kearah lain dan tidak sengaja melihat seorang gadis yang baru saja memasuki pintu masuk melewati mereka berdua membuatnya langsung tertegun.
Sedangkan Yashelino yang melihat perubahan raut wajah dari laki-laki itu pun langsung mengikuti arah pandangnya dan mendapati gadis yang baru saja kabur darinya tersebut.
Sebuah senyuman pun terbit begitu saja ketika mengetahui siapa yang baru saja James perhatikan membuatnya langsung menepuk pundak kirinya sekali.
"Bro, lain kali lo harus jaga mata ya," ujar Yashelino dengan kedipan sebelah matanya yang membuat James kebingungan.
"Maksud lo?" tanyanya kepada Yashelino yang saat ini sedang memandangnya.
Laki-laki itu langsung menampilkan ekspresi liciknya tersebut, kemudian mendekatkan bibirnya tepat di telinga saudaranya tersebut.
"Karena bisa jadi dia udah ada yang milikin," ujarnya berbisik sehingga membuat James mematung seketika.
Kemudian Yashelino dengan cepat menjauhkan wajahnya dan kembali menampilkan senyum terbaiknya yang membuat James menatap laki-laki itu dengan keterkejutannya yang luar biasa.
"Yas, jangan main-main sama cewek itu. Gue tahu kalau lo gak cinta sama dia," peringat James kepada saudaranya tersebut. "Gue tahu kalau lo gak mungkin segegabah itu."
Yashelino yang mendengarnya pun langsung melipat kedua tangannya di dada, kemudian menghela nafas sebelum akhirnya kembali berkata.
"Kenapa lo jadi sok peringatin gue, hm?" tanyanya terheran. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa James akan mengatakan hal seperti itu yang membuat dirinya menjadi semakin yakin bahwa sebenarnya laki-laki tersebut menaruh hatinya kepada Shil. "Bukannya lo harusnya ngerasa aman karena cewek itu ada ditangan yang tepat?"
Kedua mata James langsung terpejam, tangannya pun terkepal kuat sehingga membuat seseorang yang berada dihadapannya saat ini pun yang melihatnya diam-diam mengulum senyumannya.
Sepertinya Yashelino berhasil mengusik ketenangan saudaranya tersebut sehingga membuat ia begitu merasa seolah sudah memenangkan permainan ini, dan dirinya sangatlah bangga akan hal itu.
"Gue balik," pamit James yang kini berbalik arah menjauhi Pameran, sedangkan Yashelino yang melihatnya langsung terperangah, laki-laki tersebut berkacak pinggang setelah mengusap wajahnya kasar.
"JAMES!" teriaknya kepada laki-laki itu. "Lo kenapa jadi kaya anak kecil gini sih?!"
Mendengar hal tersebut James langsung menghentikan langkahnya, kemudian mengepalkan kedua tangannya dengan kuat sehingga kini mengeluarkan urat-urat yang berada ditangannya. Ia ingin sekali memukul wajah dari saudaranya tersebut jika saja dirinya tidak ingat bahwa Yashelino adalah keluarganya sendiri.
"Jangan mancing emosi gue, Yas. Gue gak segan-segan buat mukul lo di sini sekarang juga!"
Yashelino menghela nafasnya sesaat, kemudian berkata. "Lo belum boleh pulang dulu, atau nanti nilai lo jelek," ujarnya memperingati. "Inget, suruhan Papa lo masih ada di sini."
Setelah mengatakan hal tersebut James langsung mematung di tempatnya, kemudian menoleh ke sekeliling tempat ini karena terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Yashelino kepadanya.
"Yas, lo gak bercanda 'kan?" tanyanya memastikan.
"Pikir aja sendiri," ujar Yashelino ketus. "Buat apa gue bercanda sama lo. Pernah gue bercanda sama lo?"
Jika dilihat dari kedua mata saudaranya tersebut sepertinya yang dikatakan Yashelino memanglah benar, dan hal tersebut membuat James sangat-sangat khawatir jika seandainya ia kembali terperangkap dalam pantauan Ronald yang membuat dirinya merasa terkekang seperti ini.
James menundukkan kepalanya dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan, ia benar-benar merasa terkekang dan dirinya tidak suka dengan situasi yang seperti ini.
"Miris banget hidup gue," gumamnya mengasihani dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja sebuah tepukan membuat James kembali tersadar dari lamunannya saat ini sehingga membuat dirinya langsung menghela nafas, ia benar-benar terkejut dan kini Yashelino menatapnya dengan senyum tipisnya.
"Masih ada gue," ujar laki-laki itu kepadanya. "Selama lo masih sama gue, dijamin lo bakal aman."
"Tapi gue bosen di dalam," ujar James dengan ekspresi datarnya. "Gue mau nunggu di mobil aja deh."
"Gak, gak bisa. Lo harus ikut gue masuk, temenin gue doang kenapa susah banget?"
James yang mendengarnya pun langsung berdecak, pada akhirnya laki-laki tersebut memilih untuk mengikuti saudaranya itu untuk memasuki Pameran yang begitu banyak pengunjung mahasiswa dan mahasiswi.
Di sisi lain Shil baru saja kembali dari luar dan mendapati teman-temannya yang sudah berkumpul semua sehingga membuat gadis tersebut langsung menghela nafasnya seketika.
"Ya ampun, Shil. Lo dari mana aja sih? Kita nyariin dari tadi, tahunya lo gak ada."
Seulas senyuman yang tidak mengenakkan pun terlihat dari gadis tersebut, kemudian berkata.
"Maaf ya, tadi aku habis ada urusan sebentar, makanya deh."
Teman-temannya yang mendengar pun langsung menggelengkan kepala, kemudian salah satu dari mereka pun mengerutkan keningnya saat melihat ada sebuah kejanggalan saat melihat wajah dari Shil.
"Shil, mata lo kenapa?" tanya Putri teman sekelompoknya tersebut. "Mata lo kok sembab gitu, lo habis nangis ya?!"
Gadis itu langsung menyunggingkan senyuman tipisnya seolah tidak ada yang terjadi, tetapi beberapa pasang mata memperhatikan kearahnya membuat Shil menundukkan kepalanya.
Mereka yang baru saja menyadari bahwa Shil sedang menjadi pusat perhatian pun langsung membawa gadis tersebut ke dalam pelukannya.
"Ya ampun, lo harusnya kasih tahu ke kita kalau ada masalah kaya gini."
"Emangnya lo ada masalah apa lagi sih? Kasihan banget baby gue yang gemes ini," ujar temannya yang lain. "Lo gak boleh sedih-sedih nanti sahabat lo marah lagi ke kita."
Putri yang mendengarnya pun langsung menatap tajam sahabatnya tersebut yang baru saja mengatakan hal seperti itu.
"Shil, lo kenapa?" tanyanya kepada gadis yang berada dalam pelukannya itu.
Tidak butuh waktu lama hingga semua orang kembali bersorak karena kedatangannya kembali dua laki-laki tampa yang memasuki Pameran berhasil menarik perhatian beberapa pasang mata.
"Gila, itu si Pangeran Kampus sama James 'kan?!" ujar seseorang. "Bener-bener ganteng banget gak ada dua."
Tanpa mereka sadari bahwa saat ini Shil diam-diam sedang berusaha untuk bersembunyi pada teman-temannya yang sedang mengitarinya karena gadis tersebut yang tidak ingin kembali bertemu dengan laki-laki yang merupakan Pangeran Kampus.