Air matanya terus mengalir dan masih bingung dengan dirinya yang tidak bisa menyentuh Steve. Sedangkan Steve tidak bisa melihatnya. Dengan segera Lyra mengambil kalung itu dan memakainya di lehernya.
"Aku sangat merindukanmu Steve... sangat merindukanmu," lirih Lyra. Tidak lupa Lyra dengan denah yang ia buat, ia segera menyembunyikan disuatu tempat yang aman agar Nico tidak melihatnya.
"Hah... semoga saja disini aman untuk menyembunyikan kertas ini," ujar Lyra dalam hati. Hari mulai pagi, dan dirinya perlahan kembali ke dunia nyata.
....
Lyra membuka matanya, dan melihat ke lehernya. Dan itu nyata, kalung pemberian Steve masih bertengger di lehernya. "Syukurlah kalau denah yang aku buat itu memang nyata," ujar Lyra dalam hati.
Terdengar langkah kaki berjalan mendekati pintu kamar Lyra, dan pintu pun terbuka menampilkan sosok Nico masuk ke dalam kamarnya dengan membawakan 2 buah roti isi dan susu.
"Pagi sayang... apa kamu sudah sehat?" tanya dan sapa Nico.