Pasti dia, pasti dia di luar.
Dia mengatakannya dengan kejam, tapi dia tidak bisa melepaskannya.
Hatinya sakit.
Dia terluka dan wajahnya berubah. Dia bisa menebak, tapi dia tidak menyangka akan separah ini.
Kemudian dia menghindarinya dan menghindarinya, jadi dia bisa mengerti jika tidak menginginkannya.
Qin Anlan, dasar bodoh!
Karena itu, kau tidak menginginkanku, tidak punya anak?
Dia mengerutkan bibirnya dan diam-diam menangis.
Dia bukanlah orang yang lemah. Mengetahui bahwa dia masih hidup dan melihatnya masih hidup, itu lebih dari air mata yang dia kira akan mati.
Ada air mata, berteriak gembira.
Dia tahu dia sakit, dia tahu dia rendah diri saat ini, tetapi dia egois. Tidak peduli betapa sakitnya dia, dia masih berharap dia hidup.
Dia ingin menyembuhkan rasa sakitnya.
Dia ingin menyembuhkan luka di tubuhnya seinci demi seinci, dan menghiburnya dengan sepenuh hati.
