Zhou Meilin menatapnya dengan marah, "Gadis busuk, beraninya berkata seperti itu padaku!"
Dia lalu tertawa dingin, "Kamu kira kamu sudah besar dan bisa hidup sendiri? Ingin pergi begitu saja? Kamu harus memikirkan Pei Minghe yang masih terbaring di rumah sakit, itu adalah ayahmu… kamu ingin pergi begitu saja, kamu juga harus melihat kalau sampai perusahaan bangkrut, apa dia masih punya nyawa untuk hidup!"
Wajah Pei Qiqi pun memucat.
Zhou Meilin mengenai kelemahannya!
Di dunia ini, bagi Pei Qiqi tidak ada yang bisa dibandingkan dengan ayahnya.
"Pikirkanlah, ayahmu selalu menjadikanmu kesayangan, kalau kamu mau menjadi anak yang tidak tahu diuntung aku juga tidak akan menghalangimu!" Ujar Zhou Meilin sambil menatapnya, "Kamu sama busuknya dengan ibumu!"
Perkataan ini membuat Pei Qiqi tertegun.
Tapi dia sama sekali tidak pernah bertanya siapa ibunya. Baginya, wanita yang telah membuangnya itu tidak pantas untuk menerima cintanya, satu-satunya keluarga yang dia miliki adalah Pei Minghe.
Setelah Zhou Meilin keluar, Pei Qiqi samar-samar mendengarnya sedang menelepon, nada bicaranya sangat halus.
Orang yang dihubunginya adalah… Tuan Zhong.
Saat Pei Qiqi keluar dari kamar mandi, raut wajah Zhou Meilin terlihat lebih baik, "Tuan Zhong tidak mempermasalahkan kejadian semalam. Tapi tentu saja, kelak kamu harus lebih menurut."
Pei Qiqi mengangkat wajahnya menatap Zhou Meilin, tatapannya itu membuat Zhou Meilin sedikit tertegun.
Dia paling tidak suka dan paling benci dengan tatapan ini.
"Bibi, apa kamu sangat membenciku?" Pei Qiqi kemudian tertawa pelan dan berkata lagi, "Aku rasa memang begitu. Kalau aku memiliki ibu kandung, mana mungkin dia tega membiarkanku menikah dengan pria tua!"
Pei Qiqi berbicara dengan sedikit gemetar, kemudian dia berjalan ke samping kasur, membuka selimut dan berbaring, suaranya terdengar lelah, "Bibi, malam nanti aku akan pergi, sekarang aku ingin istirahat dulu."
Zhou Meilin yang mendengarnya berkata seperti itu pun sangat marah. Saat dia ingin memberi pelajaran pada Pei Qiqi, dia kemudian teringat gadis ini semalam entah dibuat jadi seperti ini oleh siapa. Malam ini dia masih harus melayani Tuan Zhong, kalau sampai dia tidak cukup istirahat, bagaimana cara dia melayaninya?
Akhirnya dia menahan amarahnya dan keluar.
Saat pintu ditutup, Pei Qiqi mengubur wajahnya di dalam selimut…
Malam harinya, Zhou Meilin membawanya pergi ke hotel semalam, Tuan Zhong adalah salah satu pemilik saham hotel tersebut, sehingga Zhou Meilin dan dia selalu membuat janji di sana.
Dia melihat Pei Qiqi begitu penurut, hatinya tertawa dingin…
Ternyata benar, dia tidak peduli lagi dengan apa pun setelah kehilangan kegadisannya. Sama saja dengan wanita busuk itu, mungkin saat Tuan Zhong tidak menginginkannya lagi, Pei Qiqi masih bisa terjual dengan harga yang bagus, lagi pula wajahnya juga lumayan cantik.
Mobilnya berhenti, Zhou Meilin tiba-tiba memberi sebuah benda kecil ke tangan Qiqi dan berkata singkat, "Makan ini!"
Pei Qiqi menunduk dan melihatnya di bawah pencahayaan yang remang-remang, dia tahu kalau itu adalah sekotak pil kontrasepsi.
"Kejadian semalam, aku rasa Tuan Zhong juga tidak ingin kamu mengandung benih orang lain!" Zhou Meilin berkata dengan sangat pelan, takut terdengar sopir di depan.
Dia sangat kejam pada Qiqi, tapi di luar dia tetap berpura-pura dengan baik.
Pei Qiqi melihat benda itu, dia membukanya lalu mengambil dua butir sekaligus, tanpa minum air dia menelan keduanya sekaligus.
Sikapnya yang tidak menunda-nunda itu membuat Zhou Meilin menatapnya tidak percaya, gadis ini dari luar terlihat lembut, tapi hatinya sangat keras. Selama Pei Minghe masih berada di rumah sakit, dia harus memberantas gadis ini.
Pei Qiqi memakannya terlalu cepat, setelah menelannya dia muntah kering beberapa kali.
"Nanti jangan sampai mempermalukan Tuan Zhong, Tuan Zhong juga adalah tokoh yang terhormat." Zhou Meilin turun dari mobil dan membawanya ke lobby hotel yang mewah. Seorang manajer pun mengantar mereka menuju ke sebuah tempat.
Pei Qiqi tiba-tiba menutup mulutnya, Zhou Meilin yang melihatnya pun terkejut.
Pei Qiqi terlihat kesakitan, "Bibi, aku ingin ke toilet sebentar."