Chereads / New World : Terbitnya Sang Fajar / Chapter 10 - 10. Perlawanan

Chapter 10 - 10. Perlawanan

Beberapa waktu kemudian, para tentara keluar dari gedung yang berbeda dan terlihat membawa beberapa gadis lagi. Merasa jika sudah cukup mendapatkan gadis baru untuk pasukan mereka, para tentara berencana untuk menyudahi operasi kali ini dan kembali ke markas.

"Cepatlah! Aku akan menarik perhatian mereka!" kata Shiro, panik melihat para tentara yang sudah ingin beranjak pergi.

"Sebentar! Kami belum melepaskan tutup tabung-tabung gasnya." kata Amer sambil berlari menuju ke lorong kelas.

Melihat para tentara yang bersiap untuk pergi, Shiro bergegas menarik kursi yang ada disampingnya dan melemparkannya ke bawah.

*Brrruuaaaakk* Suara kursi yang menghantam tanah.

Para tentara yang sudah memasuki kendaraan mereka terkejut dengan suara tersebut.

"Apa itu tadi?!" kata salah seorang tentara.

"Sersan! Aku melihat ada orang di bangunan itu!" teriak salah seorang tentara, menyoroti bangunan yang ia maksudkan.

"Yo, para tikus kecil! Datanglah kesini dan akan ku hajar kalian semua!" seru Shiro, memancing para tentara untuk menangkapnya.

"Sersan, apakah kita perlu memanen mereka?" tanya seorang kopral.

"Merepotkan sekali. Kita tidak sedang menjalani misi untuk membantu MEREKA. Bunuh mereka semua!!" kata sang sersan, memberikan komando kepada kelompok pertama untuk menggrebek gedung tersebut.

Sementara itu, Shiro yang merasa telah berhasil memancing sebagian dari para tentara tersebut pun mulai mempersiapkan rencana mereka.

"Suruh para gadis bersembunyi di lantai 3, dan kemudian kalian bersembunyilah di ruangan yang berbeda-beda. Aku akan memancing mereka menuju ke ujung lorong. Saat aku memberikan aba-aba, keluarlah kalian untuk menyergap mereka." kata Shiro, memberikan intruksi.

Sesaat kemudian mereka mulai berpencar untuk melaksanakan rencana. Namun saat Shiro hendak bersiap menuju ke posisinya, ia terkejut melihat Amer yang masih diam di tempat tepat di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Shiro.

"Aku tidak pandai bertarung, tapi aku akan membantumu memancing mereka." kata Amer, menatap tajam mata Shiro.

"Terserah kau saja. Asal kau tidak mati sia-sia." kata Shiro, yang kemudian berjalan menuju ke tangga.

Beberapa saat kemudian, mulai terdengar suara berisik para tentara yang sedang membersihkan kursi yang memblokade tangga.

"Hey keriting, menurutmu berapa banyak jumlah mereka?" tanya Shiro kepada Amer.

"Keriting? Namaku Amer. Kau bahkan tidak mengetahui nama teman sekelasmu sendiri!" kata Amer, sedikit jengkel. "Aku melihat ada 4 mobil truk dan aku rasa jumlah mereka ada sekitar 20an, mungkin lebih. Sedangkan jumlah kita adalah 31 orang, termasuk kau dan aku." imbuhnya.

"Baiklah. Sepertinya mereka hampir selesai." kata Shiro, berdiri di depan tangga untuk menyambut para tentara.

Sambil mencabut pedangnya Shiro berkata, "Jangan sampai kau mati konyol." Shiro kemudian melemparkan sarung pedangnya ke Amer dan berkata, "Gunakan itu untuk memukul mereka."

"Wow! Ini berat sekali. Apa benda ini terbuat dari baja?!" keluh Amer yang tadinya kesulitan untuk menangkap sarung pedang tersebut.

Para tentara yang berhasil naik ke lantai dua tertawa melihat Shiro dan Amer yang sudah menanti kedatangan mereka di muka tangga.

"Lihatlah, bocah-bocah bodoh ini telah menyambut kedatangan kita. Bwahaha.." kata salah satu tentara, menertawakan Amer dan Shiro.

Shiro mengorek lubang telinganya dan sama sekali tidak memperdulikan perkataan dari para tentara tersebut.

Mereka berhenti tertawa seketika saat salah seorang tentara mulai menyadari ada yang tidak beres dengan udara yang ia hirup. "Bau apa ini?!" seru salah satu tentara yang terlebih dahulu mencium bau gas yang telah Shiro dan teman-temannya siapkan.

"Sialan, ini adalah bau gas!" kata tentara lainnya, menutup hidungnya.

"Akhirnya kalian menyadarinya juga. Jika kalian tidak ingin menjadi singkong bakar, maka buanglah senjata kalian!" kata Shiro, mengancam para tentara.

"Jangan sombong kau, bocah sialan!!" sentak salah seorang tentara, mencabut pedangnya dan menyerang Shiro.

Shiro mampu dengan mudah menangkis serangan tentara tersebut dengan pedangnya. Namun seketika ia termenung sejenak seperti menyadari akan sesuatu.

"Nah, Shiro-kun, Shiro-kun.. Setelah kupikir-pikir, bukankah gesekan antara dua pedang juga bisa menimbulkan percikan api?" kata Amer, terlihat sedikit panik.

"Ehm.. Yah, sebenarnya aku juga memikirkan hal yang sama barusan." kata Shiro, juga merasa panik.

Mendengar percakapan mereka berdua, prajurit yang menyerang Shiro pun ikut merasa panik.

Melihat kelengahan sesaat dari para tentara, Shiro menendang tentara yang menyerangnya sehingga jatuh menimpa tentara-tentara lain yang masih berdiri di tangga.

"Kabur!!!" teriak Shiro, bergegas berlari meninggalkan tempat tersebut.

"Oi!! Tunggu aku!!" teriak Amer, bergegas berlari menyusul Shiro.

"Sial! Bunuh mereka!" teriak salah seorang prajurit, mencoba untuk berdiri. "Tapi jangan sampai menimbulkan percikan api!" imbuhnya, mulai berlari mengejar Shiro.

Sesaat Shiro dan Amer hampir sampai di ujung lorong kelas, mereka tiba-tiba berhenti berlari dan berbalik arah.

"Sekarang!!" Shiro berteriak memberikan aba-aba, dan kemudian berlari menebas 2 tentara yang ada di barisan paling depan.

Para murid yang sedari tadi bersembunyi di dalam ruangan-ruangan kelas berbondongan keluar dan mengeroyok para tentara yang ada di lorong. Sedangkan para tentara yang tidak menyangka akan ada kelompok siswa yang menyergap mereka dari dalam ruangan-ruangan kelas pun kewalahan menghadapi serangan dadakan tersebut.

Dengan cukup mudah Shiro dan siswa lainnya melumpuhkan ke 13 tentara yang menyerang mereka. Tidak ada korban jiwa di kedua belah pihak. Namun terdapat 2 tentara dan 8 siswa yang terluka akibat tebasan pedang.

"Cepat, ambil senjata mereka!" kata Amer, menahan salah satu tentara dengan kakinya.

Shiro menendang wajah seorang tentara yang mencoba untuk melarikan diri dan kemudian berkata, "Keriting, pergilah panggil para gadis untuk membantu kita."

"Baiklah. Kalian, awasi tentara ini!" kata Amer yang kemudian berlari menuju ke lantai 3.

Menyadari akan sesuatu yang tidak beres telah terjadi, sang sersan yang menunggu dibawah menyuruh anak buahnya membawa salah seorang gadis yang mereka culik. "Keluarlah atau kutembak gadis-gadis ini!!" seru sang sersan, menodongkan senjata ke arah salah satu gadis.

Gadis-gadis yang mereka culik yang tadinya sudah lelah meronta kini kembali berteriak histeris untuk meminta tolong.

"Apakah ada yang bisa menggunakan senjata-senjata ini?" tanya Shiro.

"Aku rasa tidak." kata salah satu dari mereka.

"Kalau begitu, ikat dan kumpulkan mereka di dalam kelas. Aku serahkan sisanya kepada kalian." kata Shiro yang kemudian bergegas menuju ke lantai satu.

Beberapa saat setelah Shiro pergi, para gadis datang untuk membantu.

"Dimana Shiro?" kata Cindy yang baru saja sampai di ruangan tempat mereka menahan para tentara.

"Aku rasa dia pergi menemui para tentara dibawah." kata salah satu pria yang sedang mengikat para tentara yang mereka tangkap.

Cindy mengambil salah satu senjata api yang tergeletak di lantai dan kemudian berkata, "Kalian pergilah bantu Shiro. Kami akan mengawasi mereka!"

"Baiklah, ayo kita pergi!" Amer dan yang lainnya mengambil pedang para tentara dan bergegas menuju ke tempat Shiro.