Pagi ini tepat hubungan Aku dan rafiz berjalan 5 bulan.
Hari ini kerjaanku menumpuk dan aku harus mendisplay kiriman barang yang bejibun ditokoku, badanku terasa remuk.
Bayangin aja kiriman 40 container selesai tepat pukul 15:35.Ya walaupun aku ngeshift bertiga bareng mbak Shells dan Dhirga.
Ntah kenapa aku merasakan aura mematikan di bekakangn ku. Dan benar saja, saat aku menoleh ke belakang. Tatapan tajam Brondong manis ku menyambut kegelisahan ku,
"Kenapa telfon aku gak diangkat? "
"Sibuk, banyak kiriman barang "Sahut kucuek
"Emang lo gak istirahat? "
"Gak sempet" Aku pun menghela nafas,"Lagian, kamu juga harusnya ngerti posisi kerjaan aku. Aku ini kerja, bukan main game. Kalau kamu gak suka ,kita bisa putus. Kan udah aku bilang dari awal, kita ini beda"
"Kenapa ngomong putus? Aku cuma mau ngingetin kamu udah gak sendiri lagi. "Jawabnya sembari meninggalkan aku yang mulai menahan air mata ku.
Yes, Rafiz sudah mulai mengguncang duniaku semenjak berpacaran dengannya, Waktuku habis tersita buat dia. Aku menikmati waktu bersama dia, walaupun ada aja permintaan konyol yang dia minta dan aku menolaknya secara halus.
Seperti saat ini, setelah pergantian shift aku dan teman 1 shiftku pergi menyebar lefleat alias koran promosi Jsm di depan kampusnya, dan dia minta aku untuk didalam mobil bersamanya. Sedangkan tugasku digantikan dimas dan diego, aku sudah menolak dengan halus. Tapi dasar rafiz keras kepala, dan mbk shelma yang kegatelan sama duo racun itu.
"Tu kan, kamu kenapa sih muncul tiba2?"protes ku.
"Aku? Ini kampus aku." Jawab Rafiz santai.
"Ngerti, tapi kan aku kerja... Kenapa tugasku yang ngerjain teman-teman kamu? "
"Aku gak mau kamu kegenitan disana" Jelasnya.
"Ya ampun.. Segitu jeleknya pemikiran kamu sama aku. Aku tu kerja, bukan mau jual diri aku" Kesalku,
"Aku tau kamu kerja, tapi aku gak suka liat tatapan mereka ke kamu".
"Kamu cemburu? "
"Gak." Wajah rafiz mulai berubah memerah
"Ya ampun,, gini deh. Aku selesaiin tugas aku, trus aku turutin mau kamu apa. Gimana? "
"Serius? "
"Iya"
Rafiz pun membuka pintu mobilnya dan memanggil duo racun untuk pergi bersamanya.
"Mau aku anter? "Tanya Dhirga kepada ku
"Gak usah, makasih" Tolak ku.
"Ga,, Lo mepetin cheche mulu. Dia udah sold out, tu si adel lagi free baru jomblo dia" Goda Mbak Shelma.
"Yey... Ogah mah gue ama ulet bulu macem dia" Tolak Dhirga.
"Jangan gitu ah ga... Dia temen kita juga"
Belaku
Dhirga cengengesan aja pas aku tegur, dia gak ngormatin adel Sebagai perempuan. Aku tidak menyukai hal itu.
.
.
Drrrt... Drrt...
C. R.
Q otw sna
Sunshine
Ok. Aku sdh selesai
C. R.
Km jgn lupa ama janjinya.
Besok kamu libur kan sayang?
Sunshine
Iya,knp?
C. R.
Q di dpn
Eh.. Cpt banget batinku,
Aku mengambil tas ku di loker karyawan.
Melesat bebas, dan tersenyum manis ke arah brondong manis ku
"Lama amat, katanya jam 5 sore udah kelar. Ni jam 7 malam kamu baru pulang"Omelnya.
"Mulai deh, katanya aku boleh nyelesaiin tugas aku. Kog ngomel? "
Dia hanya mendengus kesal,
"Aku tadi telfon Mama. Trus bilang sama Mama kalo kamu, aku ajak ke apart aku sama temen-temen kamu"
"Trus, Mama ngijinin? "
"Iya, Mama bilang gak apa-apa asal aku jangan macem-macem"
"Oh...Tapi aku gak bawa baju"
"Udah aku belikan,tinggal daleman aja yg belum. Takut salah ukuran" Sahutnya asal.
Aku memukul bahu Rafiz.
Bugh...
"Cher, sakit.... "
"Lagian ngomong gak disaring, trus kamu juga gak bilang apa-apa"
"Kan sayang janji mau nurutin aku tadi"
"Tapi kan..Yasudahlah... Udah kejadian juga"
Rafiz menepikan mobilnya di sebuah butik, menyuruhku belanja pakaian dalam dan beberapa baju serta sepatu. Dia juga minta mbak di sana buat mendandani aku se cantik mungkin. Sebelum keluar dari ruang ganti, gak ada salahnya aku selfie dulu. Kapan lagi pakai beginian. Pas aku ke luar dari ruang ganti Rafiz tersenyum puas, dan langsung menggandeng tanganku.
"Kamu cantik Mbak Kasir"
"Aish... Si adek mulai genit"
Dia hanya tertawa renyah, sambil memberikan kartu ATM berwarna hitam ke kasir butik.
"Nih buat kamu''
"Kenapa? "
"Loh, ya kamu pakai aja Atm aku. Sapa tau kamu butuh. Gaji kamu buat Mama aja"
''Kumat kan, aku gak mau. Klo kita udah nikah baru aku mau"
"Kamu ngode-in aku"
"Dih.. Maunya"
Dia pun tersenyum sambil menggandeng tanganku menuju mobilnya..
22:30
11 april 20xx
Apartemen Rafiz
"Woi.. My Bro, happy birthday ya.. "
Ya.. Hari ini ulang tahun si brondong, dan aku gak nyiapin apa apa? Salahku juga sih, gak tanya dia ngadain party apa di apartemennya.
Dan jadilah aku duduk manis di sudut ruangan menikmati suasana dimana cowok ku diapit cewek-cewek genit.
Rasa dongkol?
Jangan tanya, pengen aku sambit pakai celurit tu cewek - cewek gatel.
Tapi ,mau gimana lagi? Pergaulan rafiz memang seperti itu. Aku takut dipanggil kolot.
Tapi aku emang kolot sih,,
Wkwkwkw....
''Fi...aku pulang ya? "Kataku saat mulai memberanikan diri menghampiri dia dan teman-temannya yang sama sekali aku gak kenali, kecuali duo racun si Dimas dan Diego.
"Jangan pulang Sayang, kamu udah janji sayang mau bermalam di sini"
"Tapi aku capek, mau tidur"ucapku.
"Ok"rafiz pun menggandeng tanganku.
Yippie aku bisa pulang, batinku
"Bro, gue ke atas ya. Lo ama anak-anak lanjutin partynya. Tagihan lo kirim aja ke gue nanti. Gue mau temenin nyonya dulu. Quality time, kasian dianggurin mulai tadi" Kata Rafiz kepada teman-temannya.
Aku melongo, dengerin dia ngomong gitu. Klo temennya salah paham gimana?
Rafiz menuntun ku ke arah kamarnya,
Kamar rafiz rapi, harum.. Aroma musk mulai merasuki hidungku, berbeda dengan aroma dibawah yang dipenuhi bau alkohol dan rokok
Rafiz langsung memelukku dari belakang, aku kaget dan mencubit lengannya.
''Aww... Sakit sayang''
''Lagian ngagetin aja" Kilahku
Aku merasa geli, karna Rafiz menghembuskan nafasnya dileherku. Aku sudah bilang kan dari awal, kalau aku kolot.
"Sayang, kamu kadonya mana? "
'Gleks'
Aku hanya menelan ludah, mengingat persiapan ku yang nol. Dan aku tau, Rafiz ada maksud lain.
"Maaf, aku gak tau kalo kamu ultah"
Dia mulai tersenyum dan mengajakku duduk di sofa dekat tempat tidurnya.
"Kalo aku mau kamu gimana? " Pintanya.
"Maksudnya? " Tanyaku sok gak tau,
Dia mulai membelai rambutku, menyelipkan rambut ku dibelakang daun telingaku, dan mengusap pipiku. Mata kami saling memandang, dan di mulai mendekatkan bibirnya.
"Cups"
Bibir rafiz mulai mendarat di bibirku, melumatnya secara perlahan bergantian.
Aku masih shock karena ini yang pertama bagiku. Rafiz menyadari itu, dan langsug menghentikan aksinya.
"Sayang, kog gak dibalas? Jangan bilang sayang gak tau caranya" Ucapnya tepat pada sasaran. Dan akupun tersenyum masam.