Chapter 3 - 2

3 menit si pria berkacamata hitam itu memperkenalkan dirinya sebagai direktur, seorang Ferkyin Stephanie dibuat shock hanya selama 3 detik.

Waktu terus berjalan. Rapat pun telah berakhir.

Saat menuju pintu keluar, ayah Oyin datang menghampiri Oyin.

"Oyin. Tunggu sebentar."

"Ngapain sih yah? Oyin buru-buru nih."

"Kamu dipanggil sama si Roger ke ruangannya sekarang."

"Ya Tuhan. Ini apa lagi coba."

Oyin memutar kedua matanya sambil menghela napas.

"Semangat anakku."

Seperti biasanya ayah Oyin selalu berkata diiringi dengan senyuman manis jika lawan bicaranya itu adalah Oyin.

*

*

Kriitt

Perlahan-lahan Oyin membuka pintu ruangan itu. Baru selangkah masuk, hawa di dalamnya sudah berubah jadi sejuk karena ruangan itu berisikan AC dengan kekuatan yang hampir full.

Entah apa yang ada dipikiran orang yang berada di ruangan tersebut sampai-sampai ruangannya sudah seperti lemari es.

"Jangan seperti orang kebingungan dong."

Suara itu bersumber dari kursi yang menghadap ke belakang. Lalu, orang yang duduk di kursi itu memutarnya ke depan.

"Masih inget aku kan."

Pria itu menyeringai di hadapan Oyin. Menatap tajam seolah-olah ada maksud tersembunyi.

"I-iya pak, masih."

"Pak? Tadi sebelum rapat kamu ga manggil gitu ke aku."

"[...Jadi sekarang kamu itu mau dipanggil apa sih monyet...]"

Hati Oyin mulai panas. Hingga monyet jadi pelampiasan.

"Pak."

"Hm?"

"Se-sebelumnya aku minta maaf atas perbuatan tidak mengenakkan tadi. Aku tidak tahu kalau bapak seorang direktur di sini."

"Pfftt."

"[...Lah si monyet ketawa...]"

"Aku ga suka ya kamu manggil ke aku itu dengan kata pak. Panggil aja Roger. Anggap kayak teman sebaya kamu aja."

"Maaf, bukannya itu ga sopan ya."

"Lebih ga sopan kalau kamu ga nurut."

"O-oke pak, ah maksud saya Roger."

Setelah mendengarkan ceramah dari Roger akibat ketidaksopanan Oyin sebelum rapat tadi, pada akhirnya Oyin mendapat hukuman untuk merapikan dokumen-dokumen yang berserakan di meja Roger

"[...Udah gatau lagi deh, ini hari paling sial selama hidupku...]"

"[...Pinki aku merindukanmu hikz...]"

"[...Ni orang juga kenapa ngeliatin mulu sih dari tadi...]"

Oyin menggosokkan telapak tangannya karena hawa ruangan sudah terlalu dingin. Namun dia tetap harus semangat untuk membereskan hukumannya itu agar bisa cepat pulang.

Saat Oyin sedang fokus dengan kegiatannya, tiba-tiba Roger menghampirinya.

Oyin kaget melihat Roger yang hendak melepaskan jas dan dasi yang melekat di tubuhnya. Lalu, membuangnya ke sembarang tempat.

Sekarang posisi muka Roger sangat-sangat dekat dengan Oyin. Dia bahkan bisa melihat muka Roger sangat jelas.

Lagi-lagi Roger hanya menyeringai melihat ekspresi Oyin.

Roger kemudian mengambil jas yang dia lempar tadi lalu mendekat kembali dengan Oyin.

Roger memasangkan jas nya ke tubuh Oyin. Dia bermaksud agar Oyin tidak kedinginan.

"Maaf aku tidak bisa mematikan AC nya. Tubuhku masih panas. Semoga dengan jas ku yang panas bisa menghangatkan mu."

Oyin menatap Roger sesaat. Kemudian melanjutkan pekerjaannya seperti tidak terjadi apa-apa.

"Dokumen sudah dirapikan semuanya. Apa aku boleh pulang sekarang?"

"Iya silahkan."

Oyin segera meninggalkan ruangan itu. Namun saat menuju pintu Roger memanggilnya lagi.

"Oyin tunggu sebentar."

Oyin membalikkan badannya.

"Apa kamu benar-benar tidak mengenalku?"

"Maaf aku tidak mengenalmu."

"Uh baiklah. Kamu boleh pulang sekarang."

Setelah perjuangan yang panjang akhirnya Oyin bisa pulang ke rumah tercintanya.

Sambil rebahan, Oyin mengecek hp nya yang seharian tidak dibukanya sama sekali.

Chat grup 'abal abal'

Ici : P

Ici : P

Ici : P

Lias online

Lias : berisik pa pe pa pe

Ici : yee sensi amat seh

Leis online

Leis : si Lias lagi dapet ci makanya garang wkwkwk

Ici : ohh wkwkwk, kamu ga dapet juga leis? kalian kan kembar apa-apa barengan :v

Leis : ga gitu juga budak -_-

Oyin online

Lias : oyinnn bawa pulang temenmu nih berisik banget

Oyin : bentar lagi cari karung

Lias : ha buat apaan

Oyin : kita karungin ici terus buang ke laut

Lias : jangannn!!!

Lias : kita mutilasi dulu muehehe

Leis : keluar deh aura horornya

Ici : e buset aku mau diapain :(

Lias : hai calon korban

Oyin : gini nih kalo ngobrol sama penulis horor

Leis : betul tuh yin, aku aja rada ngeri sama tu anak

Lias : ih kalian mah gatau yang namanya akting

Oyin : bentar guys mau minum

Oyin menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Oyin." Panggil ayahnya.

"Besok Roger mau ke sini."

Oyin yang baru saja ingin meneguk air mendadak menyemburkan air tersebut.

"Oyin ga mau ketemu dia yah."

"Ayah juga gak enak untuk menolaknya Oyin."

"Ck. Sekali Oyin bilang gamau tetep gamau!"

Walaupun Oyin bilang begitu, pada akhirnya dia harus ketemu Roger keesokan harinya.

"Hahaha iya Roger kamu betul sekali."

"Iya karena kan dia itu-"

"Oyin pulang."

Roger dan ayah Oyin langsung memberhentikan obrolan mereka.

"Hay Oyin."

Roger menyapa Oyin sembari memberi senyum kepadanya.

Gula sangat cocok untuk mendefinisikan senyuman manis yang dilontarkan oleh Roger.

"Oyin duduk dulu sini."

Ucap sang ayah menunjukkan kursi untuk anaknya duduk.

"Maaf ayah, Roger. Oyin ganti baju dulu ya. Gapapa kan?"

"Iya gapapa Oyin." Jawab Roger.

Oyin masuk ke dalam kamarnya. Lalu menutup pintu. Dia berulang kali memikirkan mengapa direktur itu ada di rumahnya.

Namu Oyin tetap berpikir positif kalau Roger datang karena ingin menemui ayahnya.

Turun dari tangga, menuju ke ruang tempat ayahnya dan Roger mengobrol. Oyin sudah berganti baju mengenakan pakaian santai.

"Oyin, ada yang ingin ayah bicarakan sama kamu."

"Apa yah?" Tanyanya.

"Apa kamu bersedia-"

"Menikahi diriku?"

Omongan ayah Oyin langsung disambung oleh Roger.

Hal ini tentu membuat seorang Oyin terkejut. Dia tak menyangka akan dilamar oleh pria berprofesi sebagai direktur itu.

"Hmm... Ayah pergi ke depan sebentar ya, mau cari makanan."

"Ayah aku aja yang cari."

"Gak Oyin. Kamu harus melanjutkan percakapanmu dengan Roger."

"Hati-hati di jalan ayah mertua."

Ayah Oyin mengacungkan jempol lalu pergi meninggalkan mereka berdua saja.

Suasana mulai canggung, Oyin tak tahu harus ngomong apa setelah dilamar oleh Roger.

"Maaf Roger, kita baru saja kenal beberapa hari yang lalu. Bagaimana bisa kamu ingin menikahi diriku?"

"Lantas kalau kita baru kenal memangnya kenapa? Ada yang salah?"

"Bukan begitu. Aku tidak ingin kamu salah mengambil keputusan."

"Aku yakin keputusanku tidak pernah salah. Umurku 27 dan kamu 26. Bukankah kita cocok?"

"Pernikahan tidak ditentukan oleh umur Roger."

Suasana canggung terjadi lagi diantar mereka.

"Oke. Aku beri waktu kamu sampai besok."

"Demi cicak. Bagaimana bisa kamu kasih aku waktu sampai besok."

"Terus kamu maunya kapan?" Tanya Roger.

"3 bulan."

"Apa katamu?"

"Memang kenapa 3 bulan?"

"Aku mau kamu putuskan dalam waktu 3 minggu. Jika lewat dari 3 minggu, kamu akan tau sendiri akibatnya."

Roger mendekati Oyin, menatap tajam matanya lalu memegang bibirnya.

Dia pun pergi tanpa berpamitan lagi dengan Oyin.

"Cih. Lihat lah sikapnya. Jelas-jelas orang itu tak baik."

"Ayah pulaaang. Ayo Roger, Oyin kita makan dulu. Ayah beli banyak pizza."

"Roger udah pulang. Oyin gak mood makan."

Oyin pergi naik tangga menuju kamarnya.

"Terus siapa dong yang mau habisin pizzanya?"

"Ayah makan aja sendiri." Teriak Oyin dari kamarnya.