Pada malam hari, Enzo pun menyelinap keluar dari markas provinsi timur dan memasuki pusat kota provinsi secara diam-diam tanpa diketahui oleh penjaga gerbang pusat kota.
"Baiklah, pertama-tama mari kita mencari informasi di tempat itu" gumam Enzo sembari berjalan menuju bar yang berada di pinggiran kota.
Enzo pun sampai di depan bar yang menyediakan berbagai hiburan malam. Dirinya pun melangkahkan kakinya kedalam bar itu, terlihat banyak pria yang sedang bermain billiard dan meminum alkohol.
"Tempat ini ramai seperti biasanya, sekarang dimana si penjual informasi itu?" ucap Enzo sembari melihat kesana-kemari mencari seseorang.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan menyapanya.
"Yo, apa kabar Enzo. Sudah lama sekali sejak kau terakhir datang kemari, apakah kau sedang mencari hiburan? Disini menyediakan minuman yang enak serta perempuan yang cantik" ucap seorang pria tua dengan jenggot dan kumis tebal yang tampak setengah mabuk.
"Aku sedang tidak mencari hiburan, apa kau tahu dimana si penjual informasi yang sering dibicarakan orang itu?" ucap Enzo sembari menyingkirkan tangan pria itu dari pundaknya.
"Apakah kau sedang melacak seseorang? Jarang sekali aku melihatmu mencari penjual informasi itu" ucap pria tua itu.
"Itu tidak ada urusannya dengan mu. Cepatlah, aku sedang tidak punya banyak waktu." ucap Enzo.
"Orang itu sekarang berada di lantai dua dan bermain kartu. Kusarankan lebih baik kau menemuinya nanti, karena dia adalah tipe orang yang tidak suka diganggu ketika sedang bermain" ucap pria tua itu sembari berusaha menghentikan Enzo untuk menemui penjual informasi itu.
"Singkirkan tanganmu dariku, aku akan menemuinya sekarang" ucap Enzo.
Pria tua itupun menyerah dengan niatannya untuk menghentikan Enzo.
"Tampaknya malam ini akan lebih ramai dibanding sebelumnya" ucap pria tua itu sembari membakar rokok miliknya dan melihat Enzo yang melangkah pergi menuju lantai dua.
Namun belum sempat Enzo naik ke lantai 2, dua orang bertubuh besar menghentikan Enzo dan menyuruhnya untuk pergi.
"Maaf, tapi anda tidak bisa ke lantai dua karena sedang ada kegiatan penting diatas" ucap salah satu pria bertubuh besar itu kepada Enzo.
"Aku tidak meminta persetujuan kalian, segera menyingkir sebelum ada yang terluka diantara kita" ucap Enzo.
"Aku tidak peduli kau seorang prajurit [The Saviour], tapi peraturan tetaplah peraturan kawan" ucap salah satu pria bertubuh besar itu kepada Enzo.
"Jadi kalian benar-benar tidak mau menyingkir?" ucap Enzo.
Kedua pria bertubuh besar itupun diam dan menatap tajam tanpa menjawab Enzo.
"Ada apa dibawah itu, mengapa ribut sekali?" ucap salah satu pria yang bermain kartu di lantai 2.
Tiba-tiba seluruh orang yang bermain kartu di lantai 2 dikejutkan oleh dua pria bertubuh besar yang terlempar dan menghantam meja bermain kartu mereka.
"Apa-apaan ini?!" teriak salah satu pria yang ikut bermain kartu di lantai 2.
Enzo pun dengan santai berjalan naik ke lantai 2 dan mengejutkan seluruh orang yang berada di lantai 2 .
"Sudah kubilang untuk menyingkir, jangan salahkan aku karena melempar kalian berdua" ucap Enzo sembari membunyikan jari-jemari nya.
"Kau?! Ada apa prajurit [The Saviour] sepertimu tiba-tiba datang dan mencari keributan dengan kami?" ucap salah seorang yang memegang pisau dan mengancam Enzo.
"Pria lemah sepertimu berani mengacungkan pisau dan mengancamku? Apa kau sudah bosan hidup?" ucap Enzo.
Suasana dilantai 2 menjadi tegang karena kehadiran Enzo yang tiba-tiba datang.
"Berhenti! Mari kita bicarakan hal ini baik-baik, Enzo" ucap salah satu perempuan berumur sekitar 30 tahunan dengan gaun berwarna hijau.
"Akhirnya kau menampakkan dirimu, Margareth. Atau mungkin lebih cocok jika kupanggil kau dengan sebutan penjual informasi" ucap Enzo.
"Lama tidak bertemu denganmu, Enzo" ucap Margareth.
"Aku tidak ada waktu untuk bernostalgia denganmu, aku sedang mencari orang" ucap Enzo.
"Bagaimana kalau kita duduk terlebih dahulu, agar obrolan kita lebih nyaman?" ucap Margareth yang menawarkan tempat duduk kepada Enzo.
Margareth pun memerintahkan seluruh orang yang berada dilantai 2 untuk pergi meninggalkanya bersama Enzo.
Enzo pun duduk berhadapan dengan Margareth.
"Jadi, siapa orang yang ingin kau cari sampai membuat keributan seperti ini? Apakah masih ada orang yang cukup gila untuk membuat dirimu marah?" ucap Margareth sembari meminum Whiski.
"Lebih tepatnya bukan diriku yang marah, tapi ketua ku yang marah dan memberiku misi untuk menyeret orang ini" ucap Enzo sembari membakar rokok miliknya.
"Ketua? Apa aku tidak salah dengar? Orang sepertimu punya ketua yang kau hormati?" ucap Margareth terkejut.
"Berhentilah bertanya dengan wajah terkejut seperti itu, aku hanya ingin bertanya tentang informasi seseorang" ucap Enzo.
"Sayang sekali, sebenarnya aku ingin tahu siapa ketua mu. Tapi baiklah, kau ingin mencari siapa?" tanya Margareth.
"Apa kau pernah mendengar kabar tentang seorang gadis desa yang di aniaya oleh orangtua dan kakaknya?" ucap Enzo.
"Pertanyaanmu tidak jelas Enzo, bagaimana bisa aku tahu tentang kabar yang bahkan tidak terjadi di kota ini?" ucap Margareth.
"Lalu bagaimana dengan kabar tentang desa kecil di luar kota ini yang diserang oleh sekumpulan demon dan para penduduknya di jadikan sandera? " tanya Enzo.
"Ah, aku tahu tentang desa itu. Jangan-jangan kau ingin mencari keberadaan temanmu ? " tanya Margareth.
"Lebih tepatnya saudara dan juga orangtua dari temanku. Ketuaku sangat ingin bertemu dengan mereka dan memberi mereka hadiah yang menarik" ucap Enzo dengan santai.
"Kalau boleh tahu siapa nama dari temanmu itu? Mungkin saja aku tahu keberadaan keluarganya" ucap Margareth.
"Temanku bernama Tiara. Apa kau tahu sesuatu tentang dia?" ucap Enzo.
"Ah, jadi begitu. Jadi orang yang selalu di aniaya oleh orangtua dan kakaknya itu adalah temanmu itu. Aku tahu tentang keluarga itu, keluarga itu terlilit oleh hutang yang sangat besar dengan salah satu temanku dan berniat menjual anak perempuannya ke salah satu pusat prostitusi di pusat kota ini. Namun desa itu terlanjur di hancurkan oleh demon dan anak itu tertangkap oleh para demon itu, entah bisa dikatakan beruntung atau tidak, namun orangtua serta kakak dari anak perempuan itu bisa melarikan diri setelah mengorbankan dirinya. Sungguh kisah yang sangat tragis, namun tidak kusangka anak perempuan itu selamat dan kau malah berteman dengan anak perempuan itu" ucap Margareth.
"Jadi penganiayaan itu benar? Dimana keberadaan orangtua serta kakak Tiara?" tanya Enzo.
"Aku sejujurnya tidak akan memberikan informasi secara cuma-cuma, namun aku yang seorang perempuan juga tidak suka jika ada perempuan yang diperlakukan seperti itu. Jadi akan kuberikan informasi tentang keberadaan mereka kepadamu" ucap Margareth.
"Jadi, dimana mereka?" tanya Enzo penasaran.
"Kakaknya sekarang bekerja sebagai pengurus layanan prostitusi yang terletak tidak jauh dari bar ini, dan orangtua nya bekerja sama dengan kakaknya untuk menipu dan menjebak wanita-wanita muda untuk dijadikan prostitusi ilegal. Tempatnya adalah sebuah gedung berlantai 3 berwarna putih, kira-kira sekitar 100 meter dari sini" ucap Margareth.
"Baiklah, informasi itu sudah lebih dari cukup. Apa uang ini cukup untuk membayar informasi mu?" ucap Enzo sembari menyerahkan beberapa lembar uang kepada Margareth
Namun Margareth hanya tersenyum dan menolak uang tersebut.
"Aku tidak perlu uangmu, namun aku ingin kau berjanji padaku" ucap Margareth.
"Sebutkan saja permintaanmu" ucap Enzo.
"Aku ingin kau memberi pembalasan yang setimpal pada mereka, sudah cukup diriku saja yang pernah tertipu dan menjadi salah satu wanita prostitusi . Aku tidak ingin wanita lain mengalami kejadian yang sama sepertiku. Aku mohon, tolong balaskan dendam wanita-wanita lain seperti diriku" ucap Margareth sembari meminum Whiski.
"Kau tenang saja, aku akan mengabulkan permintaanmu dengan senang hati" ucap Enzo
"Terima kasih" ucap Margareth yang memasang ekpresi sedih sekaligus lega.
Enzo pun melangkah pergi dan meninggalkan bar itu. Dirinya pun berjalan menuju tempat yang telah di sebutkan oleh Margareth.
"Jadi ini tempat yang di sebutkan oleh Margareth tadi? Hanya berada di dekatnya saja membuatku jijik" ucap Enzo sembari meludah.
"Selamat datang pelanggan yang terhormat, perempuan macam apa yang anda cari? Kami menyediakan perempuan berumur 13 sampai 20 tahunan, tergantung selera anda" ucap salah satu pria yang menyambut Enzo di depan gedung itu.
"Siapa kau? Apakah kau yang mengurus tempat ini?" tanya Enzo.
"Ah , benar. Nama saya adalah Rendy, saya dan orangtua saya yang mengelola tempat ini" ucap pria itu dengan senyuman yang tidak mengenakkan.
"Baiklah, tunjukkan padaku wanita yang kau miliki disini" ucap Enzo.
"Ikutlah dengan saya prajurit [The Saviour] yang terhormat" ucap pria itu dengan nada ramah.
Enzo pun mengikuti pria itu dan masuk kedalam bangunan itu. Terlihat beberapa wanita dari berbagai usia yang tengah duduk dan melayani para pria dengan ekspresi terpaksa.
"Hoi, apa yang kau lakukan? Bisa-bisanya kau menumpahkan minuman ini ke bajuku. Apa kau tahu berapa harga dari bajuku ini?" ucap pria itu dengan kasar kepada salah satu gadis yang terlihat masih sangat muda.
"Ma-maaf, akan saya bersihkan" ucap salah satu gadis muda yang baru berumur 13 tahun sembari mengambil handuk dan membersihkan baju dari pria itu.
"~PLAK!" pria itupun menampar gadis muda itu dengan keras dan membuatnya jatuh terduduk.
Pria itupun menarik tangan dari gadis muda itu dengan kasar.
"Ibu! Tolong aku" teriak gadis muda itu sembari menangis.
"Pelanggan yang terhormat, ada apa dengan anda?" tanya Rendy kepada Enzo yang tengah mengepalkan tangannya.
Tiba-tiba Enzo pun berjalan pelan kearah pria dan gadis muda itu.
"Seorang prajurit? Apa yang kau lakukan ditempat seperti ini? Apa kau tertarik dengan gadis ini?" ucap pria itu dengan nada arogan.
"~SLASH " tiba-tiba tangan pria yang menarik gadis itu pun putus .
"Ahhhhh!" pria itu berteriak kesakitan setelah tangannya dipotong oleh Enzo.
"Apa kau baik-baik saja?" ucap Enzo sembari mengulurkan tangannya kepada gadis muda itu.
Gadis muda itu pun menerima uluran tangan Enzo dan berdiri. Enzo pun mengusap air mata gadis muda itu.
"Tenanglah, semua akan segera berakhir" ucap Enzo lembut sembari mengelus kepala gadis muda itu.
"Berani-beraninya kau memotong tanganku, serang dia!" teriak pria itu.
Enzo pun melihat kearah pria itu dengan tatapan tajam.
"Sampah sepertimu sebaiknya diam!" ucap Enzo dengan nada dingin .
Enzo pun dikelilingi oleh belasan pria dengan pisau.
"Aku sebenarnya ingin membunuh kalian tanpa ampun, namun misiku adalah menangkap orang lain" ucap Enzo.
"Apa yang kau bicarakan? Mati kau!" seluruh pria itu pun lalu menyerang Enzo.
Namun Enzo dapat melumpuhkan mereka tanpa membunuh mereka.
"Sifat haus darah itu, tidak salah lagi. Kau adalah Enzo!" teriak pria itu sambil ketakutan.
Pria itu pun lalu melarikan diri dari bangunan itu dengan darah yang terus mengucur dengan deras.
Rendy pun jatuh terduduk melihat kejadian itu. Terlihat Enzo yang mendekati Rendy dengan aura membunuh yang menusuk.
"Apa kau kenal dengan Tiara?" tanya Enzo dengan nada dingin.
"Tiara? Siapa dia?" ucap Rendy ketakutan.
"Jangan pura-pura bodoh, apa kau sangat ketakutan hingga ingatanmu menghilang?" ucap Enzo.
Rendy pun berdiri lalu berlari dengan kencang menjauhi Enzo. Enzo pun mengambil kursi kayu yang berada di dekatnya, lalu melempar Rendy hingga kursi itu hancur mengenai punggung Rendy.
Rendy pun jatuh tersungkur dan kesakitan .
"Satu tikus sudah tertangkap, dimana orangtuamu?" ucap Enzo sembari menarik kerah dari Rendy.
"Mereka ada di lantai atas" ucap Rendy ketakutan dan terlihat kencing dicelana.
"Ikut denganku sekarang" ucap Enzo sembari menarik salah satu kaki dari Rendy dan menaiki tangga menuju lantai atas.
Enzo pun menendang pintu salah satu ruangan, terlihat orangtua dari Rendy tengah menyiksa salah satu wanita dengan mencambuknya.
"Ada apa ini? Siapa kau?!" teriak ayah Rendy yang tengah mencambuk wanita itu.
"Aku adalah mimpi buruk kalian" ucap Enzo.
"Ayah, cepat bunuh dia!" teriak Rendy.
Ayah dari Rendy pun mencoba mencambuk Enzo, namun Enzo menghentikan cambuk itu dengan tangannya.
"Kau mencoba menyerangku dengan cambuk kecil ini? Apa kau sedang bercanda denganku?" ucap Enzo sembarik menarik cambuk itu.
Enzo pun langsung mencambuk ayah dari Rendy tepat di wajah dan membuatnya pingsan seketika.
"Suamiku! Mati kau" teriak ibu dari Rendy sembari mencoba menusuk Enzo dengan pisau.
Enzo pun menghindar dan menampar ibu Rendy dengan keras, tamparan keras itu membuat ibu Rendy pingsan seketika.
"Sudah berapa orang yang mencoba menyerangku dengan pisau hari ini? Mereka sudah gila" ucap Enzo sembari menghela nafas.
Enzo pun menatap ke arah Rendy yang ketakutan dan tersenyum.
"Giliranmu untuk tidur" ucap Enzo sembari memukul wajah Rendy dengan keras yang membuat hidungnya berdarah lalu pingsan.
"Seluruh tikus sudah ditangkap, kuharap ketua memujiku nanti" ucap Enzo sembari mengikat mereka bertiga.
Enzo pun turun ke lantai bawah dengan menyeret orangtua serta Rendy yang sedang terikat.
Nampak seluruh wanita yang berada di tempat itu saling berpelukan dan ketakutan melihat Enzo. Namun Enzo hanya memasang wajah datar dan melihat kearah mereka.
"Kalian sudah bebas, silahkan pergi kemanapun yang kalian mau. Kalian sudah tidak terikat dengan tempat busuk ini" ucap Enzo sembari berjalan pergi.
Enzo pun menghilang di kegelapan malam dengan membawa orangtua serta kakak Tiara menuju markas provinsi timur. Hari pun berganti pagi , Ryouichi pun bangun dengan tergesa-gesa dan segera memakai seragam miliknya.
"~kyuu?" Reina terlihat penasaran dengan Ryouichi yang terlihat sedang terburu-buru.
"Ah, maaf Reina. Ada sesuatu yang harus kuurus sekarang, aku akan menjemputmu nanti" ucap Ryouichi sembari melangkah pergi dari ruangannya.
"Selamat pagi tuan Ryouichi, mengapa anda terlihat terburu-buru sekali? Anda mau kemana?" tanya Tiara yang berpapasan dengan Ryouichi di lorong.
"Ah, aku ada sesuatu yang penting untuk diurus. Kalau begitu, aku pergi dulu" ucap Ryouichi dengan tersenyum.
"Ba-baiklah kalau begitu, sampai jumpa lagi tuan Ryouichi" ucap Tiara dengan sedikit bingung.
Ryouichi pun melanjutkan perjalanannya dan bertemu dengan Natsumi yang sedang memberi makan kucing di halaman.
"Selamat pagi Natsumi" ucap Ryouichi.
"Ah, selamat pagi ketua Ryouichi. Mengapa anda terlihat tergesa-gesa sekali?" ucap Natsumi sembari mengelus kucing.
"Aku ada sesuatu yang harus diurus, sampai bertemu lagi" ucap Ryouichi sembari meninggalkan Natsumi.
"Ketua Ryouichi…" ucap Natsumi.
"Ada apa?" ucap Ryouichi terkejut.
"Sebaiknya jangan terlalu berlebihan mengurus urusanmu itu, pastikan saja urusan itu selesai tanpa masalah" ucap Natsumi.
"Aku tahu, aku pergi dulu" ucap Ryouichi sembari tersenyum.
Setelah berbalik badan dan meninggalkan Natsumi, ekspresi wajah dari Ryouichi pun terlihat menyeramkan dengan tatapan tajam.
Ryouichi pun melanjutkan langkahnya menuju gudang yang terletak di ujung gedung markas provinsi timur untuk bertemu dengan Enzo yang sudah menangkap orangtua serta kakak Tiara.