Tangan Angga membeku di pipinya, tiba-tiba ...
"Kenapa kamu tidak bicara?"
Alana menyipitkan mata padanya, lalu mengerutkan kening.
Angga merentangkan lengannya di pinggangnya, membiarkan wajahnya menyamping.
"Alana ... Kadang-kadang, aku benar-benar mengira kamu ..."
Dia tampak malu, dan alis Alana terangkat tinggi karena penampilannya yang tidak bisa dijelaskan.
"Apa yang kamu pikirkan tentangku?"
Angga menghela napas sambil memeluknya, dan bergumam, "membuat orang khawatir ..."
"Angga--!"
Alana meraung marah, tetapi ketika Angga mendengarnya, malah terdengar manis seperti madu baginya.
"Aku suka mendengar kamu memanggilku dengan namaku."
Alana memeluknya, mengepalkan tangannya dan meninju dadanya dengan pelan!
"Dasar! Aku tidak akan memanggilmu dengan nama!"
"Tidak apa-apa, tidak perlu malu, di tempat tidur ... kamu boleh memanggil namaku sepuasnya."
"..."
Alana mengertakkan giginya dengan getir!
"Tidak akan!"
Alana masih mengerang.
---
