Chereads / KARA / Chapter 5 - BAB 5

Chapter 5 - BAB 5

Percaya sama orang baru itu susah.

*

*

*

Sesampainya dirumah, Rafka langsung masuk kekamar dan mandi. 15 menit setelahnya Rafka ke bawah untuk minum. Hingga suara ketukan terdengar dia menuju pintu depan. Betapa kagetnya Rafka melihat Rizka memeluk tubuhnya erat. Tubuh yang bergetar menandakan bahwa Rizka sedang menangis tersedu-sedu. Rizka yang biasanya tampak ceria dan bahagia beda dengan Rizka yang sekarang ada di pelukkannya.

"Lo kenapa ? ko nangis ?"

"diapain sama Althar?"

Rizka hanya menggelengkan kepalanya dalam peluk Rafka. Selama 10 menit tangis Rizka tidak berhenti. Bunda Rafka turun dan melihat anak sulung sedang di peluk seseorang. saat tau orang itu Rizka, Bunda hanya mengelus pelan rambut Rizka perlahan tangisnya mereda dan lebih tenang. Bunda menyuruh Rafka mengambilkan air putih untuk Rizka.

"Nih minum dulu biar tenang baru cerita kebunda ada apa" kata Bunda dengan lembut. 

"Iya bun" jawab Rizka. 

"tadi aja gue tanya gak dijawab" gerutu Rafka. Dan Mendapatkan pelototan dari Bundanya.

"Yaudah sekarang udah mau cerita?" tanya bunda. 

Rizka malah pengalih kan pandangannya ke Rafka. Meminta Rafka ke kamar saja,  Rizka tidak ingin Rafka mendengar masalahnya. 

"Oke oke gue ke kamar, tadi aja gue langsung dipeluk" desisnya sambil melirik Rizka yang masih saja meneteskan air matanya.

"Apan si lo, sana deh ke kamar" ketus Rizka.

"Iya iya. Kalau udah selesai mandi deh cepet-cepet muka lo kusut banget " teriak Rafka Sambil lari menuju kamar.

"Udah gausah ditanggepin. Anak bunda kenapa datang kerumah bunda sambil nangis gitu?" tanya lembut bunda sambil memeluk Rizka. 

"Mama sama papa lagi bun. Jujur Ara cape kaya gini bun , mama nginep dirumah eyang tapi pas pulang malah bertengkar sama papa. Kalo boleh Ara mau nginep disini aja dulu" pinta Rizka. 

Ya memang bunda Laras ibu dari Rafka tahu masalah keluarga Rizka. Rizka yang tidak bisa menahan lagi semuanya sering kali bercerita ke bunda. Bunda mengerti dan paham bahwa semua yang dijalanin oleh Rizka sangat berat. Bunda juga tidak mau kalau Rizka nantinya melampiaskan semuanya kejalan yang salah. Bunda sangat menyayangi Rizka, karena bunda tidak mempunyai anak perempuan.

"Boleh dong masa iya Ara gak boleh nginep . Eh tapi kan besok kamu sekolah baju sama bukunya gimana?" tanya bunda.

"Nanti Ara ambil aja dirumah bun"

"Dianter Rafka aja ya sayang?"

"Gausah bun , Akmal aja yang anter Ara"

"Oh yaudah sekarang mandi dulu pake baju kamu yang ada dilemari kamar atas  Abis itu turun kebawah makan malem bareng bunda,  Rafka, Denis sama ayah"

"Iya bunda "

Rizka segera menuju kamar atas yang biasa ia tempati kalau menginep dirumah Rafka. Saat ingin menuju kamar mandi handphone Rizka bunyi tanda ada pesan masuk.  Dilihat siapa si nama mengirim Rizka segera membalas. 

Line

Akmal Rahadian : Riz, nanti gue jemput jam 7 ya.  Lo dirumah kan? 

Rizka Azzahra : gue dirumah Rafka mal,  jemput kesini aja.

Akmal Rahadian : pasti ada masalah makanya lo dirumah bunda.  Yaudh nanti gue jemput kesana. 

Rizka Azzahra : iya nanti gue ceritain aja sekalian antar kerumah ambil baju seragam buat besok. Udah ah gue mau mandi dulu.

Akmal Rahadian : siap princess.

Akmal memang sering mengajak Rizka untuk jalan-jalan atau hanya mampir ke kedai. Karena kedekatan mereka belakangan ini merenggang. Akmal Rahadian adalah teman dekat sekaligus mantan pacar Rizka.

Mereka beda sekolah,  mereka bisa kenal dan dekat karena dulu tidak sengaja bertemu di kedai Ara. Awalnya teman biasa kemudian mereka menjadi dekat hingga sekarang. Mereka berdua pernah saling suka lebih dari teman tetapi hubungan itu tidak bertahan lebih lama. Makanya mereka memutuskan untuk bersahabatan saja. Hubungan Akmal dan Rizka belakangan ini sudah tidak sedekat dulu karena Akmal sudah mempunyai pacar . Karena sifat cemburuan dari pacar Akmal membuat mereka menjaga jarak. 

*

Menghabiskan waktu setengah jam dikamar mandi hal biasa buat Rizka. Rambutnya yang masih basah Rizka lilit dengan handuk kecil. Rizka turun kebawah menuju meja makan. Disana sudah ada om Dwi,  ayah dari Rafka.Om Dwi sudah mengetahui bahwa Rizka akan menginap dirumahnya dari sang istri. Dan Dwi pun mengerti dan sangat mengizinkan. 

Semua sudah ada dimeja makan,  meja makan yang ramai dengan ledekkan dari Denis dan Rafka. Kekehan dari bunda dan ayah Rafka,  Rizka yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Rizka iri dengan keharmonisan keluarga Rafka, dia ingin mama dan papanya seperti bunda dan ayah Rafka. Tapi takdir berkata lain, angan hanya tetap menjadi angan, keluarga Rizka sampai detik ini pun masih dalam keadaan tidak baik-baik saja. Rizka bersyukur dia bisa disayangi oleh keluarga Malik. 

Setelah acara makan malam selesai Rizka kembali ke kamar untuk bersiapan. Saat Rizka keluar dari kamarnya dia juga melihat Rafka keluar dari kamarnya dengan pakaian rapih. Jaket bomber hitam, levis hitam dan sarung tangan yang dipegang. Alis Rizka naik sebelah dia aneh dengan pakaian yang dikenakan Rafka. 

"Lo mau kemana hitam-hitam gini?" tanya Rizka dengan selidik. 

"Hah? Gue mau ke rumah Althar. Kenapa emang?  Mau ikut? " balas Rafka.

Rizka hanya menggelengkan kepalanya dan jalan mendahului Rafka. Bohong, itu yang Rafka ucapkan tadi. Sebenernya ia tidak hanya kerumah Althar tetapi ke arena balap seperti malam-malam sebelumnya.

Tanpa ia ketahui Rizka sudah tahu hobby lain dari para sahabatnya tetapi dia lebih milih diam. Karena ia ingin sahabatnya lah yang jujur. Lagi juga saat ini Rizka dalam keadaan mood yang kurang baik. Jadi ia tidak ingin bertanya banyak. 

Saat keluar rumah Rafka, Akmal sudah ada diluar pagar duduk di atas motornya sambil melambaikan tangan ke arah Rizka. Rizka segera menghampiri Akmal yang ada diluar pagar.

"Nunggu lama ya mal?"tanya Rizka. 

"Gak ko gue baru sampai juga. Itu Rafka mau kemana Riz?" tanya Akmal sambil melihat ke arah Rafka yang sedang memasang helm full facenya. 

"Katanya si mau kerumah Althar. Paling bukan cuma ke rumah Althar aja tapi ketempat lain juga. " ujar Rizka. 

"Oh yaudah. Udah yuk nanti kemalaman" ajak Akmal. 

Dan Rafka melewati mereka sambil mengklakson motor sportnya. Rafka tau siapa Akmal, dia juga salah satu teman dekat Rizka. Rafka dan yang lain juga sering ngumpul atau nongkrong bareng Akmal.

Akmal melajukan motornya menuju kedai Ara. Sesampainya disana mereka masuk dan memesan ice cream macha buat Rizka,  vanila untuk Akmal. Akmal tahu masalah keluarga Rizka sejak setahun yang lalu sebelum bunda Rafka mengetahuinya. Akmal menunggu kapan Rizka akan mulai menceritakannya. Ice cream tiba dihadapan mereka setelah pelayannya pergi barulah Rizka membuka mulut.

"Salah gak si gue menghindar kaya gini? Kadang gue ngerasa cape sendiri mal" keluhnya .

Kemudian Akmal memegang tangan Rizka yang ada diatas meja. Seakan memberikan kekuatan lewat sentuhan itu. 

"Gue mungkin gatau rasanya ada diposisi lo Riz. Tapi gue percaya lo bisa lewatin ini semua. Lo punya gue, bunda Rafka , dan kelima sahabat lo yang lain" ucap Akmal dengan lembut.

"Gue belom ngasih tahu mereka mal masalah ini . Cuma lo doang yang tahu selain bunda. Tapi gue sadar diri ko. Lo juga kan punya Icha. Icha juga gak suka kalo gue ketergantungan gini sama lo" balas Rizka sambil menunduk. 

"Icha emang gak suka kalau kita dekat. Gue juga emang gak bisa setiap saat ada di samping lo.  Tapi percaya lo selalu ada pikiran gue Riz. Kalau mereka berlima belum tahu , itu ga mungkin.  Mereka pasti tahu tapi mereka pengen lo sendiri yang cerita tanpa diminta " jelas Akmal. 

Namun ketika Akmal menggenggam erat tangan Rizka. Rizka meangkat kepalanya dan menatap mata Akmal, mata yang teduh dan penuh Kasih sayang. 

"Lo cerita ya sama mereka. Lo sendiri yang bilang kalo Icha gak suka sama kedekatan kita.  Gue pengen selalu terus ada buat lo tapi sikap Icha yang gak memungkinkan" lembut Akmal

"Iya nanti gue cerita ke mereka. Makasih lo selalu luangin waktu buat gue mal" balas Rizka sambil tersenyum tipis. 

Akmal dan Rizka kembali memakan ice cream yang mulai mencair. Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Saat Akmal melihat jam yang ada ditangannya ternyata sudah pukul setengah 9. Kemudian dia mengajak Rizka untuk pulang kerumahnya dan mengambil seragam sekolahnya untuk dua hari kedepan. Rizka sudah mulai banyak bicara lagi tidak seperti saat di kedai.

Akmal tidak menyukai Rizka yang hanya diam saja . Bagaimana pun juga Akmal sangat menyayangi Rizka Seperti dia menyayangi saudara sendiri.

*

Saat tiba dirumah Rizka,  Rizka segera masuk kerumahnya yang sepi. Akmal menunggu dihalaman rumah saja. Karena dia tidak mau adanya fitnah yang tidak-tidak karena berduaan dirumah yang sepi milik kedua orang tua Rizka. Tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda telepon masuk. 

Icha calling..

"Halo cha kenapa? "

"...."

"Oh yaudah iya aku kesana. 20 menit lagi aku sampai ya"

"...."

"Iya, tunggu aja. Aku otw nih,  bye"

Akmal memutuskan teleponnya,  saat itu juga Rizka keluar dengan tas dipundaknya. Senyum dimuka Rizka meluntur sangat melihat wajah bingung Akmal. 

"Lo gapapa mal?  Siapa yang menelpon emangnya?" tanya Rizka. 

"Sorry banget nih gue gak bisa nganter lo kerumah Rafka. Icha minta gue kerumahnya kalau gak ya lo tahu lah Icha pasti ngambek sama gue" jelas Akmal. 

"Oh yaudah gapapa gue bisa sendiri ko. Lo kesana aja,  jangan biarin Icha nunggu. Nunggu tuh gak enak mal. Makasih juga lo udah ada waktu buat gue" kata Rizka sambil tersenyum manis. 

"Bener gapapa? Maaf banget ya. Gue duluan nih.  Thanks banget pengertian lo buat gue " pamit Akmal sambil mencubit pipi Rizka. 

"Ih lepas sakit udah sana pergi " suruh Rizka. 

Kemudian Akmal melepas cubitannya dan pergi menuju rumah Icha. Disini Rizka sendirian didepan rumah,  Rizka sebenernya merasakan rasa takut. Rizka punya trauma pulang malam sendiri tapi mau tidak mau ia harus bisa untuk malam ini. Dilain tempat saat ditengah jalan perasaan Akmal tidak enak segera dia menepikan motornya dan menelpon Rafka. 

"Halo lo dimna?"

"Gue diarena. Kenapa mal? "

"Lo kerumah Rizka sekarang coba , gue ninggalin dia sendirian. Perasaan gue gak enak"

"lo bego banget si mal. Rizka kan gak bisa sendirian dijalan kalau udah malem. Yaudah matiin gue samperin Rizka sekarang "

Sambungan telpon diputuskan oleh Akmal dengan rasa cemas dia melanjutkan motornya menuju rumah Icha. Dilain tempat Rafka sudah mengendarai motornya diatas kecepetan rata-rata. Rafka tak ingin Rizka mengalami hal sama kaya dulu. Ia tidak akan memaafkan dirinya dan Akmal bila terjadi sesuatu dengan Rizka.

*

*

*

*

beri penilaian yaa hehe biar bisa dikembangin lagi . thankyou