"Alisha, gak apa-apa, kan, Sayang?" lanjut Angga. Berdiri di dekat Asha duduk. Matanya sekilas melihat bercak merah di pakaian anak perempuan satu-satunya itu. Hal itu, membuat Angga terdiam sesaat. Menatap Asha. Dengan tatapan antara bingung dan bahagia.
Asha tersenyum. Kemudian beranjak dari sisi putri satu-satunya mereka, menarik Angga hingga keluar kamar anak perempuannya. Menutup pintu di belakangnya rapat-rapat.
"Apa Alisha ...." Ucapan Angga yang menggantung dan Asha langsung mengangguk sebagai jawaban.
"Putrimu sudah bukan anak kecil lagi. Hari ini, dia telah beranjak remaja. Menyusul kakak-kakaknya yang lain." Asha menegaskan, atas apa yang telah Angga duga.
"Butuh pengamanan ekstra." Ucapan Angga terdengar posesif. Insting alami seorang ayah, ketika mendapati putri mereka, telah mendapatkan haid pertamanya.
"Dijaga biasa aja, Angga. Jangan berlebihan. Beri pengajaran soal reproduksi dan konsekuensinya jika tidak menjaga diri dengan baik." Angga terlihat tidak setuju.