Keenan berdiri, agar Kanaya bisa lebih jelas melihat dirinya.
"Selamat datang kembali, Sayang." Keenan memberikan senyuman terbaiknya, saat mata mereka beradu pandang. Hanya berselang beberapa detik. Tanpa disangka, Kanaya mengalihkan pandangan matanya. Mata itu kembali menutup, tidak berapa lama, bulir bening di sudut mata Kanaya perlahan turun. Keenan mengusap sudut mata Kananya dengan jarinya. Kemudian mencium mata sang istri.
Keenan tidak paham apa yang membuat Kanaya menangis. Istrinya baru sampai pada kesadaran membuka mata. Pergerakan tubuhnya maupun suaranya belum pulih. Ini baru awal, batin Keenan mencoba menghibur dirinya sendiri.
Matanya memburam, namun Keenan tetap mempertahankan senyuman terbaiknya. Meredam gemuruh di dadanya. Meski Kanaya masih memilih memejamkan matanya. Keenan tahu, Kanaya bisa mendengarkan suaranya, maka dari itu, Keenan mulai mengajaknya berbicara, seperti yang selama ini ia lakukan, saat Kanaya berada dalam keadaan tidak sadar.