Makan malam hari itupun bisa dilalui dengan lancar. Angga harus beberapa kali meneguk minuman di hadapannya untuk menurunkan hasratnya. Dia tidak ingin membuat Asha takut padanya. Sungguh dia sangat mencintai Asha dan ingin selalu melindunginya dan juga Keenan. Dia sudah jatuh hati padanya ketika pertama kali melihatnya di dalam ruangan bayi.
Keenan sudah tenang sekarang dan sedang asyik bermain dengan Angga, sementara Asha menikmati makan malamnya.
"Maaf ya, Ngga. Makannya jadi terganggu," ucap Asha di sela makannya.
"Gak kok. Tenang aja. Aku udah makan tadi duluan, pas kamu .... " Tetiba Angga menjadi gugup untuk meneruskan kata-katanya.
"Menyusui Keenan?" sambung Asha tertawa geli.
"Eh berani ngetawain aku ya kamu, Sha." Angga pura-pura marah, yang membuat Asha terus tertawa.
"Awas keselek! Makan sambil ketawa." Angga mengingatkan yang membuat Asha menahan tawanya dengan mengulum bibirnya, sehingga terdengar cekikikan.
"Da ... da ...," celoteh Keenan sepertinya ingin ikut bergabung dengan percakapan seru antara mamanya dan daddynya.
"Ya, Sayang? Mau apa?" tanya Angga lembut. "Mau kentang ini?" Seraya menyodorkan kentang yang tadi dan langsung diambil Keenan.
Asha yang melihatnya lagi-lagi terpana. Melihat interaksi Angga dan Keenan. Sangat akrab! Mereka meski sering bertatap muka lewat panggilan video, tapi bertemu langsung seperti ini baru dua kali. Tadi siang saat wisuda dan malam ini. Benar-benar seperti ayah dan anak sesungguhnya. Tatapan ini tak luput dari penglihatan Angga.
"Kita berdua kaya ayah dan anak kan Sha?" celetuk Angga tiba-tiba yang langsung membuat Asha tersedak makanannya dan terbatuk-batuk. Hidungnya dan matanya berasa perih, hidungnya mengeluarkan ingus dan matanya mengeluarkan air mata.
Angga langsung menyodorkan minumannya, dan juga tisu, "Sorry ...," pintanya tulus.
"Lain kali jangan becanda kaya gitu deh Ngga!" ucap Asha setelah habis meneguk minumannya dan mengelap hidungnya.
"Aku serius kok, Sha."
"Tapi Ngga ...."
"Please Sha. Jujur sama hatimu. Aku tahu kamu masih simpen perasaan itu."
"—"
"Aku bakal nunggu kok. Aku bakal ada di sini hingga tiga pekan. Sebelum liburanku habis dan balik lagi ke Jerman. Dan aku harap Kamu dan Keenan bisa ikut aku."
"Maksud Kamu apa sih, Ngga." Tiba-tiba jantung Asha berdebar tidak normal lagi.
"Nanti juga tahu. Dah habiskan makanannya dulu Sha."
***
Angga kembali mengantarkan Asha dan Keenan ke rumahnya. Angga membantu menggendong Keenan yang terjaga, setelah turun dari mobilnya hingga ke depan pintu rumah Asha, kemudian kembali dan menurunkan car seat Keenan.
"Besok Kamu ada acara nggak?" tanya Angga.
"Kenapa?" yang ditanya malah memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan pukul 9 malam.
"Papamu kira-kira udah tidur belum ya?"
"Lho kok malah nanya papaku?" tanya Asha bingung. "Mau masuk dulu sebentar?" tawar Asha yang melihat Angga masih menjinjing car seat Keenan.
"Boleh deh. Sambil naro ini." Seraua mengangkat car seat di tangannya, tampak senyuman modus khas Angga. Asha hanya menggelengkan kepalanya.
Di dalam, Asha langsung memanggil papanya yang sedang menonton televisi bersama mamanya. Sementara dia membawa Keenan ke dapur untuk mengambil minuman untuk Angga.
"Jadi besok mau ajak jalan lagi Keenan dan Asha?" Terdengar Haryanto dari ruang tamu berbicara, memastikan pertanyaannya kala Asha kembali ke sana.
"Iya Om. Kalo boleh."
"Jalan-jalan ke mana?" tanya Asha ikut nimbrung setelah meletakkan minuman untuk Angga yang langsung diambilnya.
"Tempat rekreasi aja. Mau ya?" jawab Angga setelah meminum habis minuman yang tadi dibawakan Asha.
"Berangkat jam berapa?" Marisa ikut bertanya.
"Mama papa mau ikut?" tanya Asha jahil.
"Nggaklah, papa kan besok kerja. Kamu ajak Keenan main gih. Kan jarang jalan-jalan." Haryanto memberi ijin dan langsung diangguki Marisa.
"Mau ya, Sha? Demi Keenan," pinta Angga tulus.
"Beneran demi Keenan? Gak modus?" tanya Asha jahil, membuat Haryanto dan Marisa tertawa.
"Ya demi Kamu juga, Sha. Mana mungkin aku jalan berdua aja sama Keenan kan. Kalo nanti dia haus dan lapar lagi gimana?" tutur Angga tanpa malu-malu lagi yang langsung membuat Asha salah tingkah.
"Ya udah. Kamu pulang gih. Besok jemput lagi ke sini." Usir Asha, mukanya mendadak merah sekarang.
"Jam 6 bisa ya Sha? Biar nyampe sana gak terlalu siang."
"Iya. Udah pulang dulu biar besok gak telat jemput."
Kemudian Angga pamit pulang dengan terpaksa, Marisa dan Haryanto yang melihat tingkah putrinya yang seperti abege hanya bisa menggelengkan kepala.
***
Sebelum jam 6 pagi, Angga sudah tiba di rumah Asha. Mengenakan celana panjang dan jas coklat dan kaos putih di balik jasnya. Bi Inah yang membukakan pintu saat baru saja mobil Haryanto keluar dari garasi dan melambaikan tangannya dari dalam mobilnya yang dibalas Angga.
Terlihat Asha masih memakaikan baju untuk anaknya. Kemeja lengan pendek dan celana panjang warna coklat. Asha sendiri masih mengenakan daster, seragam hari-harinya. Ini pertama kalinya Angga melihat Asha memakai daster. Panjangnya sepertiga betisnya. Lengan panjang tigaperempat. Corak batik mega mendung kalau Angga tidak salah menebak.
Setelah Keenan selesai lalu dititipkan padanya. Angga duduk dengan tenang bersama Keenan sambil memperhatikan gerak gerik Asha yang mondar mandir menyiapkan semua keperluan Keenan.
"Butuh bantuan Sha?" tawar Angga.
"Udah Kamu duduk aja di situ. Mau ngopi dulu?"
"Boleeeh. Kamu yang bikinin yah."
"Bi Inah yang bikinin!" Sambil berlalu ke dapur meminta bi Inah membuatkan kopi untuk Angga.
"Sha jangan lupa bawa stoller yah. Sama itu"—Angga berdeham sejenak—"kain atau apa gitu buat nutupin kalau Kamu nyusuin Keenan nanti." Mukanya dibuat tampak datar padahal jantungnya berdetak tidak karuan.
"Apron?" tebak Asha.
"Mang Kamu mau masak?" tanya Angga bingung.
"Igh nama lainnya Nursing Cover, celemek menyusui." Asha menjelaskan yang kemudian diangguki Angga. "Iya biasanya juga aku bawa kok. Cuman kemaren doang ketinggalan," terangnya sambil nyengir.
"Mamamu kok gak keliatan, Sha?"
"Tadi keluar sebentar katanya. Gak tau kemana. Tunggu mama pulang dulu ya." Yang langsung diangguki Angga.
"Stollernya dimana? Biar aku masukin sekarang."
"Ada di belakang nanti ta minta bi Inah ambilin."
"Aku ambil sendiri aja ya. Kamu urusin Keenan aja."
Belum Angga berdiri, bi Inah datang membawakan kopi untuk Angga. "Nah, Bi tolong Angga kasih tau tempat stollernya Keenan ya, sekalian car seatnya jangan lupa. Asha ke atas dulu sama Keenan." Seraya mengambil alih Keenan.
Bi Inah pun berlalu mengantarkan Angga ke belakang rumah.
Asha turun bersama Keenan. Mengenakan baju terusan berwarna coklat muda, serasi dengan baju Keenan. Rambutnya dikuncir kuda. Dengan make up tipis saja. Lipstick warna natural.
Marisa sudah kembali dari luar dan sedang mengobrol dengan Angga. Sesekali Angga menyesap kopinya.
"Udah siap Sha?" tanya Marisa.
"Udah Ma."
"Ini buat di jalan. Tadi Mama beli di warungnya Bu Sumi. Untung pagi-pagi udah kesana. Siangan dikit gak kebagian deh." Sambil menyerahkan bungkusan agak besar.
"Banyak banget Ma."
"Udah ntar bagi-bagi aja di jalan. Kan gak buat Kamu aja." Yang membuat Angga tertawa namun membuat Asha cemberut.
"Jangan ngambek dong. Masih pagi. Gak malu diliatin Keenan?" goda Angga yang sedang memangku Keenan. Anaknya nampak masih mengantuk.
"Ya udah jalan sekarang biar gak terlalu siang," sahut Marisa.
***
"Kita mau kemana sih, Ngga?" tanya Asha ketika mobil memasuki jalan tol. Keenan tertidur di pangkuan Asha.
"Rahasia."
"Ugh tinggal nyebut aja sih." Asha merajuk lagi. "Aku gak mau lho yah ke tempat yang basah-basah. Gak bawa baju ganti."
"Gampang tinggal beli baru." Yang langsung dicubit Asha. "Sakit dong Sha."
"Mentang-mentang banyak duitnya." Angga hanya menanggapi dengan kekehan.
"Kamu gak ada kerjaan? Mami papimu tau kalo Kamu jalan sama aku dari kemarin?" tanya Asha penasaran.
"Pekan depan baru ada kerjaan. Mami papi masih di Singapura. Pulang Sabtu mungkin. Kenapa?"
"Jadi mami sama papi Kamu dari kemarin belum ketemu Kamu?" Yang diangguki Angga.
"Mereka tau kok aku udah pulang. Cuman memang kerjaan papi belum beres di sana."
"Terus mereka udah tau Kamu jalan-jalan terus sama aku?"
"Belum siy. Nanti aku mau ajak Kamu sekalian ke rumahku aja," jawab Angga santai yang malah bikin Asha berdebar tidak karuan.
***
Asha tertidur sepanjang sisa perjalanan dan baru terbangun kala ada yang menepuk lengannya.
"Udah sampai Tuan Putri Asha."
"Igh jangan sebut gitu lagi, gak enak dengernya tau!" protes Asha ketika membuka matanya. Keenan masih terlelap dalam tidurnya.
"Atau mau dipanggil 'sayang'?" goda Angga yang membuat Asha tiba-tiba memanas wajahnya.
"Ayo turun," ucap Angga yang sudah turun dari mobilnya dan menurunkan stoller dan tas keperluan Keenan dari bagasinya, juga tidak lupa bekal dari Marisa.
"Ini di mana?"
Asha melihat ke sekelilingnya mencoba mencari petunjuk kebaradaannya sekarang di mana. Karena tadi tertidur di jalan.
"Ini kan ...," ucap Asha menggantung.
"Iya. Mau ikut tidak? Keenan udah siap niy." tanya Angga seraya menunjuk Keenan yang sudah ada di stollernya.
"Tadinya mau ajak ke sebelah, tapi Kamu bilang gak mau basah-basahan jadi aku bawa ke sini aja dulu."
Setelah membeli tiket mereka masuk menuju wahana yang aman untuk Keenan. Karena masih pagi, dan juga bukan akhir pekan, wahana di tempat rekreasi tampak lengang jadi tidak perlu mengantri lama mereka sudah bisa menikmati beberapa permainan yang menghibur Keenan.
Keluar dari Istana Boneka, mereka menuju Rumah Miring. Angga dengan hati-hati menjaga Asha agar tidak terjatuh karena Rumah Miring yang berkelok-kelok. Stoller sengaja mereka taruh di luar.
Saat memasuki Rumah Kaca, Keenan meronta ingin turun dan Angga menuntunnya agar tidak terjatuh atau tersesat. Namun baru beberapa langkah, Keenan melihat pantulan dirinya di cermin, langsung melangkahkan kakinya cepat yang membuat Angga dan Asha tertawa, karena langkah Keenan yang belum stabil membuatnya 'berlari' ala robot. Di depan cermin, Keenan menunjuk-nunjuk dirinya. Angga dan Ashapun ikut mendekati cermin. Tiba-tiba Keenan berceloteh yang membuat Angga dan Asha terkejut.